PROLOG

467 128 46
                                    


Untuk kamu yang jauh disana, aku ucapkan terimakasih untuk semuanya.
Bagaimana kita akhirnya kenal dan menjadi teman itu sudah diatur dengan baik.

Untuk kamu yang disana, berbahagialah walau itu bukan aku yang berada disampingmu.
Aku merasakan cinta yang begitu besar darimu untuk dirinya.
Kamu memang tidak tahu perasaanku, karena aku menyembunyikannya.
Aku menjaga dengan segenap hatiku, agar aku tidak meluapkannya.

Teman teman yang lain menyadarinya,
Aku tidak tahu apakah dirimu menyadari juga atau berpura pura tidak tahu dan memanfaatkannya. Karena saat tahun kedua kita berteman, semuanya berubah.
Caramu membalas pesan, caramu berkata, caramu mendekatiku, semua terasa beda dari tahun pertama kita berkenalan.
Apakah saat itu ada satu titik rasa untukmu padaku?
Atau hanya hal biasa yang dilakukan seorang teman.

Aku tidak pernah mengenal cinta,
Maka dari itu aku meragukan seluruh rasa aneh yang tiba tiba tumbuh dalam hati.
Berusaha tetap diam, 
Berusaha tetap biasa saja, tanpa ada hal hal aneh yang aku lakukan agar dirimu tidak curiga.

Sehingga akhirnya aku tahu, itu rasa ketertarikanku kepadamu
Aku menyukaimu.

Beruntunglah ia yang akan selalu melihat senyum indahmu.
Yang tidak lagi bisa aku nikmati seperti tiga tahun pertemanan kita.

Apakah waktu yang begitu lama itu tidak menumbuhkan sedikit rasa mu kepadaku? atau rasa itu hanya untuk sekedar pertemanan belaka. 

Derai gerimis sudah turun. Jendela kamarku basah. Langit cerah yang selalu kusukai kini berganti gelap. Angin berhembus kencang, perlahan menerbangkan rasaku yang sempat begitu dalam pada dirimu. Kini tidak hanya langit cerah saja yang kusukai, tapi langit gelap dengan dingin nya udara itu masuk daftar list kesukaanku juga.

Semoga tidak terlambat untuk menepis seluruhnya.

Saat ini, aku berjalan seorang diri. 
Fokus pada tujuan dan mimpi mimpiku yang dulu sempat terhambat karena fokus kepada dirimu.
Melihatmu bahagia dengan dirinya. Aku senang.
Ternyata dirimu baik baik saja disana.

Kita sudah lama lost contact, dan menjadi penikmat story masing masing.
Aku berharap kita bisa berkomunikasi lagi walaupun cuman hanya sekedar berteman.
Mungkin di masa depan nanti, kita bisa kembali menikmati kopi hangat di sebuah meja bundar di cafe seberang sekolah seperti hari itu. Tapi dengan suasana yang berbeda. 

Bye,
Helios.



Bye, Helios! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang