1

2.2K 135 1
                                    

"Bunuh."

Suara lirih namun penuh penekanan menggema di sebuah ruang dengan cahaya remang-remang. Seorang lelaki jangkung dengan bahu tegas perlahan meletakkan telepon pintarnya di meja, menghela napas sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

Cklek.

Pintu terbuka menampakkan lelaki paruh baya dengan senyuman sendu. Namun tubuh gagahnya seolah menolak bahwa dia kini adalah lelaki tua dengan rambut putih. Lelaki itu melangkah masuk, duduk di kursi sofa di depan pemuda jangkung.

"Ada masalah?"

Si pemuda jangkung berdiri, menghampiri lelaki paruh baya itu lalu duduk di sampingnya.

"Tidak ada. Ada apa ayah kemari?"

"Hanya ingin menemuimu, sudah lama ayah tidak berbicara denganmu. Kau terlalu sibuk belakangan ini."

"Ah. Maaf ayah. Aku hanya sedang mengurus beberapa hal. Ayah mau minum?" Pemuda jangkung berdiri, menghampiri rak besar yang tertata rapi di penghujung ruangan.

"Wine." Si ayah tersenyum ke arah putranya, kemudian melanjutkan, "Shioh, kau perlu istirahat. Aku tau kau bekerja keras untuk organisasi. Tapi jangan lupakan dirimu sendiri."

Ryu Shioh, pemuda jangkung itu menyodorkan gelas berisi wine kepada ayahnya, "Aku tau, ayah. Setelah ini. Pasti." Ucapnya meyakinkan.

----

"Bos, dia tidak mau berbicara."

Shioh tak bergeming mendengar ucapan Saebyok, sekretarisnya. Dia mempercepat langkahnya menuju ujung koridor yang menampakkan pintu coklat tua tertutup rapat dengan dua penjaga di depannya. Saebyok segera mendahuluinya, memberi isyarat kepada penjaga untuk membukakan pintu.

Di dalam ruangan tampak seorang lelaki tergantung dengan kedua tangan terikat ke atas, namun kakinya masih menyentuh lantai. Tubuh tergantung berlumuran darah, mata kirinya lebam serta mulut yang sobek membuat pipi kirinya semakin membiru. Dia tersenyum.

"Akhirnya kau datang." Ucapnya dengan menyeringai.

Shioh mengambil pistol di meja yang berada di sudut ruangan, mengarahkannya tepat ke dahi lelaki itu. Membuat lelaki tergantung itu tertawa namun meringis kemudian menahan sakit di pipinya.

"Tembak saja. Aku sudah muak denganmu, bajingan." Teriaknya. "Dengan begitu aku bisa menyusul Hosan."

Hosan? Ah. Lelaki yang dibunuh anak-anak waktu itu. Pikir Shioh.

Door!

Lelaki itu mengerang. Darah mengucur deras dari paha kanannya. Dengan santai, Shioh kembali meletakkan pistol ke tempatnya semula.

"Aku juga muak denganmu." Shioh berkata dengan suara rendah. "Bagaimana? Kau masih tidak mau bicara?"

"Tidak akan pernah, bangsat. Sekalipun kau tembak kepalaku."

Shioh berbalik arah, berjalan santai meninggalkan pria itu.

Door!

Suara desingan pistol kembali terdengar. Saebyok hanya bergeming, melihat Shioh dengan tenang menembak pria itu tepat di dahinya. Kau sendiri yang menantangnya. Saebyok hanya membatin kemudian melangkah keluar ruangan, menyusul Shioh yang kini berjalan dengan santai, membenarkan kancing jasnya dan masuk ke mobil.

----

"Kau tau dia adalah orang kepercayaannya. Kenapa kau membunuhnya?"

Shioh menatap ayahnya, menghela napas, "Kita akan menemukan orang lain, jangan khawatir."

MINE (Byeon Wooseok, Kim Hyeyoon AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang