Tirai putih

427 49 37
                                    

Woonhak tak henti-hentinya menangis, menangisi keadaan Taesan. Jaehyun pergi pagi-pagi sekali, Woonhak tidak tahu apa agenda yang harus ia selesaikan. Leehan berjalan mondar-mandir, hilang akal. Riwoo dan Sungho di dalam ruangan sibuk menyatukan tangan, meminta keringanan tangan Tuhan untuk adik kecil mereka. Taesan terbaring sudah dua hari, tak ada tanda-tanda si agustus membuka mata. Tak ada yang salah dari tubuhnya, janin kecilnya masih bersemayam disana. Dokter bilang Taesan beruntung karena janinnya yang kuat tak gugur setelah menerima guncangan. Sementara kabar buruknya tetap sama, Taesan tak sadarkan diri hingga waktu yang tak dapat ditentukan.

Kali pertama mengetahui keadaan Taesan adalah Sungho, di waktu yang sama dengan kejadian pertengkaran Taesan bersama Jaehyun, Sungho terjaga dengan segelas kopi dan game konsol yang ia mainkan hampir sepuluh kali, ia terobsesi menjadi pemenang karena permainan solonya yang payah malam ini, Sungho terkejut hampir keluar kedua bola matanya ketika Jaehyun berlari; belum sempat menetralkan nafasnya si Desember sudah membawanya berlari mendekati pintu. Setelah mata yang hampir keluar, jantungnya pun turut hampir terlepas dari dadanya, mendapati tubuh Taesan terbaring lemah dengan darah di bagian paha hingga kakinya.

Sungho bukan pria dengan dramatisir di dalam hidupnya, ia lekas menghentikan taksi lalu membawa tubuh Taesan ke rumah sakit terdekat bersama Jaehyun yang menangis, kali ini Sungho tahu Jaehyun mengkhawatirkan Taesan setelah ribuan keluh kesah yang Taesan layangkan pada Sungho, tentang Jaehyun yang menjadi kasar dan menghindari dirinya. Andai Taesan tahu, bagaimana paniknya Jaehyun malam itu, bagaimana tangisan Jaehyun yang tak terdengar dengan tangan yang terus menggenggam pergelangan tangan pria kucing itu juga mulut Jaehyun yang tak henti mengucap nama Taesan.

****

Ada satu nama yang hampir membuatnya gila, seperti potongan lagu yang belum selesai. Butuh waktu untuk menambahkan bagian yang rumpang menjadi mahakarya yang indah, tapi pemilik nama itu akan selamanya rumpang, karena ia tak pernah sekalipun menemukan bagian yang kosong. Jaehyun sulit memenuhi bagian itu hanya untuk Taesan, si pemilik nama yang akhir-akhir ini memenuhi seisi kepala seperti akan meledak otaknya. Ada bom imajiner yang isinya kepingan kenangan bersama Han Taesan, mulai dari awal ia diperkenalkan sebagai member terakhir di grup persiapan debut, sampai hari ini dimana ia menghancurkan harapan Taesan.

Jaehyun tidak pernah bisa mengerti isi hati dan pikiran Taesan, membaca pemuda agustus itu tidak sama dengan cara ia membaca sebuah buku yang isinya berbelit-belit, semakin kedalam semakin sulit dimengerti, tapi sebuah buku lebih baik dibanding membaca keseluruhan isi kepala Dongmin. Ia tak akan paham, karena hatinya menolak untuk mengerti, Jaehyun meragukan dirinya sendiri akan bisa hidup bersama Taesan ke depan. Ancaman Zico kemarin pagi menyakitinya, bagaimana pun grup kecil ini telah membesarkan namanya, ia turut sumbangsih untuk mempertahankan musik mereka. Tapi keputusan untuk mengeluarkan Taesan dari grup sudah tak dapat ditolak.

Ia pun turut diminta pertanggung jawaban, bila tidak Jaehyun terpaksa dikeluarkan dari grup yang sama, dan grup kecil ini akan berlayar tanpa kapten serta layar besar mereka, Taesan dan Jaehyun. Sementara itu, Jaehyun mematuhi ucapan Zico untuk  bertanggung jawab, agar posisinya sebagai leader dan anggota tidak terguncang. Jaehyun ingin mengemudikan kapal ini walaupun badan kapal sudah tak berbentuk, meski yang tersisa hanya dek atau jangkarnya saja. Mereka harus bersiap tampil tanpa Taesan, mereka harus siap dengan kenyataan ditinggalkan si agustus.

Sebagai seorang ketua, pikirannya bercabang-cabang seperti pohon. Satu dahannya memikirkan keadaan Taesan dan kapan ia bangun, cabang lainnya memikirkan bagaimana jadinya grup mereka tanpa Taesan, lalu yang lain dan lainnya lagi memikirkan tanggung jawabnya sebagai ayah, keadaan fans ketika tahu Taesan yang berbakat meninggalkan grup, juga lainnya yang berseliweran sepanjang jalan menuju studio. Semua hal tersangkut di pikirannya, sulit hilang hanya dengan terpaan angin sepoi yang menenangkan.

Blue (Ddingdongz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang