Prolog

104 55 24
                                    

Haii selamat datang di prolog
Lau cuman mau ingetin, jangan lupa tekan tombol bintang ya sobat wp...



HAPPY READING


Nara turun dari mobil dengan senyum merekah, juga piala perak yang ada di pelukan-nya. Malam ini, sekali lagi, ia kembali mendapatkan apresiasi berupa piala atas prestasi-nya. Gadis itu melangkah masuk kedalam rumah mengikuti langkah kedua orang tuanya.

Baru saja ia menampakan kakinya di dalam lantai rumah, suara gebrakan meja seketika mengejutkan-nya. Papanya tanpak sedang tersulut emosi.


"SINI KAMU ANAK SIALAN!! " dengan sekali hentak, Papa menarik lengan Nara sekuat mungkin, hingga membuat piala kebanggaan-nya terjatuh di lantai. Jujur saja Nara merasa sedikit heran dengan papanya. Apalagi melihat mamanya dengan mimik wajah yang juga kelihatan kesal, mungkin sedang menahan emosi.

"Sakit pa... " ringis Nara merasa perih pada area lengan-nya. Bukannya mendengarkan, Papa malah semakin keras menarik Nara, mendorong tubuh gadis itu sampai menghantam dinding.

"APA MAKSUD KAMU HAH?, SENGAJA? INGIN MEMBUAT PAPA DAN MAMA MALU, IYA?!!..." Bentakan keras itu bagaikan belati tajam yang menusuk relung hatinya. Tanpa sadar Air mata Nara meluruh saking takutnya.

"Enggak Pa.. Nara ga mau bikin mama sama papa malu.. Paa... " Elak gadis itu, jujur saja ia belum mengerti apa maksud papanya ini sebenarnya.

"TIDAK MEMBUAT MALU KAMU BILANG?.. KAMU JUARA 2 NARA!... JUARA 2!! DAN JUARA 2 ITU ARTINYA KEGAGALAN NARA, KAMU GAGAL BUKAN MENANG!! "

BRUKH

Hanya sekali, namun benturan keras itu mampu membuat darah segar merembes deras membanjiri pelipis Nara Gadis itu merasa pening di seluruh area kepalanya, pandangan-nya terasa sedikit memburam.

"Kamu itu bodoh Nara. Masa Juara satu saja gak bisa?.. Mau jadi apa kamu kelak? " Seakan perkataan dan perlakuan sang ayah belum cukup untuk menghancurkan hatinya. Ibunya juga ikut meruntuhkan harapan Nara.

Dia hanya seorang gadis remaja SMA, yang berusaha mengikuti kemauan orang tuanya. Dengan belajar setiap waktu, mengikuti olimpiade dan mendapat Juara, dengan segala prestasi yang di dapatnya hanya untuk membuat kedua orang tuanya bangga. Namun kini semua prestasi yang di dapatnya seolah sirna begitu saja, hanya karna kali ini Nara mendapat juara dua.

"Maaf pa.. Ma.. Nara minta maaf.. " Cicit gadis itu pelan. Namun tanpa mau menghentikan, Papa hanya terus membenturkan kepala Nara kedinding. Bahkan kini rasanya gadis itu ingin langsung mati saja.

"Puas kamu, sudah bikin mama dan papa malu?!! PUAS?!! " papa berhenti, dan membiarkan mama melangkah maju, mungkin kali ini giliran mamanya yang memberi pelajaran untuk Nara.

Wanita yang nampak masih muda itu menarik kuat surai panjang Nara. Menyeret gadis itu hingga sampai pada kamar mandi yang ada di bawah tangga.

Tanpa rasa belas kasihan, mama menyiram Nara dengan gayung berisi air secara terus-menerus. Sekarang sudah malam, angin luar merambat masuk melalui pintu rumah yang masih terbuka lebar, juga dengan kulit kepalanya yang penuh luka, dan aliran air itu menjadikan luka di kepalanya terasa lebih perih berkali-kali lipat.

"Ampun Maa... Ampunn... maafin Nara maa... " Erang Nara sekuat tenanga-nya. Walau sebenarnya suara gadis itu bahkan nyaris tak terdengar.

"Ini hadiah buat kamu Nara! "

"Papa, Tolong ambilkan gunting!! " Mama berteriak memanggil papa, begitu pun papa datang dengan membawa Gunting besar, panjang dan tajam. Yang sudah jelas dapat melukai apapun yang ada di dalam tubuh Nara, jika sampai gunting besar itu mengenainya.

Namun ternyata, Mama kembali menarik surai hitam legam gadis itu, dan dengan gunting tajam ia menggunting rambut Nara "MA... JANGAN MAA... JANGAN GUNTING RAMBUT NARA MA, NARA MOHON!!... " bahkan erangan keras gadis itu hanya di anggap angin lalu oleh mama-nya.

Selesai.

Mama tampak tersenyum puas, melihat ukuran rambut Nara yang sekarang sudah sangat berantakan. Wanita paruh baya itu mencampakan rambut yang ada di genggaman-nya tepat mengenai wajah Nara. Lalu mama bergegas keluar dengan langkah cepat. Nara, Gadis itu menangis kencang. Meratapi nasib rambutnya yang sekarang, ralat bukan rambut melainkan meratapi tubuh ringkihnya kali ini.

oOo

Masih dengan mata sembab, hidung merah dan isakan tangis kecil. Nara mulai merapihkan potongan rambutnya yang semula acak-acakan.

Surai lurus se-pungung yang indah dengan warna hitam legam itu sekarang sudah berubah menjadi pendek dengan model octopus cut. Sekali lagi di tahun ini, Nara harus kembali merelakan mahkota yang selama ini ia jaga dan ia rawat.

Melihat pantulan dirinya di cermin, Nara tersenyum manis namun dengan mata yang ber-air. "Gapapa Nar, lo kuat ,lo hebat, lo cantik, lo pasti masih bisa hidup. Masih ada orang yang harus lo perjuangkan..." bisik Nara kepada dirinya sendiri.

Sekali lagi di malam yang sunyi, Nara kembali merasakan perih.

oOo

Nah jadi gimana nih sama prolog nya?

Untuk model rambut octopus cut/octopus cut hair bisa kalian searching di Google ya, kalau kepingin tau aja sih, kalau udah tau ya gepepe :)

Jangan lupa tekan bintang-nya sobat wp, dimana lagi coba kamu bisa pegang bintang kalau bukan di wp, hehe canda kak.. Yang penting jangan lupa tekan aja deh, buat apresiasi karya aku dan nambahin mood juga

Sampai jumpa di bab 1 :)

Lauren
Riau, 11 Juni 2024

Akhir JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang