03. Gadis gaun kuning

74 38 6
                                    

Haii, selamat datang di bab 3 :)
Vote nya jangan lupa ya cingtahh💗💗



HAPPY READING

Ndrrttt Ndrrttt

Deringan ponsel yang yang tak kunjung senyap itu berhasil membangunkan tidur nyenyak Ravello. Lelaki itu dengan berat hati membuka kedua kelopak matanya untuk segera mengangkat panggilan yang entah dari siapa.

Shagara is calling

Nama Shagara Elvano tertera jelas di atas layar ponsel. Ravel beranjak duduk sembari mengucek kedua matanya, rasa kantuk masih menyeranginya.

"Apaan?.." tanya singkat lelaki itu.

"Hei boy, bangun lah dari mimpi indah mu itu ... Kuy kita ke pantai. Gue bareng Nara dan teman-teman yang lain udah nungguin nih." Terdengar suara grusak-grusuk dari sebrang sana.

"Males lah, ngantuk gue." decak malas lelaki itu. Ravel kembali berbaring sembari merapatkan selimut dengan ponsel yang masih menempel di salah satu daun telinga-Nya.

"Yaelah bro, cuci muka sana trus otw ke sini!. Malming kok turu." tukas Shagara, di bumbui dengan sedikit sendirian halus.

"Ravel buruan sini,gue udah bawa baju couplean kita nih Vel." pekikan kencang Nara terdengar di ujung telfon. Ya sepertinya gadis itu serius dengan perkataan nya di mall kala itu.

Berfikir sejenak, kemudian Ravel menyetujui permintaan kedua sahabat-Nya itu. Padahal Ravel sudah berniat akan menghabiskan malam minggu untuk berkencan dengan kasur, guling dan boneka hello kitty--Bani--kesayangannya.

Setelah memutuskan sambungan telepon, lelaki itu segera beranjak menuju kamar mandi. Bersiap-siap untuk berangkat ke pantai. Tak butuh waktu lama untuk Ravel bersiap-siap, sepuluh menit sudah cukup.

Lelaki itu kembali menatap pantulan diri-Nya di cermin, sembari menyisir surai halus hitam legam-Nya. "Ganteng juga lo Vel" puji lelaki itu pada dirinya sendiri. Sedikit narsis tidak masalahkan?.

Setelahnya Ravel meraih jaket yang tergantung di samping lemari, juga menyerobot kunci motor dari dalam laci. Lelaki itu kemudian berlari kecil menuruni gundukan anak tangga sembari bersiul kecil.

"Loh loh, mau kemana Vel tadi katanya mau tidur?.."

Reksa Biranata--ayah kandung dari Ravel itu bertanya singkat sembari mengunyah kacang tanah, tapi tidak dengan tanah-Nya.

"Sepertinya abang Avel, mau ngapel ke rumah kak Nara deh pa, " Suara kecil itu berasal dari seorang anak lelaki yang sibuk menonton kartun si botak kesukaan-Nya di layar televisi.

Ravel yang mendengar itu pun mendelik sinis, "sok tau lo bocil, tontonan masih upin ipin aja udah bahas ngapel lo, " kilah Ravel dengan nada mengejek.

"Asal abang Avel tau, gini-gini Arvel juga suka nonton ftv tauk." protes Marvel yang membuat ayah Reksa beserta Ravel saling beradu pandang.

oOo

Suasana sore di ibu kota memang tidak perlu di ragukan lagi. Selain kemacetan, kebisingan juga sudah menjadi salah satu ciri khas nya.

Kemacetan semakin parah karna pada saat jam-jam seperti ini, biasa-nya banyak pengendara yang baru pulang bekerja, beberapa juga mungkin akan menghabiskan malam minggu di luar. Seperti Ravel contohnya.

"Sial, malah macet lagi, " Ravel berdecak sebal tak kala kemacetan bertambah parah. Lelaki itu berniat akan mencari jalan pintas saja, supaya tidak terlalu lama menghabiskan waktu di perjalanan.

Ravel segera menikung dari arah kiri saat melihat ada sebuah gang yang ia tahu adalah jalan pintas menuju pantai. Jalanan ini cukup sepi dan jauh dari kata keramaian dan kemacetan. Di sini, Ravel mulai menambah kecepatan agar ia bisa sampai tepat waktu.

Namun saat melewati tikungan patah, Ravel tak sengaja melihat presensi seorang gadis dengan gaun kuning melintas cepat di tengah jalan. Karena keterkejutan-nya,
Ravel menarik rem mendadak, yang membuat ban depan lelaki itu tidak sengaja menyenggol lutut sang gadis, hingga membuatnya jatuh terkapar di atas aspal.

AARGHH

Lolongan gadis itu nyaring terdengar. Melebarkan kedua bola mata terkejut, Ravel dengan segera beranjak turun dari motor untuk melihat kondisi sang gadis. Berjongkok sembari memeriksa bagian yang ia rasa tersenggol tadi.

"Kak, yang mana yang sakit?... Saya janji bakalan tanggung jawab, " cetus Ravel bersungguh-sungguh. Namun bukanya merasa kesakitan, gadis itu malah terlihat linglung.

"Tolong bawa aku pergi dari sini, aku mohon," ujar gadis itu. Sembari melihat ke arah dimana ia berlari tadi.

"Tapi sa-"

"Aku mohon bawa Aku pergi, cepetan!.. " pinta gadis itu dengan sedikit paksaan. Tangan-Nya sudah bertengger untuk terus mengoyang-goyangkan lengan Ravel, agar lelaki itu mau menuruti perkataan-Nya.

"Oke, kita pergi dari sini. " Ravel menyahut cepat, lelaki itu dengan segera membantu gadis bergaun kuning itu untuk bangkit berdiri menuju motor.

"Kakak kuat kan?... Kita ke rumah sakit seka-"

"Terserah kamu mau bawa aku kemana asal jangan ke rumah sakit, please... " potong gadis yang tidak Ravel ketahui siapa namanya itu.

Melihat wajah panik sang gadis, Ravel takut jika gadis ini sedang mengalami masalah dan membutuhkan pertolongan. Tanpa banyak bertanya lagi, Ravel dengan cepat memutar kunci, men-stater dan memastikan kondisi gadis itu di belakang.

"Pegangan ka-"

"SAFIRA, KAMU MAU KEMANA SAFIRA?... "

Belum lagi Ravel selesai bertanya, suara bariton seseorang nyaring terdengar dari sebuah taman yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Cepetan bawa aku pergi dari sini!." pinta gadis itu lagi, sembari menepuk-nepuk pundak kanan Ravel.

Ravel mengangguk, dengan segera ia melesat cepat meninggalkan kawasan itu.

"SAFIRA!." tepat setelah kepergian kedua remaja tadi, seorang lalaki dengan setelan kemeja formal berwarna biru itu baru saja sampai di tempat Ravel bersama gadis itu tadi.

"ARRGHH SIALAN!..."

oOo

Yaww, jadi gimana dengan bab ini?

Tinggalkan jejak supaya aku senang, hehe😁

See you in the next chapter

Lauren
Riau, 14 Juni 2024

Akhir JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang