Jebakan

1.9K 187 34
                                    

Ruangan itu terasa gelap dan pengap, ada satu buah lampu temaram yang menyinari sehingga masih dapat terlihat bahwa ada seseorang yang tengah meregang nyawa terduduk disana. Dia terus memohon ampun, hingga akhirnya dia rela memohon mati. Penyiksaan yang diterimanya tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia normal. Setelah hampir semua kuku tangannya tercabut paksa, digantung dengan posisi terbalik selama lebih dari 24 jam, belum lagi harus mati-matian bertahan kala kepalanya harus dimasukan ke dalam ember besar yang berisi cairan kotoran.



"Bunuh saja aku! Aku sudah memberikan semua info yang aku tahu, tapi kenapa kau terus menyiksaku?!" Teriak pria itu penuh frustasi.



Siksaan demi siksaan baru pria itu alami kurang dari 3 hari yang lalu, namun penderitaan yang dia rasakan sudah sampai pada titik mati akan terasa lebih baik.



"Jangan sampai mati." Pinta sosok yang ada di sudut ruangan, sang master dari penyiksaan ini. Pria itu tak bergeming sama sekali kala melihat sang tahanan kembali disiksa dengan brutal oleh anak-anak buahnya.



"Kau gila! Kukira orang sepertimu adalah orang yang bermoral! ternyata kekayaanmu hanya topeng! bahkan binatang lebih baik darimu! Bunuh aku, Aku mohon!"



Terdengar kekehan dari sudut ruangan gelap itu. Pria itu kini bangkit, berjalan tenang menghampiri sang tahanan. Berdiri menjulang didepannya, "Mati adalah hal yang kau inginkan saat ini. Dan aku tidak akan memberikannya dengan mudah. Tubuh kotormu sudah dengan berani menyakiti orang yang paling aku jaga di dunia ini, Kau dengan hebatnya menyakitinya. Lalu kau kira mati adalah balasan yang setimpal? Kau salah besar kalau begitu."



"Frederic Arnault! Aku sudah mengatakan yang sebenarnya! Aku hanya orang suruhan! Kenapa aku yang kau siksa?!"



"Satu... persatu... Kau tidak perlu mendikteku tentang apa dan siapa yang lebih dulu berhak aku hukum. Kau ingat pepatah, Save the best for the last?" Frederic lalu kembali menginstruksikan anak buahnya, menyuruhnya memasukkan sang tahanan ke dalam frezzer untuk malam ini. "Kalau besok dia masih bertahan, pertemukan dia dengan Rambo."



"Ba-baik, Tuan." Jawab anak buahnya dengan terbata.



"Rambo? Si-siapa Rambo?" Tanya Sang tahanan ketakutan.



"Rambo adalah Aligator peliharaan tuan kami. Berdoalah kau akan mati malam ini." Jelas salah satu anak buah Frederic kepada sang tahanan.



"Tidak! Kumohon bunuh aku sekarang! Kau gila, Frederic! kau gila!" Teriakan, cacian hingga tangisan masih bisa Frederic dengar di sepanjang ia menyusuri koridor gelap itu, meninggalkan ruangan itu dengan tenang.






🐤🐤



"Halo, Lisa? Apa kabarmu? Apa kau masih belum boleh keluar?" Tanya Alice diujung panggilan telepon.



"Aku baik tapi stres! Kalau sampai malam ini aku belum diijinkan untuk pulang, Kau jemput aku! Akan aku jelaskan dimana tepatnya nanti kau bisa menjemputku, Oke? Aku akan kabur malam ini!"



"Apa kau yakin?"



"Ya! Aku sangat yakin. Aku akan langsung pulang ke Thailand malam ini. Kau tolong atur semuanya untukku."



"Ba-baik kalau memang itu rencanamu."



Panggilan telepon dari Alice pun langsung Lisa tutup kala mendengar ketukan pintu di depan kamarnya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me with Mr. SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang