~RM~ 4.『Hanya perlakuan.』

29 4 2
                                    

"Barang yang ia berikan hanya
Sebatas ucapan terimakasih, bukan
Balasan untuk perasaan."

~Aila Maulia~

Setelah membeli satu botoh air mineral, Aila berjalan menuju salah satu taman di sekolah-nya, ia menatap sekitar, sepi itu kata yang pas untuk taman yang jarang di kunjungi para siswa maupun siswi.

Langkah-nya tertuju pada salah satu bangku panjang di bawah pohon besar, ia mengulas senyum dan segera duduk di bangku tersebut. Mata-nya terpaku pada bunga yang sedang bergoyang karna tertiup hembusan angin.

"Taman seindah ini aja sepi, apalagi hati aku." kekehan terdengar, apa yang ia ucapkan barusan itu terdengar sangat konyol. "Aku muak kalau kak Rama selalu kejar aku, tapi kalau kak Reza yang selalu kejar aku. Sebelum di kejar, aku udah nyerahin diri aku." kekeh Aila.

Mungkin cinta-nya kepada sosok Reza begitu besar, sampai ia berhalusinasi bisa memiliki cinta lelaki itu. Mungkin hari-hari nya memang tak menyenangkan, maka dari itu ia membuat dunia halusinasi yang begitu menyenangkan.

"Jadi gini ya rasa nya jadi kak Rama setiap ngejar aku, tapi kan cinta tidak bisa di paksakan." Ia meraih air mineral dan mulai meminum nya, hembusan nafas kecil terdengar. Bahkan suasana taman yang sepi ini mampu menghilangkan rasa penat nya untuk sekejap.

Sementara di satu sisi, seorang siswi tengah duduk di meja kantin bersama tiga sahabat nya. "Jadi lo nyerah?"

"Enak aja! Gue ngga bakal nyerah ya! Gue yakin, luluhin hati Reza tuh gampang." Ujar Naira dengan percaya diri. "Lagian lo kenapa bisa ketauan sih!" Kali ini Sinta yang membuka suara.

"Gue juga ngga tau Sin! Tapi sebelum itu, Reza lebih dulu chat gue. Apa jangan jangan dia cek lokasi gue ya?" Bulan, Sinta dan juga Fira hanya mengangguk, bisa jadi juga lelaki itu mencari tau keberadaan Naira kalau itu.

"Pinter juga si cupu," kekeh Fira.

"Tapikan dia emang pinter!" Sarkas Sinta.

Bukan hanya memutar bola matanya malas melihat Fira dan Sinta dengan beradu mulut, kali ini pandangan nya tertuju pada Naira yang sedang asik memakan mie pesanan nya.

"Nai,"

"Hm?"

"Lo tau kan kalau adek tiri lo suka sama Reza?" Dengan santai nya Naira menggeleng, hembusan nafas kasar bisa terdengar dari arah Bulan. "Maksud lo Aila?" Tanya Fira di balas anggukan.

"Tapi mereka cocok njir, cantik sama ganteng. Terus mereka sama-sama pinter, satu lagi. Ciri-ciri mereka hampir sama kalau kalian teliti, da-" Saat ingin melanjutkan ucapan nya, Sinta lebih dulu terdiam karna tatapan tajam yang di lontarkan Naira ke arah diri nya.

"Maksud lo, gue ngga pinter dan cantik gitu? Hah!!"

"E-eh, bu-bukan gitu maksud gue, Nai. Gue cuman bilang, mereka tuh cocok. Yakan Fir," Fira hanya diam dan memilih untuk mencari aman.

"Tapi iya juga sih, mereka tuh cocok." Sambung Bulan, kalau di pikir-pikir, ada benar nya juga apa yang di ucapkan oleh Sinta.

"Nah kan."

✧༺Reza Mahesa༻✧


Mungkin langit tengah bersedih, hingga air yang turun begitu deras, bahkan seorang gadis tengah termenung menikmati setiap tetesan air hujan tanpa henti.

"Lo kenapa hujan hujanan?" Suara itu manpu membuyarkan lamuan seorang gadis, suara lembut yang ia selalu nantikan berbicara dengan diri nya, kini menjadi kenyataan.

"K-kak?"

"Pulang, nanti lo bisa sakit." Ntah apa yang ada dipikirkan gadis itu, ia justru terdiam memandang wajah lelaki yang di hadapan nya. Tampan, itu kata yang tepat. "Nih payung buat lo." Tangan nya terulur untuk menerima payung berwarna hitam yang di serahkan oleh lelaki itu.

"Ta-tapi nanti kakak kehujanan." Khawatir nya, "gue ngga masalah kalau gue kehujanan, yang penting lo ngga. Ini juga tanda terimakasih gue buat lo, karna waktu itu lo udah nolongin gue."

"Hanya tanda terimakasih ya kak?" Batin nya tersenyum kikuk. "Tapi kakak lebih butuh payung ini, kalau kakak yang sakit gimana?"

"Kalau gue sakit ngga masalah kok, lagian gue juga bawa motor, susah kalau gue pake payung itu." Ada benar nya juga yang di katakan lelaki itu. "Ta-"

"Terima," Gadis itu mengangguk, saat ini pandangan nya teralihkan pada payung berwarna hitam. "Makasih."

"Hm." Setelah lelaki itu mulai menjauh, senyum manis serta air mata yang ikut berjatuhan bersama air hujan, mampu membasahi kedua pipi nya. "Kak Za, aku harap kakak tau perasaan aku untuk kakak." Hujan semakin lebat, bahkan seragam yang di gunakan oleh Aila sudah sangat basah kuyup.

Ia mulai membuka perakit payung tersebut, dan kembali berjalan ke arah rumah dengan payung yang ia kenakan. Hujan memang semakin lebat, namun gadis itu tetap berjalan dengan payung hitam yang menghalangi sedikit air hujan.

✧༺Reza Mahesa༻✧

Hujan semakin lebat, bahkan suara bentakan semakin nyaring di telinga seorang Aila. Ia hanya bisa meringkuk dengan air mata yang senantiasa mengalir membasahi kedua pipi nya.

"Lo tau kan, yang ngasih payung ke lo itu pacar gue!!" Bentakan itu masih tertuju pada Aila yang sedang terisak, siapa sangka? Ternyata Naira melihat saat Reza memberikan diri nya sebuah payung.

"Murahan banget lo ya!!" Tak segan-segan, Naira menarik paksa rambut Aila yang tengah ia kuncir satu, bahkan Naira tak menghiraukan wajah saudara tiri nya yang kesakitan.

Merasa puas dengan perbuatan nya, Naira Syaqila memilih untuk meninggalkan kamar Aila dan pulang. Naira merupakan anak dari ibunda Aila yang bernama Cinta Lestari dan ayah tiri Aila yang bernama Bastian.

"Hiks, emang aku salah? Kan, kak Za sendiri yang ngasih payung itu ke aku." Lirih nya memandang ke arah luar jendela yang masih lebat dengan air hujan.

✧༺Reza Mahesa༻✧

Yuk kepoin cerita RAKHAYA, tapi kalian
Harus baca cerita ARAKHA dulu, agar
Tau kisah awal nya.

Oky, bab ini cukup sekian.

Reza MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang