Keesokan paginya, ternyata Nathan tidur dalam keadaan tangan memegangi handphone nya, karena semalaman ia menunggu Tasya meluangkan waktunya untuk mengangkat telefonnya.
“Ck, udah pagi gini dan Tasya belum ada kirim pesan minta maaf? Bukankah harusnya ini udah jam dia bangun?” ucap Nathan kesal saat melihat layar ponselnya dan tidak ada notifikasi apa-apa dari Tasya.
Dari pada ia berlanjut memandang handphone nya itu, ia segera bangun dan mandi untuk bersiap pulang ke Jakarta, biarlah nanti ia bertanya langsung kepada Tasya.
☆☆☆
Dari kamar lain, Rita mencari keberadaan putrinya itu, namun ia tidak bisa menemukannya dimana-mana, sampai ia menemukan sebuah catatan kecil bertuliskan [MAMA, ADEK PULANG DULUAN NAIK KERETA KE JAKARTA, SOALNYA TIBA-TIBA ADEK ADA URUSAN KERJA MENDADAK, SAMPAI KETEMU DI JAKARTA YAH^^]
“Ya Tuhan anak ini, ada-ada saja kelakuan, kenapa dia gak bisa sabar gituloh, ck ck ck...” ucap Rita sambil menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat sebuah catatan yang di tinggalkan Nalea.
Saat di lobi, Nathan bingung kenapa Mamanya hanya datang sendirian, tidak ada keberadaan Nalea didekatnya. Apakah Nalea jadi pergi mencari sang Papa di kota yang besar ini? Padahal Nathan telah melarangnya, kenapa anak itu tetap keras kepala.
“Mama kok sendirian aja? Nalea kemana?” tanya Nathan untuk memastikan dugaannya salah atau benar.
“Adik kamu bilang dia balik duluan ke Jakarta naik kereta, karena kereta itu jauh lebih cepat dibandingkan naik mobil katanya,” jawab Rita sambil memeriksa tas nya, apakah ada yang tertinggal atau tidak.
“Ah yaudah kalau gitu Mah, biarin aja, lagi pula dia udah gede ini, ayok kita jalan, takutnya jalanan udah mulai macet, Mama apa ada barang yang ketinggalan? Kalau ada biar Mas aja yang balik lagi, Mama tunggu sini,” tanya Nathan kepada Rita.
“Kayaknya gak ada deh... Hmmm, iyah bener udah gak ada yang ketinggalan.” jawab Rita.
“Oke, Nathan ambil mobil dulu ke parkiran, Mama tunggu depan pintu masuk lobi aja ya” ucap Nathan lalu ia segera pergi mengambil mobil yang berada di lantai basement hotel.
Disisi lain, Nalea tengah bingung dimana harus mencari alamat sang Papa, karena Nathan sama sekali tidak akan memberitahu alamat jelasnya di mana, dan kalau ia bertanya kepada sang Mama, ia takut membuat mamanya mengingat momen buruk itu lagi.
“Hufft... ini gara-gara Mas Nathan yang gak mau kasih tau aku alamat papa dimana ini! Masa aku harus duduk terus di restoran ini sih, kalau papa dateng hari ini, kalau enggak? Ck yang bener aja, rugi dong waktuku yang berharga ini terbuang sia-sia.” ucap Nalea mengeluh sendiri sambil menikmati es kopi yang ia pesan sedari tadi yang sekarang es batunya sudah mulai mencair itu dan merembes ke meja.
KRING~KRING~~~
Handphone Nalea berdering, ada panggilan masuk dari sang kekasih.
“Halo kenapa By?” tanya Nalea sambil menyesap kopinya.
“Kamu dimana Han? Bisa tolongin aku gak?” tanya Kevin dengan suara sedikit panik.
“Tolongin gimana By??” tanya Nalea heran, mengapa tiba-tiba kekasihnya ini meminta tolong kepadanya.
“Aku sekarang di Kantor Polisi, dan butuh jaminan dari kerabat terdekat, tapi kan kamu tau aku ini yatim piatu, jadi yang aku punya Cuma kamu nal, jadi bisakan kamu dateng kesini? Nanti alamatnya aku shareloc,” ujar Kevin.
“Bisa kok bisa, tapi aku lagi di Surabaya by, mungkin baru sampe sana 6 - 7 jam dari sekarang, kamu bisa nunggu selama itu dulu kan by?” tanya Nalea ke Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kriminalea
ChickLitNalea, walau terlihat seperti gadis biasa pada umum nya, namun ia memiliki masa lalu yang begitu berat saat usianya masih berumur 5 tahun, ia mendapatkan sebuah kenangan buruk yang menyebabkan dirinya trauma serta membuat ingatannya hilang sebagian...