3

933 109 10
                                    

Bangunan megah dan mewah bercat putih bersih terpampang di depan Hyeyoung, membuatnya berdiri mematung beberapa detik karena takjub. Tidak salah pikirannya, kucing konglomerat. Tentu saja, siapa yang menyewa pengasuh untuk kucing kalau bukan dari kalangan elit seperti calon majikannya.

Hyeyoung memencet bel yang dibalas dengan suara wanita dari monitor kecil berspeaker di bawah bel itu. Setelah menyebutkan identitasnya, gerbang putih seukuran pintu di sisi pagar utama terbuka. Menampakkan taman luas yang tertata begitu epik dengan suasana asri dan tenang. Dia berjalan perlahan hingga melihat pintu masuk utama rumah itu yang lebih besar daripada pintu gerbang tadi. Sesuai dengan ukuran rumah ini.

Pintu terbuka, Hyeyoung melihat seorang maid yang masih dibilang cukup muda. Mungkin usianya sekitar akhir tigapuluhan. Maid itu mempersilahkan Hyeyoung masuk dan memintanya untuk mengikuti. Lagi-lagi Hyeyoung takjub dengan arsitektur rumah itu. Benar-benar putih bersih dengan banyak lukisan-lukisan abstrak yang Hyeyoung sendiri tidak tahu maknanya, menghiasi dinding-dinding rumah itu.

Hyeyoung tersentak saat sedang asyik menikmati arsitektur rumah, sedikit kaget saat si maid memintanya mengikuti ke lantai dua. Hyeyoung melewati koridor lantai dua yang juga lumayan luas untuk ukuran rumah hingga sampailah di depan sebuah pintu. Maid itu mengetuk sebentar lalu membukanya.

"Permisi, tuan. Nona pengasuh sudah datang." Ucapnya.

Hyeyoung melihat bayangan lelaki yang tengah duduk membelakangi mereka. Lelaki itu memutar kursinya.

Lelaki bisu?

Sebelah alisnya terangkat, lelaki yang akhir-akhir ini sering ia temui tanpa sengaja. Si maid menunduk, mengucapkan permisi kepada lelaki itu dan juga Hyeyoung. Hyeyoung masih menatap lelaki di depannya hingga lelaki itu memberi isyarat agar dia masuk dan duduk. Hyeyoung berdeham sebelum akhirnya menuruti lelaki itu.

"Bukankah anda yang ada di panti waktu itu? Dan oh.. Di rumah sakit juga, bukan?" Hyeyoung memberanikan diri.

Lelaki itu bergeming. Seperti biasa.

Apa dia benar-benar tidak bisa bicara? Atau mulutnya sedang sakit karena sariawan?

Hyeyoung mengalihkan pandangannya kepada kucing gemuk berwarna oranye di pangkuan lelaki itu. Dia yakin, makhluk menggemaskan itu yang akan dia rawat.

Sekarang dia tahu alasannya bekerja di sini. Tentu saja karena lelaki itu adalah anak dari pemilik Yayasan. Dia tau pemilik Yayasan, tapi bukan lelaki ini. Lelaki itu mirip, jadi dia yakin kalau orang di depannya itu adalah putra pemilik Yayasan. Tidak heran juga kenapa rumah ini begitu besar. Yah, bisa apa lagi dia selain menurut. Orang kaya bebas melakukan apapun. Termasuk memperkerjakan orang untuk mengasuh dan bermain dengan kucing kesayangannya.

"Hongshi." Suara rendah memecah keheningan.

Ahh. Ternyata dia bisa bicara.

"Ternyata anda bisa bicara juga." Ucap Hyeyoung tanpa sadar. Dia langsung membekap mulutnya sendiri, sadar akan apa yang ia ucapkan. Tentu saja itu kalimat biasa, tapi lelaki itu calon majikan atau mungkin sudah majikannya sekarang, yang juga putra dari pemilik Yayasan ternama di Seoul.

Hyeyoung berdeham lagi. Berusaha menghilangkan kegugupannya. Entah kenapa dia merasa lelaki itu begitu mengintimidasinya sekarang.

"Hongshi... Nama anda?" Tanyanya.

"Dia." Balas lelaki itu sambil mengelus punggung kucingnya.

Aah. Benar. Tidak mungkin itu namanya. Nama itu kurang terdengar maskulin untuknya.

Tanpa sadar Hyeyoung mengakui kalau lelaki ketus yang irit bicara itu maskulin.

"Kau harus menjaganya. Dia terlihat sehat. Tapi dia baru saja menjalani operasi baru-baru ini."

MINE (Byeon Wooseok, Kim Hyeyoon AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang