2

1.1K 124 8
                                    

"Kak, aku lelah. Aku mau tidur." Ucap Sooah yang kini tengah berada di pangkuan Hyeyoung. Mereka melihat anak-anak lain yang kini sibuk bermain dan makan karena ada jamuan dari Pemimpin Yayasan.

Hyeyoung menunduk, menatap Sooah yang terlihat lemas. Dia tersenyum, lalu membalikkan badan Sooah dan menggendongnya. "Baiklah. Ayo kita ke kamar Sooah dan bertemu Berny, beruang kesayangan Sooah. Yayy!!!" Ucap Hyeyoung dengan riang.

Di sudut lain, Shioh yang melihat itu mengangkat sebelah alisnya. Melihat pengasuh mungil itu menggendong tubuh Sooah membuatnya berpikir,

Apa dia bisa?

Dan ya, Hyeyoung menaiki satu persatu anak tangga dengan perlahan sambil sesekali mengelus punggung Sooah. Gadis kecil itu mendengkur pelan, ternyata dia sangat kelelahan. Pikir Hyeyoung.

Akhirnya Hyeyoung berhasil menaiki tangga. Kini ia berada di depan pintu kamar Sooah.

Cklek.

Hyeyoung terkejut. Tiba-tiba tangan besar terulur membuka pintu di depannya. Dia menoleh, mendapati lelaki yang ia temui saat ia bermain dengan Sooah tadi.

Hyeyoung mengernyitkan dahi, melihat lelaki itu mengulurkan tangannya seolah memberi isyarat agar dia masuk. Tanpa sepatah kata pun. Hyeyoung segera bergegas menuju ranjang Sooah, membaringkan tubuh kecil yang ia gendong sejak tadi. Perasaannya sedikit lega melihat Sooah yang terlelap dalam tidurnya.

Hyeyoung mengarahkan pandangannya ke arah pintu.

Kenapa masih disana?

Hyeyoung berdeham. Memecah keheningkan yang sedari tadi menyelimuti mereka, "Terima kasih."

Lelaki itu menelengkan kepalanya, membuat Hyeyoung segera merespon, "Telah membukakan pintu untukku."

Apa dia bisu?

Lagi. Lelaki itu bergeming, membuat Hyeyoung kikuk dengan sendirinya.

"Baiklah. Kalau anda mau berada disini, boleh saja. Asal jangan sampai membangunkan Sooah. Saya akan pergi sebentar untuk mengambil obatnya." Ujar Hyeyoung.

Hyeyoung berjalan menuju pintu, berusaha lewat namun tubuh lelaki di depannya benar-benar menutup aksesnya. Lelaki itu benar-benar tinggi, bahkan hampir seukuran dengan pintu. Wajah kecil dengan rahang tegas, hidung mancung serta bibir tebalnya membuat Hyeyoung terpesona.

Untuk sepersekian detik mereka saling menatap, menilik dengan teliti setiap lekukan wajah masing-masing.

Hyeyoung terkesiap dan berkata, "Permisi, bisakah anda minggir sedikit?"

Lagi dan lagi. Lelaki itu hanya bergeming. Hyeyoung mendecak. Dia memiringkan badan, berusaha menggapai celah yang tersisa untuk keluar. Lelaki itu juga memiringkan badan mengikuti Hyeyoung, hingga kini mereka saling berhadapan.

Hyeyoung berusaha mundur, tapi sayang dia sudah terhimpit kusen pintu di belakangnya. Dia mendongak, menatap wajah yang berada sekitar tiga puluh sentimeter diatasnya itu. Si lelaki balas menatap Hyeyoung, sedikit melangkah maju, membuat Hyeyoung semakin terhimpit. Mata hitam legam lelaki itu menatap Hyeyoung dalam, membuat Hyeyoung terpaku. Tubuhnya seakan menolak untuk bergerak menghidari tatapan yang tidak bisa Hyeyoung jabarkan.

"Hyeyoung.."

Sebuah suara cempreng berhasil mengembalikan refleks tubuh Hyeyoung.

"Hyeyoung.. Young-aahh kau di sini?" Lanjut suara itu.

Hyeyoung segera berlari, menuruni tangga menuju suara cempreng itu. Meninggalkan lelaki jangkung yang membuat Jantungnya hampir melompat keluar. Dia gugup, tidak tahu kenapa.

MINE (Byeon Wooseok, Kim Hyeyoon AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang