Chapter V

90 11 1
                                    

Selamat Membaca💎💎💎

ΩΩΩΩΩ

Gedung kesehatan itu terlihat sepi. Hanya diisi oleh dua orang pemuda yang sedang tertidur dengan lelap. Jaehyun geleng-geleng kepala. Pagi sudah menjelang dan sarapan bersama pun tengah berlangsung di paviliun. Namun, Jeongwoo dan Junghwan belum juga mau membuka mata sejak beberapa jam yang lalu keduanya memilih tidur di gedung kesehatan.

Kenapa keduanya bisa tidur disana? Hal itu terjadi karena Jeongwoo yang bersikeras ingin menemani Junghwan yang semalam terkena demam tinggi. Jaehyun sudah menjelaskan bahwa Jeongwoo bisa tidur di kabin sementara yang sudah disiapkan bagi para blasteran yang belum diklaim oleh orang tua dewa mereka. Namun, Jeongwoo yang pada dasarnya memang keras kepala, tak mau mendengarkan perkataan Jaehyun sedikit pun. Alhasil Chiron pun membiarkan pemuda itu, padahal Chiron yang Jaehyun kenal tak biasanya bersikap lunak pada para pekemah yang tak mau mengikuti peraturan yang telah ditetapkan di perkemahan.

Tak dapat dipungkiri, ada sedikit rasa senang yang menyelinap di dalam hati Jaehyun saat mengetahui bahwa Junghwan akhirnya jatuh sakit. Bukannya Jaehyun jahat, hanya saja dia tak ingin Junghwan memaksakan diri seolah-olah pemuda berambut gondrong itu masih kuat, padahal Jaehyun pun tahu bahwa pemuda itu sudah kelelahan sejak mereka berjalan meninggalkan kediamannya. Namun, Junghwan masih sempat memaksakan diri untuk membantu Jaehyun melawan Laistrygonian. Sampai akhirnya pemuda itu pun mendapat luka melepuh di kakinya. Jaehyun paham, Junghwan demam pasti dipengaruhi juga akan keberadaan ibunya yang masih belum diketahui itu. Tentunya, remaja sepertinya masih sangat perlu kehadiran sang ibu.

Jaehyun menghampiri bangsal yang ditempati Junghwan lalu meletakkan punggung tangannya di dahi pemuda itu, untuk sekedar memeriksa suhu tubuh Junghwan. Pergerakan Jaehyun membuat Junghwan melenguh, kemudian pemuda itu mengerjapkan kelopak matanya pelan.

"Ada yang sakit?" tanya Jaehyun perhatian.

Junghwan berdehem pelan, menetralisir tenggorokannya yang terasa kering. "Nggak ada kok. Kepala gue aja, rasanya masih pusing dikit." jawabnya sembari menyandarkan diri. Jaehyun mengangguk mengerti lalu memberikan segelas air mineral pada Junghwan. Junghwan berterimakasih dan segera meminum air tersebut.

"Bang Jeongwoo belum bangun, bang?"

Jaehyun memandang Jeongwoo yang masih terlelap dengan mata menyipit, "Belum. Padahal bundanya udah bilang jangan begadang. Pasti dia tidur larut malam, kan?"

Junghwan membenarkan. Entah hal apa yang menyebabkan Jeongwoo begadang semalam, Junghwan tak tahu karena dia sudah mengantuk berat kala mendengar Jeongwoo bergumam bahwa pemuda itu belum merasakan kantuk.

Jaehyun kemudian menghampiri Jeongwoo, lalu tanpa aba-aba menarik kasar selimut yang tengah membungkus tubuh pemuda itu, hingga mengakibatkan Jeongwoo terjatuh dari tempatnya tidur. Junghwan terkekeh kecil. Walaupun sedang terkena demam tinggi, pemuda itu masih sempat-sempatnya menertawakan kesialan yang menimpa Jeongwoo.

"ANJ-" Korban dari kekerasan itu sontak berdiri dengan wajah yang terlihat sangat kesal. Siapa yang berani membangunkannya dengan cara seperti itu?

"Lo nggak inget pesan dari bunda lo?" tanya Jaehyun seraya bersedekap dada.

Jeongwoo makin kesal setelah mengetahui siapa pelakunya. Pemuda itu kemudian merebahkan diri kembali, "mana mungkin gue lupa." jawabnya dengan intonasi yang perlahan melemah.

Jaehyun menghela nafas panjang, salahkan dirinya yang sangat ceroboh karena mengingatkan Jeongwoo tentang bundanya. Layaknya Junghwan, Jeongwoo pun tak sanggup jika harus jauh dari sang bunda.

"Udah, udah. Ini waktunya sarapan. Ayo, kita ke paviliun." Jaehyun menarik tangan Jeongwoo untuk berdiri kembali. Jeongwoo pun hanya pasrah dan menutup mulutnya rapat.

Thisavrós (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang