Part 8 Tawanan_

145 20 8
                                    

Melihat wajah pihak lain begitu masam, War mencoba menghiburnya. "Oke! Oke! Tidak perlu khawatir." Katanya dengan senyum menenangkan. "Yang utama kita selamat dari kejaran mereka. Masalah terjebak di hutan, serahkan semua padaku. Aku berjanji padamu, besok pagi kita akan keluar dari sini." War berjanji dengan penuh percaya diri, senyum genitnya tidak pernah ketinggalan.

War dengan bijaksana dan penuh perhitungan menjabarkan rencananya, dia mencoba menampilkan sisi positifnya. Salah satu strategi untuk mengejar seseorang, tunjukkan dirimu yang mandiri dan bisa diandalkan.

Sambil berbicara War tanpa malu memakai celana pendeknya di depan Yin, perlu diingat sejak aksi pelarian mereka, War hanya menggunakan jubah mandi tanpa apapun dibaliknya.

Yin yang tanpa sengaja menangkap pemandangan itu mengerutkan dahi. War tidak keberatan dilihat oleh Yin, bahkan dia sengaja memperlambat gerakannya, mencoba melakukan semenggoda mungkin.

Kerutan di dahi Yin semakin dalam, matanya bersinar dingin. Dia memalingkan wajah dengan wajah hitam. Belum pernah ada yang berani bersikap tidak tahu malu dan kurang ajar seperti ini.

War tidak merasakan ke ilfeelan Yin, dia tidak ambil pusing, fokusnya berada di titik lain. Dia dan Yin terjebak di hutan ini bersama, bermalam di gua tak berpenghuni, gelap dan dingin ini. Bukankah ini keberuntungan yang luar biasa?! Bukankah ini kesempatan besar?! Dua orang bersama~~

Mata War bersinar semakin terang begitu menyadari situasi mereka. War membayangkan apa yang bisa terjadi, matanya tanpa sadar melihat sekeliling. Dia bukan orang suci, apa yang ada pikirannya tentu saja bukan hal baik. Berbagai adegan tak pantas memenuhi otaknya.

Tanpa bisa dicegah dia menatap Yin dengan senyum mesum. Tatapan mesum dan panas War sampai pada Yin, membuat Yin melirik dingin War. Begitu melihat senyum mengerikan itu, wajah Yin semakin dingin.

War dengan sangat pengertian mencari tempat untuk mereka. Membersihkan kotoran di beberapa tempat lalu mempersilakan Yin duduk. "Semua baik-baik saja. Aku tahu hutan ini. Besok kita bisa kembali ke resort dengan selamat." Dia kembali menenangkan Yin sambil menyuruhnya duduk disampingnya. "Yang penting kita bisa lolos dari mereka semua!" Tambah War.

Yin tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Masih dengan wajah dingin dan suramnya dia membalas perkataan War. "Penjahat yang kau maksud itu adalah orang-orangku!" Yin mematahkan kebangaan War dengan kejam.

"Oohh.. HAH??!!!" War menatap Yin dengan ekspresi bodoh mendengar apa yang dikatakan Yin.

War terdiam dengan mempertahankan wajah bodohnya. Secara tiba-tiba otaknya macet dan mengalami kegagalan fungsi.

"Itu...?!" War bersuara dengan linglung. Hanya kata itu yang bisa dia keluarkan. Dia tidak mampu mengatakan apapun. Dia masih kesulitan memproses informasi yang baru saja diterima.

Otak War berusaha keras memproses apa yang dikatakan Yin. Setelah mengalami kemacetan otak dan masalah berpikir, beberapa menit kemudian saraf-saraf otaknya mulai terhubung kembali. Dan kesadaran menghantam War dengan keras.

War yang selama hidupnya tidak pernah mengenal apa itu rasa malu dan tidak ada kata malu di kamus hidupnya, hari ini dia tahu arti kata itu. Bahkan dia tidak bisa mengeja kata itu dengan benar. Dia di buat malu sampai mati.

Mengingat bagaimana bangga dan sombongnya dia sebelumnya, terus berbicara omong kosong tentang keberaniannya menyelamatkan Yin. Ternyata dialah akar masalahnya, dialah yang membuat Yin hampir mati.

Rasanya War ingin menggali tanah untuk dirinya sendiri. Sangat memalukan! Benar-benar memalukan!

Adakah hal paling memalukan dari ini, belum lagi didepan target cintanya. War dibuat mati kutu, tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan katakan. War serasa ingin pingsan, dia tidak mampu menanggung rasa malu ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mafia and His SniperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang