3. Vigilante Vengeance

7 4 0
                                    

Berhari-hari berjalan di kegelapan malam, berhari-hari ku menyeret kampak berdarah di tanganku. Mereka telah merenggut segalanya dariku, menenggelamkanku pada kehampaan yang dingin. Matahari tercintaku, cahaya hidupku, istriku.

Langit malam tidak menunjukan bintangnya diatasku, jalan yang kutempuh adalah kegelapan abadi.

Mereka akan membayar, mereka akan mati.

Setiap langkah diatas pasir yang dingin ini, akan meninggalkan jejak darah dan api.

Buruanku akan membayar dosanya malam ini!

Di kejauhan, ku melihat pemukiman yang bercahaya bagai bintang kejora. Mengundang para pejalan tersesat menuju surga. Namun kenyataannya, tempat itu adalah neraka. Tempat judi terbesar di seluruh Rich Gorge, tempat para penikmat dosa Dunia.

Dengan percaya diri, aku mendatangi tempat itu lebih dekat. Seorang penjaga yang membawa senapan terlihat heran, menghampiriku sambil menggenggam erat senjatanya itu. Namun, seketika ia terkaget melihatku. Aku menutupnya dengan topeng besi, yang kubuat untuk menutupi wajahku. Bukan hanya untuk menutupi kerusakan yang mereka sebabkan kepadaku, tetapi juga untuk menahan tembakan ke kepala. Dengan cepat aku meraih senapan si penjaga, kuhantamkan wajahku ke wajahnya, menghancurkan hidungnya hingga ia tak sadarkan diri. Aku melepaskan tembakan kearah bangunan tempat judi, kaca jendela dan lampu gantung lilin diatas langit-langitnya. Seketika membuat orang-orang yang panik berlari keluar, membuat para penjaga disana kewalahan. Aku berjalan perlahan ke bangunan itu, menunggu orang-orang didalam sana pergi. Tetapi beberapa penjaga mulai datang untuk menangkapku, sisanya membidik kearahku. Seorang pria yang menodongkan pistol menyuruhku diam, jadi aku menunggu si bodoh ini untuk menyentuhku. Saat ia akan menangkapku, kurebut pistolnya dan kupatahkan tangan kanannya. Kemudian aku maju sambil mendorongnya, seketika membuat para penjaga mulai menembak. Berkat tameng manusia ini, aku bisa lebih mendekat ke teras bangunan, sementara para penembak disana berlarian kedalam. Aku membuang jasad yang diberondong peluru itu di teras, berlindung dan menyiapkan pistol. Aku mencoba bernafas perlahan, memberikanku sedikit ketenangan. Menunggu, setiap detik terasa sangat lama bagiku. Setelah membiarkan keringatku mengering, aku berlari masuk. Mereka, empat penembak mulai melepaskan tembakan bertubi-tubi, mereka percaya bisa menjatuhkanku. Kecepatanku untuk mendekat membuat mereka panik, tembakan mereka meleset dan mulai macet. Aku manfaatkan rasa takut mereka, seperti mereka menakuti keluargaku. Aku menebas perut orang pertama, lalu memenggal kepalanya. Aku melempar kursi ke orang kedua, membuatnya jatuh, lalu aku membelah wajahnya. Aku mengangkat ujung sebuah meja panjang, menimpa orang ketiga. Lalu aku memotong dua tangan orang keempat yang mencoba menembak, ia memohon dan memohon seperti anjing yang sekarat. Aku tidak mendengarkan apa katanya, seperti mereka mengabaikanku malam itu. Sebelum aku keatas, aku menembak orang ketiga yang tertimpa meja. Sekarang, aku bisa mencium buruanku. Bertahan dikamarnya seperti pengecut, dan dia akan mati didalamnya.

Kutendang pintu kamarnya, dan tampaklah buruanku, si gendut Callham, dia sedang bersama seorang wanita. Callham tiba-tiba menyandera wanita itu, matanya merah dan wajahnya memucat.

"Pergi dari sini atau aku akan meledakkan kepalanya!"si babi itu mengancam, gonggongannya membuatku muak. Dia masih sama menjijikannya, seperti di malam itu ketika ia melecehkan istriku.

"Sang Iblis ingin mengucapkan salam..."kataku, diam-diam kusiapkan pisau dari sabuk.

"Persetan! Persetan kau! Jika aku mati, Mayor akan membunuhmu!"ancam Callham sampai mulutnya berbusa, ia menodongkan pistolnya kearahku.

Tanpa aku sadari, wanita yang ia sandera menyikut perut gendut Callham dan berhasil melepaskan diri. Kulemparkan pisau itu tepat ke hidungnya, ia pingsan dan jatuh menimpa tempat tidurnya yang langsung patah.

Reverse 1999 : Vigilante of Wild West (Fanfiction) Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang