bab² [kecelakaan]

209 27 0
                                    

Perkumpulan 4 pemuda itu sedang berbincang-bincang ringan di sebuah warung belakang sekolah. Membolos dari pelajaran itu lah yang mereka lakukan.

"Ayah Lo ga marah za? Nanti ketauan bisa kena marah lagi," ujar bimo salah satu teman si kembar.

Anza menggeleng. "Kalo dimarahin ya dengerin aja, lagian gue ga dikasih ijin terus buat ikut basket, jadi males."

"Jangan keseringan bolos, ga baik," sahut Haza. Dia adalah yang paling tua diantara mereka, dan juga yang paling dewasa.

"Iya iyaa siap dah siap, nanti lo berdua les?" tanya bimo kembali, kali ini bukan hanya untuk anza namun juga untuk arya.

"Gue ga ikut, gue mau liat ekskul musik yang lagi lomba," ujar Arya. "Nanti temenin gue ya za."

"Iya nanti gue temenin, gue juga pengin lihat." Haza pasrah, di nasehati pun percuma.

"Udah bolos kelas, bolos les, duh payah amat lo berdua," sindir bimo pada si kembar.

"Lo sama aja monyet! Ga ngaca amat!" kesal anza, apa bedanya dia dengan bimo? Bimo juga sama sama membolos.

"Jangan sering sering ngelawan om vino deh, lagian itu juga buat kebaikan kalian." Nasehat haza, sikembar hanya les satu Minggu tiga kali, itu masih masuk dalam batasan wajar, mereka masih bebas main kesana kemari, namun mungkin letak kesalahannya karena sikembar tidak diperbolehkan memilih apa yang mereka mau. "Orang tua itu mau yang terbaik buat anak anaknya, jadi dari pada sikap kalian yang kek gini, mending dibicarain baik baik."

Sepertinya percuma saja, mau di nasehati kalau orangnya enggan mendengar pun hanya nasehat yang sia sia. "Ayah itu egois, males gue ngomong." Hanya itu jawaban dari anza, sementara arya entah mendengar atau tidak.

Tak lama nada notifikasi ponsel terdengar, menandakan pesan masuk, itu adalah ponsel milik si kembar, melihat isi pesan itu anza dan arya memilih acuh dan mematikan ponselnya kembali.

Message: ayah'
Nanti jangan bolos les ya, abis les langsung pulang.
Kalo ada apa apa bilang sama ayah.
Inget ya jangan bolos, ayah ga mau nerima laporan kalian bolos les.

"Kenapa?" tanya bimo saat melihat raut wajah si kembar berubah dengan cepat.

"Gue nanti disuruh les, ah nanti gue mau liat pertandingan basket sekolah! Bodo lah gue mau liat, les bisa besok besok."

"Sama gue juga mau liat musik."

Mendengar itu haza hanya menghela nafas panjang, melihat watak keras kepala sikembar.

Sore ini si kembar memutuskan untuk berpisah, arya melihat perlombaan musik, sementara anza lebih memilih untuk melihat pertandingan basket. Dering telfon dari vino bahkan tak dihiraukan sama sekali oleh mereka berdua.

Disisi arya, ia kini tengah bersama haza melihat perlombaan musik,  haza juga sama sama mempunyai kecintaan di dunia musik, namun tak segila arya.

"Ponsel lo bunyi terus itu, pasti dari om vino, angkat gih."

"Males, paling juga mau marah marah!" Arya acuh, ia malas jika harus berdebat dengan sang ayah yang akan mengomel karena ia membolos les hari ini. Dari pada memikirkan telfon dari sang ayah, arya lebih ingin fokus pada musik yang mulai berlabuh, dentingan musik kian mengisi ruangan, dunia indah itu adalah dunia yang penuh rasa hangat untuk arya. "Musik itu tenang banget za, gue pengin jadi pemusik suatu saat nanti."

"Gue harap lo bisa capai mimpi lo ar."

Sementara disisi anza, dia sedang berteriak heboh menyemangati sekolahnya. "MASUKKKK!!! WOOOOOOO! MASUK BIM MASUK!!!" Anza berteriak heboh sambil, menepuk bahu bimo dengan keras.

perihal keluarga halvino Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang