01. Octopus cut hair

130 60 22
                                    

Haii, ketemu lagi di bab 1 :)
Budidayakan vote sebelum membaca ya...



HAPPY READING

Kicauan burung mulai terdengar nyaring, sinar matahari pagi juga sudah terlihat menembus gorden tipis ruang kamar Nara. Sedangkan tidur sang gadis kini mulai terusik akibat deringan ponsel yang tak kunjung berhenti.

Gadis dengan setelan baju tidur itu, mulai membuka mata yang semula tertutup rapat--berusaha menarik diri dari alam bawa sadar.

Tak sadar, rupanya semalaman Nara tidur diatas lantai, tepatnya di depan cermin seusai ia membenahi surai indahnya.

Aqila Yenara Reynald atau yang kerab di sapa Nara itu berjingkrak kaget, saat melihat angka yang tertera di layar ponsel-nya. Waktu ia persiapan sebelum berangkat sekolah hanya tersisa sekitar tiga puluh lima menit lagi. Sesegera mungkin gadis itu melangkah cepat menuju kamar mandi untuk membasuh diri.

Lima belas menit selesai persiapan, Nara kembali memandang cermin--melihat pantulan dirinya dengan setelan yang berbeda kali ini. Mungkin ia akan memikirkan suatu alasan terlebih dulu sebelum teman-teman melontarkan pertanyaan tentang model rambut-nya yang terkesan tiba-tiba. Apalagi dengan pelipis yang juga sedikit memar dengan luka sayatan.

Menghela nafas panjang, sembari tersenyum menatap cermin. Nara berbisik memberi semangat pada dirinya sendiri, "semangat Nara, lo kuat, lo cantik, lo hebat. Dan lo, lebih dari apapun yang mereka kira" ucap-nya menyemangati diri.

oOo

"Pagi Ma, Pa ..." Sapa manis Nara seraya tersenyum kepada kedua orang tuanya yang sudah bertengger manis di atas kursi yang berada di ruang makan. Namun sapaan manis itu tak mendapat respon apapun dari kedua insan yang sedang beradu dengan sendok dan piring itu--dan jangan lupakan dengan ponsel yang juga berada di tangan mereka masing-masing


Masih dengan senyuman manis yang terpatri di wajah oval-nya. Nara melangkah cepat menuju meja makan--mengingat bahwa ia akan terhambat sampai ke sekolah.

Nara mengambil tempat duduk tepat di depan sang papa. Gadis itu mengambil selembar roti dan mengolesi dengan selai coklat kesukaan-nya. "Mama sama papa kok makan sambil main hp sih? emang-nya ga bisa nanti ya? " Cicit gadis itu pelan--takut jika sang papa Tiba-tiba saja mengamuk.

Namun rupanya tidak, masih tidak ada respon dari kedua orang tuanya. Nara tak peduli, yang penting ia akan terus berusaha agar wanita dan pria di depan-nya itu mau menyahut Pertanyaan-nya. "Nanti papa anterin Nara ke sekolah ya pa? "

"Sama mama aja" Ajaib, pertanyaan itu mampu membuat Kandra Reynald--ayah Nara itu menyahut.

Wanita dengan tampang menawan yang Nara sebut mama juga ikut menyahut, "Enak aja, ya sama kamu lah. Kan satu jalur!... " decak malas Ashila Kanaya--ibu dari Nara.

"Tapi kamu kan ibu nya, kamu yang seharusnya mengantar dan menjemput Nara!... " tandas pria tengah baya itu tidak terima.

"Kenapa harus aku kalau ada kamu?... " sembur Ashila yang sepertinya mulai menampakan tanda-tanda emosinya akan memuncak.

"Udah Ma, Pa ... Nara berangkat sendiri aja kalau gitu" sanggah Nara menengahi, takut jika kedua orang tuanya malah akan bercekcok besar.

"Nah gitu dong, jadi anak jangan nyusahin orang tua aja taunya. Sesekali sadar diri itu penting!... " hardik Ashila dengan nada ketus, sembari melanjutkan sarapan yang sempat tertunda.

Akhir JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang