Leon menghelakan nafasnya lalu merapikan jas dokternya yang nampak kusut karena barusan berlarian.
"Dimana alpha itu" gumannya sambil melihat jam digital pada handphonenya yang sudah menunjukkan pukul 11.20 siang.
Pertemuan antara dirinya dengan sang alpha sudah dijadwalkan pada pukul 11 siang tetapi entah mengapa sang alpha tersebut masih belum menampakkan dirinya. Leon hanya dapat memandang minuman kaleng yang diletakkan di mejanya sambil memikirkan kembali keputusannya untuk menerima Darion menjadi pasiennya.
"Apa dia kira karena dia seorang aktor terkenal dia bisa datang seenaknya?" lanjutnya dalam hati sambil memajukan bibirnya.
Belum sempat Leon melanjutkan omelannya di dalam hati, pintu ruangannya terbuka dan menampakkan 2 orang lelaki yang cukup tinggi. Lelaki yang berada di depan yang menurut Leon adalah orang tidak memiliki sopan santun karena membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk memasang sebuah muka mengejek sedangkan yang di belakang tampak tersenyum kecut karena perilaku orang di depannya.
"Maaf dokter kami terlambat, ada sebuah masalah kecil di lokasi shooting sebelumnya" ucap Eric sambil mendorong Darion yang terdiam.
Entah mengapa segala gerakan Darion terhenti setelah memasuki ruangan tersebut membuat Eric harus berusaha menggerakkan sang alpha walau tidak membuatnya berpindah tempat karena tenaga beta tersebut tidak mampu mendorong seorang alpha.
"Kau yakin omega aneh ini adalah dokterku?" Darion mengucapkan kalimat tersebut dengan ekspresi meremehkan dan menunjuk ke arah Leon yang masih terduduk di belakang meja konsultasi.
"Seorang omega tidak seharusnya berada di tempat seperti ini" lanjutnya.
Tentunya seorang Leon Roderick tidak akan pernah terima dirinya direndahkan seperti itu tetapi mengingat orang atau lebih tepatnya alpha yang berada di depannya merupakan seorang pasien penting baik bagi rumah sakitnya maupun karirnya, ia berusaha menahan amarahnya.
"Tuan Darion, silahkan duduk terlebih dahulu" Leon tersenyum tipis tanpa menghiraukan segala perkataan yang ditujukan kepada dirinya.
Perilaku tersebut membuat Darion tertawa, ia menggelengkan kepalanya karena tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
"Lihatlah Eric, semua omega itu sama saja. Mereka tidak mempermasalahkan bersandiwara untuk mendapatkan tujuannya" ucapnya dengan nada mencemooh.
"Apa menurutmu dengan menjadi dokter pribadiku akan memberimu kesempatan untuk mendekatiku dan menjadi kekasihku?"
Serangkaian kata-kata tersebut membuat wajah Leon menjadi semakin merah, emosinya yang sudah dipendamnya perlahan-lahan mulai meluap keluar.
"Apa semua alpha sama sepertimu?" tanyanya dengan suara kecil.
Senyum meremehkan yang terpampang pada muka Darion pun memudar dan digantikan dengan ekspresi kebingungan.
"Apa maks-"
Leon mengangkat tangannya ke depan wajah sang alpha membuatnya menghentikan ucapan yang keluar dari mulutnya.
"Apa semua alpha sama gilanya seperti dirimu?" kali ini giliran Leon yang menunjukkan ekspresi mengejek pada mukanya.
Darion hanya dapat memiringkan kepalanya dan sedikit membuka mulutnya karena merasa tercengang akan kalimat yang dikeluarkan oleh sang omega.
"Apa kau kira semua omega akan langsung mengerumuni dirimu karena kau adalah seorang alpha? Wake up, you're dreaming" lanjut Leon sambil menjentikkan jarinya di depan muka Darion.
Sang alpha pun merasa tidak terima akan perilaku orang didepannya yang menurutnya sudah melewati batasan membuat dirinya mencengkram tangan sang omega dan mengeluarkan feromonnya. Untungnya Eric, sang manajer, berhasil menghentikan keduanya dan memisahkan mereka. Ia mendudukkan keduanya di kursi mereka masing-masing kemudian memberdirikan dirinya di sebelah Darion.
"Bagaimana kalau kita membuat sebuah perjanjian?" usulnya berusaha menengahi pembicaraan keduanya.
"Perjanjian?" Leon menaikkan salah satu alisnya karena ia tidak menyangka keputusan bodohnya akan membawa dirinya ke sebuah permasalahan.
"Dokter Leon harus membantu mencari tahu dan menyembuhkan penyakit Darion lalu" ucap Eric kemudian menoleh kearah Darion.
"Kau harus turut berpartisipasi dan tidak membuat masalah lagi" tangan Eric menepuk pundak Darion.
"Fine" Darion mendecakkan lidahnya.
Leon hanya dapat memutar matanya lalu mengambil sekotak peralatan.
"Baiklah kalau begitu, saya akan mengambil sampel darah terlebih dahulu untuk diproses di laboratorium" ucapnya berusaha terdengar seperti seorang dokter yang profesional.
***
Setelah menyelesaikan sesi pertemuan tersebut dengan pengambilan darah, Darion dan Eric pun meninggalkan ruangan tersebut.
"We just need to do that again next week, mudah kan?" ucap Eric sambil berjalan dan membaca ulang jadwal Darion.
Darion terus terdiam meski beberapa kali mendengar kalimat yang keluar dari mulut manajernya tersebut. Ia terus memikirkan kejadian di dalam ruangan tersebut.
"Cobalah cari informasi mengenai dokter itu" ucapnya memecah keheningan.
"Mengapa?" balas Eric kebingungan.
"Dia bisa menahan aroma feromonku dan kurasa feromonnya tidak menyengat"
Eric menghentikan gerakannya dan menoleh kearah Darion yang turut terhenti.
"Apakah dia seorang dominan?" tanya Eric yang hanya dibalas sebuah gelengan oleh Darion.
"Meski ia seorang dominan ia tidak akan bisa menahan feromonku" jelas Darion.
Keduanya melanjutkan perjalanan mereka meninggalkan rumah sakit tersebut dan di saat yang bersamaan Leon masih terduduk di kursinya sambil berusaha untuk menenangkan hatinya.
"Is he crazy?" omelnya dalam hati.
Entah mengapa saat ia sedang mengambil sampel darah dari Darion, ia merasa alpha tersebut mengeluarkan feromon yang sangat semerbak dan ia tidak bisa membantah fakta bahwa feromon tersebut sangat harum dan memabukkan.
"Feromon yang menakutkan" gumannya lagi.
Leon pun memberdirikan badannya dan segera keluar dari ruangan tersebut untuk memberikan sampel darah yang diambilnya ke pihak laboratorium dengan harapan semakin cepat ia menyelesaikan tugas tersebut maka ia akan bisa melepaskan perjanjian tersebut.
***
To Be Continued
(07 / 06 / 2024)
KAMU SEDANG MEMBACA
[bxb] Omegaphobic
Ficção AdolescenteKisah cinta antara seorang Alpha yang membenci Omega dan Omega yang membenci Alpha tetapi seperti pepatah tak kenal maka tak cinta, sebuah kisah romansa mulai tumbuh diantara keduanya yang sedang menempuh jalan untuk menghilangkan rasa benci tersebu...