Tidak ingin menunjukkan rasa sakitnya Dhavian lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan nya dengan sesekali meringis.
Setelah kejadian tadi suasana dia antara mereka, kembali hening tidak ada satu insan pun yang membuka suara. Terlihat dari bagian belakang Kansya yang hanya diam menikmati semilir angin yang berhembus lembut menyapu permukaan kulitnya. Sementara Dhavian hanya fokus pada jalan yang dilewati nya, sembari menahan rasa perih di area punggung nya, dia tebak pasti punggung nya kembali mengeluarkan darah saat ini.
"Queen" panggil Dhavian dengan suara kecil, namun masih bisa di dengar oleh Kansya yang.
"Hmm?" Kansya hanya berdehem tanpa memalingkan pandangannya dari jalanan.
"Ke apotik dulu mau ga?" Tanya Dhavian sedikit melirik ke arah kaca spion yang mengarah tepat di wajah Kansya.
Kansya spontan mengerutkan keningnya bingung, untuk apa lelaki itu mengajaknya ke apotik "Ngapain?" Tanya nya namun terdengar sedikit ketus.
"Gue mau beli sesuatu, bentar aja kok gapapa ya queen"
"Hmm, oke lah"
Setelah beberapa detik akhirnya, mereka sampai di apotik terdekat, dan Dhavian langsung turun berlari masuk ke dalam. Sementara Kansya hanya diam menunggu di luar.
***
Raesan yang tinggal di rumah sediri, saat ini terlihat sangat frustrasi, sedari tadi pagi dirinya terus terusan di jadikan robot oleh Jefriano. Sedari tadi juga lelaki tua itu terus saja mengirim file bisnis yang harus Raesan kerjakan hari ini juga. Di tambah lagi dari tadi Dani (ajudannya) terus terusan menganggu fokusnya, dengan cara mengajak nya bicara, dan bertanya tanya tentang kepergian Amanda di masa lalu.
Hal itu membuat Raesan menjadi teringat akan kejadian tujuh tahun lalu, yang membuat nya sangat kesal karena wanita yang berjanji hanya akan pergi sebentar itu, justru pergi sangat lama hingga Raesan berfikir mungkin wanita itu sudah hilang ingatan, atau mungkin nyasar di luar negri dan tak tau arah jalan pulang.
"Tuan say--"
"ANDA BISA DIAM TIDAK?!!" Bentak Raesan saat Dani mulai kembali mengeluarkan suara seperti akan bertanya.
Dani yang memiliki badan kekar dan besar, itu seketika terdiam ketika sudah mendengar seorang Raesan membentak nya dan melempar tatapan beringas penuh kemarahan. Tidak ingin membuat tuanya lebih kesal Dani lebih memilih untuk bangkit dan pergi ke arah balkon untuk menghindari tatapan mematikan khas Raesan.
Tak berselang lama setelah Dani pergi dari hadapan nya, Raesan juga ikut pergi ke dalam kamarnya. Tidak lupa membawa laptop nya, dia berniat melanjutkan pekerjaannya di dalam kamar, agar lebih fokus, dan tidak terganggu oleh siapapun terutama Dani.
Sementara Dani yang berada di balkon lantai atas, menatap kepergian Raesan dari tempatnya penuh iba "Andai tuan tau keadaan ibu tuan saat ini" gumam Dani yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri. Setelah, mengucapkan kalimat itu Dani segera pergi dari balkon dan berjalan ke bawah untuk pergi menjemput Jefriano ke kantornya.
***
Setelah menunggu selama dua menit akhirnya Dhavian keluar juga dengan membawa kresek putih, yang entah berisi apa, sebab lelaki itu segera memasukan nya ke dalam kantong celana. Sebelum Kansya melihat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raesan & Kansya |BND
Short StoryRaesan Alvarendra Dan Kansya Arsyla, seorang kakak beradik yang selalu mendapat perlakuan berbeda. Jika sang ayah Jefriano selalu memberikan pengawasan dan pendidikan keras pada Raesan. Maka hal sebaliknya terjadi pada Kansya anak perempuan itu sela...