Selamat membaca💎💎
ΩΩΩΩΩ
Asahi menghela nafas lelah setelah menjalani hari terakhir kegiatan Dies Natalis kampus. Dia merupakan salah satu panitia yang juga bertugas mengurus keperluan dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Asahi memilih mengasingkan diri dari sesama panitia lainnya. Kini dia sedang berada di taman kampus yang terlihat sepi dan tenang. Asahi mengambil ponselnya, melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Segera saja dia meraih earphone yang berada di saku celananya berniat untuk mendengarkan musik sejenak sebelum melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah.
Meong
Asahi mendengar seekor kucing. Sontak saja Asahi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan makhluk mungil tersebut. Dengan senyuman tipis, Asahi bangkit dari duduknya dan menghampiri kucing kecil yang tengah bersembunyi di balik sebuh pot bunga. Asahi mengulurkan tangannya untuk meraih kucing tersebut dan membawanya ke tempat dimana sebelumnya dia duduk.
Asahi tersenyum lembut memandangi kucing mungil itu memejamkan mata karena merasa nyaman akan elusan yang pemuda itu berikan. Tak berlangsung lama kucing itu pun kembali mengeong. Asahi menatap kucing tersebut dengan alis yang dinaikkan sebelah.
"Kamu lapar, ya?" tanya Asahi pelan.
Meong
Rupanya tebakan Asahi tepat sasaran. Kucing tersebut mendongak dan menatap Asahi dengan mata besarnya. Mengingat tadi pemuda berlesung pipit itu membawa bekal dan tidak sempat menghabiskannya, Asahi kemudian membuka ransel yang berada di sebelahnya dan mengambil bekal yang dimaksud.
Asahi segera memberikan sisa makanannya kepada kucing kecil tersebut. Kucing itu mulai memakan sisa bekal yang diberikan kepadanya. Melihat kucing yang makan dengan lahap, Asahi kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Dipasangnya earphone ke telinganya dan mulai mendengarkan lagu yang disukainya seraya bersenandung pelan.
Setelah 15 menit lamanya mendengarkan musik, Asahi berniat untuk pulang dikarenakan langit yang tiba-tiba berubah dari cerah menjadi mendung. Tetapi dia baru menyadari sesuatu. Asahi lupa menghubungi Ibunya bahwa dia akan pulang terlambat. Setahu Ibunya, Asahi akan pulang 45 menit yang lalu.
Asahi secepatnya mencari nomor ponsel ibunya dan menelponnya. Belum sempat sambungannya terhubung, ponsel Asahi dirampas oleh seseorang. Orang tersebut mematikan sambungan telepon antara Asahi dan ibunya.
Asahi menatap orang tersebut marah, "Kembaliin ponsel gue!"
Bukannya mengembalikan ponsel Asahi, orang tersebut malah menonaktifkannya dan menyimpan ponsel tersebut di saku celana miliknya.
"Nggak. Lo nggak boleh main ponsel, apalagi sampai nelpon seseorang. Itu bakalan mancing monster-monster datang ke elo."
"Balikin, nggak?" kekeuh Asahi meminta ponsel miliknya dikembalikan. Asahi tidak memedulikan ucapan orang itu mengenai monster. Asahi mana percaya hal begituan.
Orang itu menghela nafas pelan, "Gue nggak bisa." ucapnya.
"Lo ada masalah sama gue?" tanya Asahi masih mengulurkan tangannya untuk meminta ponselnya dikembalikan.
"Cukup deh, Lisa. Lo itu ganggu gue mulu tau, NGGAK?" bentak asahi pelan.
Lisa yang mendengarnya tetap tidak mengembalikan ponsel Asahi. "Gue bukannya ganggu lo. Tapi gue berusaha lindungin lo."
"Terserah lo deh." pasrah Asahi.
Dari awal Asahi memasuki dunia perkuliahan, hidupnya berubah. Lisa selalu membuntuti kemana pun Asahi pergi (kecuali, toilet). Tentunya hal tersebut membuat pemuda itu risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thisavrós (Treasure)
FanfictionBagaimana jadinya jika kedua belas pemuda dikejutkan dengan fakta kehidupan mereka yang sesungguhnya? Sebuah fakta bahwa mereka adalah keturunan dewa-dewi Apa yang akan mereka lakukan? Akankah mereka mampu menghadapi ramalan yang sudah ditakdirkan...