(Nalea, Nalea bangun Nalea, Nalea! Apakah kamu bisa mendengar saya? Nalea bangun!)
Naleapun akhirnya terbangun dengan tubuh bercucuran keringat, nafas terengah-engah, dan tenggorokannya begitu kering, seperti habis lari marathon antar kota.
“A-air... Aku haus....” pinta Nalea.
Dokter Wulan lantas bergegas mengambilkan Nalea minum, begitu diberikan, Nalea langsung menghabiskannya dalam satu tegukan, entah bagaimana respon yang diberikan tubuhnya, sepertinya walau ingatan dia belum pulih, tetapi tubuhnya masih ingat momen itu.
“Nalea, apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Wulan dengan memasang wajah yang sangat khawatir.
Lalu Nalea menceritakan kepadanya apa yang barusan dirinya lihat, ternyata itu bukan mimpi belaka, tetapi kejadian yang sudah terjadi di masa lalu dan itu sangat menakutkan, dan fakta yang lebih mengejutkannya lagi adalah kakaknya, yaitu Nathan yang melakukan itu terhadap sang Papa.
Setelah Nalea menceritakan yang semua ia saksikan dimimpi barusan, Wulan langsung menelfon Suster untuk membiarkan Nathan dan Rita masuk kembali, sambil menulis sesuatu di sebuah kertas kecil.
Rita dan Nathan masuk, saat mereka melihat kondisinya Nalea yang terlihat sehabis habis mengalami syok berat, Rita langsung menghampiri dan memeluknya untuk membuat Nalea menjadi lebih tenang, namun Nathan seperti kesal, dari raut wajahnya ia langsung menghampiri Wulan, namun sebelum Nathan berbicara, Wulan menarik tangannya untuk berbicara di sudut ruangan itu agar tidak dapat didengar oleh Nalea.
“Nalea kamu gak apa-apa, Nak?” tanya Rita penuh ke khawatiran kepada putrinya ini.
“Aku gak apa-apa Mah, hanya belum terbiasa aja sama terapi yang diberikan sama Ibu Dokternya, hehehe” ungkap Nalea menjelaskan kepada mamanya bahwa dirinya baik-baik saja.
Saat Nalea selesai menenangkan sang Mama, Wulan dan Nathan ternyata sudah selesai berbicara, membuat Nalea merasa curiga, ia sangat yakin, saat Nathan menghampiri Wulan, ia terlihat sangat marah, tetapi kenapa sekarang ia terlihat begitu tenang? Apa pembicaraan Nathan dan dokter Wulan yang tadi Nalea lewatkan?
☆☆☆
“Nathan bisakah kamu membawa Nalea mencari udara segar? Sepertinya dia sangat membutuhkan itu sekarang.” ucap Wulan kepada Nathan.
“Bisa Dok, ayok Nal” ucap Nathan kepada sang Adik sambil menawarkan tangannya untuk membantu Nalea berdiri.
Namun karena Nalea masih takut akan kejadian yang baru saja ia lihat tadi, Nalea enggan menyambut tangan sang kakak, ia memilih bangun sendiri sambil memegang nakas yang berada disebelahnya.
Mereka berdua pun telah keluar dari ruangan itu, kini hanya ada Rita dan juga Wulan disana.“Ingatan Nalea kini sudah tidak bisa saya alihkan lagi seperti dulu saat ia masih kecil, jadi saya mau tidak mau harus membantunya menemukan jalannya agar dirinya tidak usah terlalu memikirkan hal ini lagi, tadi saya sudah memberitahu Nathan garis besarnya” ucap Wulan kepada Rita.
“Terimakasih Wulan... Sumpah aku gak tau lagi harus gimana jika aku gak temenan sama kamu.” ucap Rita sambil memegang tangan Wulan.
☆☆☆
Disisi lain, Nathan dan Nalea sedang berjalan mengelilingi dan melihat-lihat kebun kecil yang ada di Rumah Sakit itu.
"Apakah aku bertanya saja yah sekarang? Aku juga baru mengingatnya hari ini, jadi mungkin tidak apa-apa bukan? Lagipula aku juga sudah dewasa, bukankah tidak apa-apa jika aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi saat itu dari sisi mas Nathan? Baiklah, aku akan memberanikan diri untuk nanya." batin Nalea.
![](https://img.wattpad.com/cover/370558160-288-k796188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kriminalea
Literatura FemininaNalea, walau terlihat seperti gadis biasa pada umum nya, namun ia memiliki masa lalu yang begitu berat saat usianya masih berumur 5 tahun, ia mendapatkan sebuah kenangan buruk yang menyebabkan dirinya trauma serta membuat ingatannya hilang sebagian...