00.06

3 0 0
                                    

"Andai orang tua paham bagaimana kondisi perasaan anak nya, andai orang tua mengerti bahwa tidak ada satu anak pun yang suka dibanding-bandingkan, andai orang tua tau... bahwa disini ada anak yang tengah berjuang mati-matian melawan takdir nya, andai saja"
ai_zoranaa.

🐳🐳🐳

Setelah acara kuat menguatkan satu sama lain, Veira memaksa teman-teman agar pulang ke rumah malam ini, biarlah dirinya sendiri yang berada di sini, lagipula ia sedang butuh waktu sendiri, butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikiran nya dari segala pikiran buruk yang selalu menghantam kepalanya

Veira menatap kosong jendela ruangannya, dengan mata yang berkaca-kaca, dengan segala pikiran yang berisiknya melebihi berisiknya lautan.

Veira menghembus kan nafasnya dengan kasar, lalu menyeka air mata nya yang tiba-tiba jatuh dengan sendirinya. Ia meraih ponselnya dan melihat wallpaper lock screen nya yang memperlihatkan foto nya dengan keluarganya

"Bunda Vei rasanya mau nyerah aja, Vei boleh nyerah ga bun? Vei benar-benar gak kuat buat jalanin sama kalian lagi, Vei boleh pergi ga?"lirihnya dengar derai air mata yang sudah mengalir dengan bebas di wajah cantiknya

"Mau sampai kapan kalian nyalahin Vei? ayah bunda... Vei ga sekuat itu nerima caci makian kalian, Vei ga kuat nerima banyak pukulan dari bang Zidan, tubuh Veira rasanya uda mati rasa, bahkan setiap bang Zidan mukul Vei, badan Vei uda ga ngerasain rasa sakit pukulan itu lagi"ia meremat kuat selimut rumah sakit nya, menahan sesak di dada yang tak kunjung reda rasa sakitnya

"Andai waktu itu Raquel ga nolongin aku, pasti sekarang kamu masih disini Ra, kenapa kamu korbanin diri kamu buat anak yang gak di harapkan ini kehadiran nya? kamu tau bahkan tanpa kamu sadari, selama ini yang sayang sama aku cuman Aa Hazen sama mas Azka, CUMA MEREKA RA, CUMA MEREKA!!! tapi mas uda berubah sekarang Ra, aku harus gimana lagi?"racau nya lagi, bahkan tangisannya kian kuat, ia memukul-mukul dada nya agar rasa sesaknya hilang

Tanpa Veira sadari, sedari tadi Dr.Gabriel berdiri di depan ruangannya. Dr.Gabriel adalah dokter pribadi yang merawat Veira selama ini, hanya dokter Gabriel yang menganggap Vei sebagai manusia di mata Veira

Gabriel menghembus kan nafasnya perlahan, tangannya masih setia meremat kenop pintu ruangan gadis yang selama ini ia jaga dengan kuat, gadis malang itu sudah Gabriel amggap sebagai putri nya, di anggap sebagai putri kandung nya sendiri.

"Vei kamu uda janji sama saya buat sembuh, tapi kenapa seolah-olah kamu ingin menyerah sekarang Vei"guman Gabriel menatap sendu Veira yang menangis meraung-raung di dalam sana. Sesak, hati Gabriel ikut sakit melihat keadaan Veira

Sementara didalam sana, Veira benar-benar kehilangan akal sehatnya, ia membuka laci nakas disebelah ranjangnya lalu meraih cutter di dalam sana

"Apa dengan ini bisa buat bunda sama ayah bahagia? kalau iya bakal aku lakuin"ucapnya lalu mengarahkan cutter tersebut tepat pada nadinya

Gabriel yang melihat aksi gila Veira langsung masuk dan melempar dengan asal cutter yang hampir saja merenggut nyawa orang tak bersalah ini

Veira mendongak menatap tepat di manik mata Dr.Gabriel, membuat hati Gabriel mencelos melihat tatapan kosong Veira yang berada tepat di hadapannya

"Kenapa dokter buang cutter itu? KENAPA DOKTER HALANGI AKU BUAT TURUTIN MAUNYA AYAH SAMA BUNDA!??? jawab dokter Gabriel?? aku uda ga punya asalan buat hidup lagi!!"teriaknya tepat diwajah Gabriel

Ya Tuhan, Gabriel tidak kuat mendengar racauan gadis didepannya ini, Gabriel tak berkutik, ia benar-benar terdiam mendengar segala racauan amarah Veira yang ia pendam selama ini

"Kenapa dokter masuk? ngapain dokter disini? kenapa dokter malah halangi maunya ayah sama bunda nya aku? cuman itu satu-satunya cara biar ayah sama bunda maafin aku, KENAPA DOKTERNYA HALANGI AKU? KENAPA DOKTER, KENAPA?"

"AKU LELAH SAMA HIDUP AKU, biar aku pergi dok, penyakit sialan ini juga kenapa harus datang disaat aku ga mengharapkan kehadiran penyakit sialan ini?"

"kenapa takdir ku seburuk ini? apa dimasa lalu aku pernah berbuat kesalahan yang fatal, makannya Tuhan hukum aku seberat ini?"

"Veira dengarkan saya, saya gak mungkin biarin kamu buat akhiri hidup kamu gitu aja, di depan sana masih banyak hal yang belum kamu coba, masih banyak tempat yang belum kamu kunjungi sama orang-orang yang kamu sayang, kalau kamu lelah ada saya Vei dibelakang kamu, balik ke saya. Akan saya beri segala afeksi seorang ayah buat kamu, ada saya Vei... saya minta tolong sama kamu, bertahan Vei, bertahan setidaknya untuk saya dan diri kamu sendiri"

"Aku uda gak perduli tentang apapun di depan sana, mau gimana pun juga bakal aku jalani jalan yang berduri itu, aku cuman butuh Ayah sama Bunda. Makasih dok uda mau jadi sosok pengganti Ayah aku, tapi dok aku uda lelah, seharusnya dokter ga cegah aku, seharusnya dokter biarkan saja diri aku mati dengan segala sakit yang ku pendam"

"Vei ada saya disini, jangan berfikir untuk mengakhiri hidup kamu sendiri, kamu harus sembuh, janji sama saya ya"ucap Gabriel sembari mengelus kepala Veira dengan sayang, namun Veira hanya terdiam enggan menjawab perkataan nya

"Kamu istirahat ya, Papa mau ke ruangan dulu ada pasien yang harus papa tangani, kamu yang kuat ya putri kecil Papa"ujar Gabriel lalu pergi begitu saja dari ruangan Veira setengah mengecup singkat pucuk kepala anak yang selama ini sudah Gabriel anggap seperti anaknya sendiri

"Papa ya?"gumannya menatap layar ponsel nya, yang memperlihatkan banyaknya notif dari kakak, abang, bunda juga ayahnya

"Aku uda ga butuh peran itu di orang lain, nyatanya yang aku butuhkan cuman pelukan Ayah sama Bunda, bukan pelukan dari orang lain"ucapnya dengan isak tangis yang belum kunjung reda

Ia langsung terbayang kejadian 5 tahun silam. Tepat pada tanggal 20 Agustus, kejadian dimana ia di benci oleh keluarga nya sendiri, kejadian dimana ia kehilangan kebahagiaan nya, kejadian dimana pertama kalinya ia masuk rumah sakit hanya karna pukulan ayah dan abangnya yang menyebabkan ia dirawat satu bulan di rs yang ia tempati sekarang ini, kejadian pertama kali ia tidak dianggap anak oleh kedua orang tuanya

Dan untuk yang pertama kalinya ia baru menyadari tentang penyakit yang ia derita, untuk pertama kalinya ia melihat Aa nya terbaring lemah di rumah sakit karna penyakit nya, dan untuk yang pertama kalinya mas nya

"Hahaha miris banget hidup kamu Vei, aku benci diri aku sendiri, aku benci karena aku ga bisa melawan semuanya, aku lemah banget ya"gumannya lalu memeluk tubuhnya sendiri dan meluapkan rasa sakit yang ia pendam-pendam selama ini, meluapkan tangis yang tidak bisa ia tunjukkan di depan siapapun, hanya Veira... hanya Veira yang memeluk sedalam-dalam lukanya sendiri, hanya Veira

🐳🐳🐳

happy reading sayangku..

makasih buat yang uda mampir, jangan jupa votemen and share ya😊thnk uuu🫶🏻🫶🏻 🫶🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DLRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang