00.02

6 1 0
                                    

Veira menatap sendu kue tart dihadapan nya, bukan ini yang ia mau, bukan ia tak menghargai kejutan dari mereka, hanya saja luka lama itu kembali terbuka padahal lukanya belum tertutup sempurna, tapi Veira juga tidak bisa menolak suprise dari sahabat-sahabat nya yang sudah rela pagi-pagi begini menunggu kedatangan nya ke kafe gang biasa mereka tempati untuk sekedar membuat tugas atau kumpul bersama.

Bahkan orang tua Abizar serta adik nya juga ada disini, papa Bian, mama Anita dan juga Abimana yang turut hadir merayakan ulang tahunnya

"HAPPY BIRTHDAY ANATHAVEIRA ISABEL, SAHABAT TERSAYANG KITA"

"Guys thank you so much for this suprise, but this is very hurt for me"balasnya seiring dengan isak tangis yang mulai terdengar

Perlahan Anita menarik gadis mungil di samping nya kedalam pelukannya, gadis kecil ini sudah banyak berjuang melawan rasa sakit nya sendiri. Kini yang ia butuhkan hanya pelukan hangat dari sosok yang melahirkan nya, hanya saja sangat sulit bagi gadis kecil ini mendapatkan keinginan sederhana itu

"Anak mama yang paling cantik ini, jangan nangis lagi sayang... kasihan loh mata cantik kamu, ada mama sama papa disini, ada adik kamu Abima, ada Abizar sama yang lainnya juga sayang"

Veira semakin mengeratkan pelukannya dengan sosok yang ia panggil sebagai mama ini, isak tangis nya kian kuat menyapa telinga mereka yang berada di sekeliling gadis itu

Abian mengelus kepala Veira dengan sayang, hahhhh gadis kecil ini sudah ia anggap sebagai putri nya, putri kecil yang harus ia peluk erat raganya, yang harus ia lindungi dengan segenap jiwa dan raga atas hidupnya, putri kecil yang harus ia jaga sampai akhir nanti

"Putri kecil nya papa, selamat ulang tahun ya nak, doa papa selalu menyertai kamu nak, kalau kamu lelah ayo pulang ke papa sayang. papa sanggup peluk kamu dengan erat nak, jadikan papa rumah berteduh nya kamu nak"

Ucapan Abian benar-benar menyayat hati kecil Veira, ia bahagia... bahagia karena benar-benar dicintai sedalam mungkin oleh keluar papa Abian

Anita perlahan melepaskan pelukannya dengan Veira lalu menghapus jejak air mata yang tertinggal di wajah sembab gadisnya

"Uda jangan nangis lagi, ayo kita rayakan hari bahagia kamu nak sama mama, papa dan yang lainnya"ujar Anita

"Buang rasa sedihnya ya Vei, kita sedih banget lihatnya"sambung Aura

"Uda ya nangisnya, gue lemah banget aelah malah ikutan nangis segala"lanjut Arila

"Terdiam seperti batu gue mah, ga tau mau bereaksi bagaimana lagi"ucap Helga mengerjapkan matanya berulang-ulang kali

"Hadehhh dramatis bener lo ber-3"omel Sagara

"Heh manusia ga punya hati, ga usah komen lo ya sebelum gue tabok bibir lo itu"kesal Arila membuat suasana seketika hidup kembali

"Tuhan jika bahagia ini hanya sementara aku tidak masalah, tapi aku mohon semoga kebahagiaan ini bertahan sampai waktu aku di dunia ini berakhir. Biarkan diriku saja sendiri yang mengubur rasa sakit ini, cukup aku yang lain jangan"batin Veira menatap satu persatu orang-orang yang kini berada di sekitarnya.

🐳🐳🐳

Malam harinya Veira baru saja menginjakkan kaki dirumahnya karna ia baru saja pulang dari acara ulang tahunnya sendiri yang dirayakan dirumah Abizar siang tadi.

"Dari mana saja kamu? anak gadis jam segini baru pulang? kamu ga ingat waktu Veira Maltharia?"tanya sang kepala keluarga dengan dinginnya

"Ayah maaf lagian ini belum larut, aku dari luar sama teman-teman aku"

DLRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang