Hari ini Yichan kembali ke sekolah dan sama seperti sebelumnya ia mendapat banyak tatapan penuh kebencian dan caci maki dari para murid di sepanjang perjalanan menuju kelasnya.
Saat sedang fokus berjalan ia bisa mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang dapat ia ketahui sedang menuju ke arahnya.
"Si penguntit kembali ke sekolah." Ucap seorang murid laki-laki berbadan sedikit gemuk yang kini tengah merangkulnya atau lebih tepatnya mencekik dirinya.
Yichan diam-diam menahan diri untuk tidak menyikut perut si gemuk tersebut, ia bisa melihat papan nama murid tersebut.
'Park Do Jin.' Ucap Yichan dalam benaknya.
"Ini saatnya bermain, bocah penguntit." Ucap Do Jin lalu tertawa cekikikan sambil menyeret Yichan membawanya pergi.
Dan akhirnya sampailah Yichan di belakang sekolah dimana biasanya anak-anak nakal akan berkumpul dan melakukan perudungan dan ia langsung dilempar kearah seorang murid yang adalah Boss mereka, Hong Jaemin.
Hong Jaemin berjalan dengan angkuh mendekati Yichan yang kini tengah berlutut sambil menatap Jaemin dengan tatapan tajam tetapi tentu saja Jaemin tidak akan mengetahuinya karena rambut panjang yang menutup matanya.
"Kau pasti sangat bahagia karena kemarin aku tidak melakukan apapun padamu, kan?" Tanya Jaemin dengan angkuh sambil menatap Yichan yang berada di bawahnya.
Lalu Jaemin berjongkok dan menatap Yichan dengan senyuman miring dan menepuk pelan pipi Yichan, "Tapi tenang saja karena hari ini aku akan menghilangkan kebahagiaanmu itu." Ucap Jaemin yang lalu berdiri dan menendang kepala Yichan dengan kakinya hingga Yichan terjatuh ke samping.
Jaemin dan teman-temannya tertawa melihat Yichan yang tengah memegang kepalanya kesakitan, dan tak berselang lama seorang murid dengan rambut pirangnya mendekati Yichan dan menariknya agar berdiri.
"Yak, kalian berdua pegangi sampah ini." Perintah si rambut pirang lalu kedua temannya memegang Yichan dan si rambut pirang mulai menonjok perut Yichan dengan begitu keras dan bukan hanya sekali tetapi berkali-kali.
"Ah, kenapa kau ini lemah sekali dasar sampah." Ucap si rambut pirang yang membuat semua temannya tertawa.
Yichan jatuh berlutut sambil memegangi perutnya yang kesakitan, ia tidaklah lemah karena ia adalah salah satu yang terbaik di antara teman-temannya di Amerika dalam hal bertarung.
Saat ini Yichan bukan diam karena lemah tetapi karena ia ingin merasakan apa yang saudara kembarnya rasakan, selama di Amerika ia selalu tertawa dan bahagia bersama temannya dan terkadang akan mengusili beberapa orang hanya untuk bersenang-senang.
Saat bertukar kabar dengan Yiheon, ia tidak pernah mendengar saudara kembarnya itu mengeluh akan masalah perudungan ataupun orang tuanya dan karena itulah ia pikir Yiheon hidup bahagia di Korea.
Yichan perlahan bangkit sambil memegangi perutnya yang kesakitan dan membuat Jaemin dan teman-temannya kini menatap dirinya sambil tersenyum meremehkan.
"Yak, mau kemana kau?" Tanya Jaemin sambil menghampiri Yichan berniat untuk pergi.
Jaemin akan memukul Yichan tetapi Yichan menghentikan pukulan tersebut membuat Jaemin marah dan terheran begitu pula teman-tamannya yang lain.
Jaemin mencoba melepaskan tangannya yang kini tengah di pegang begitu erat oleh Yichan tetapi gagal dan bahkan ketika ia menggunakan tangan yang satunya untuk melepaskan cengkraman tersebut juga gagal.
"Jaemin dengarkan aku!" Perintah Yichan yang membuat Jaemin tanpa sadar menurut dan mendengarkan Yichan.
"Cukup Untuk hari ini." Ucap Yichan lalu melempaskan tangannya yang mencengkram tangan Jaemin dan pergi meninggalkan tempat tersebut sambil memegangi perutnya dan sesekali meringis.
Yichan tidak berniat untuk pergi ke uks, tujuannya saat ini adalah pergi ke atap sekolah untuk menenangkan dirinya dan untuk masalah lukanya saat ini ia tidak peduli.
Selama perjalanan menuju atap, Yichan bertemu dengan beberapa murid yang kini tengah menatapnya seolah senang dengan penderitaannya.
"Itu adalah hal yang pantas untuk seorang penguntit." Ucap seorang murid laki-laki yang kini tengah menertawakan Yichan yang terluka.
"Tapi aneh sekali penguntit sepertinya tidak dikeluarkan oleh sekolah." Ucap salah satu murid laki-laki disana dengan nada mengejek.
"Mungkin dia simpanan wanita kaya." Jawab murid laki-laki disampingnya sambil menutup mulutnya seolah terkejut dengan apa yang dirinya sendiri katakan.
"Atau simpanan Pria tua yang kaya." Ucap murid perempuan yang ada disana lalu mereka semua mulai tertawa.
Yichan tidak peduli dengan apa yang mereka semua katakan padanya tetapi ia marah karena semua ucapan kejam tersebut ditujukan untuk Yiheon, tetapi untuk sekarang ia akan mengabaikan mereka semua dan terus berjalan hingga akhirnya ia sampai di atap sekolah dan ia hanya sendirian disana.
Di atap sekolah yang sunyi dengan angin sepoi-sepoi berhembus lembut, Yichan mulai menangis sambil meremas kuat-kuat luka di perutnya, untuk pertama kalinya ia merasa begitu kecewa kepada dirinya sendiri.
Luka yang ia rasakan saat ini tidak sebanding dengan luka yang Yiheon rasakan hingga membuatnya berniat mengakhiri hidupnya dan kini terbaring koma di rumah sakit.
Yichan ingat ketika ia dan Yiheon berbicara beberapa waktu lalu sebelum kejadian dimana Yiheon mencoba untuk mengakhiri hidupnya.
Pada saat itu, seperti biasa Yichan akan menelepon Yiheon terlebih dahulu dan waktu wajibnya adalah jam enam pagi untuk Yichan dan jam 8 malam untuk Yiheon.
"Yiheon, bagaimana hari ini? Apakah menyenangkan?" Tanya Yichan sambil membuat sebuah Sandwich.
"Hari-hariku seperti biasa selalu penuh dengan tawa." Jawab Yiheon tapi dengan nada datar membuat Yichan mengernyitkan dahinya bingung.
"Apakah semua baik-baik saja?" Tanya Yichan yang kini memutuskan untuk menghentikan kegiatannya dan fokus kepada Yiheon.
"Yichan," Panggil Yiheon dengan suara bergetar membuat Yichan entah kenapa merasakan sakit di hatinya.
"Aku merindukanmu." Lanjut Yiheon yang lalu bisa Yichan dengar bahwa saat ini saudara kembarnya tengah menangis dan entah seberapa rindunya Yiheon hingga tangisannya terdengar begitu menyakitkan.
"Aku juga merindukanmu, nanti aku akan membujuk ayah agar aku bisa pulang, bagaimana?" Ucap Yichan yang mencoba untuk menangkan Yiheon yang justru menangis semakin keras.
"Tidak bisakah kamu pulang hari ini saja? Atau besok?" Tanya Yiheon dengan lirih tapi Yichan masih bisa mendengarnya.
"Aku akan mencari cara untuk bisa pulang lebih cepat." Jawab Yichan dengan begitu lembut dan sambil tersenyum meskipun Yiheon tidak bisa melihat senyuman tersebut tapi Yichan harap Yiheon tahu bahwa dirinya tidak akan meninggalkannya.
Dan pada saat itu Yichan sudah memberitahu ayahnya mengenai dirinya yang ingin pulang tetapi sang ayah tidak mengijinkannya, dan seminggu kemudian ia mendengar kabar tentang Yiheon yang dirawat di rumah sakit dan alasan Yiheon berada di sana adalah karena dia mencoba mengakhiri hidupnya.
"Apabila aku pulang lebih cepat, apakah aku bisa menyelamatkanmu dari kegelapan ini." Ucap Yichan kepada dirinya sendiri.
Yichan menangis begitu keras, bukan karena semua luka yang ia dapatkan tetapi karena rasa bersalah kepada Yiheon, pada saat itu Yiheon meminta bantuannya tetapi ia tidak mengetahuinya.
Untuk melampiaskan semua rasa bersalahnya ia terus memukul keras perutnya sebagai hukuman karena telah gagal menjaga Yiheon, Yichan terus memukul perutnya hingga akhirnya ia tidak bisa berdiri karena seluruh tubuhnya merasa sakit.
Tetapi meskipun begitu, Yichan terus memukul perutnya tersebut hingga sebuah tangan menghentikan Yichan, Yichan melihat siapa orang tersebut dan ternyata adalah Sekyung yang kini tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa Vote dan follow yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge [High School Return Of A Gangster]
Fiksi PenggemarYichan, kembali ke Korea Selatan setelah dua tahun tinggal di Amerika. Kembalinya Yichan dipicu oleh kabar yang menggemparkan bahwa saudara kembarnya, YiHeon, mengalami kecelakaan dan kini terbaring koma di rumah sakit. Dengan tekad yang bulat, Yic...