rasa yang terlupa

383 35 28
                                    

Myung Jaehyun, menyelaraskan pandangannya dengan pandangan Taesan. Mereka mengisi taman yang sepi, duduk berdua di ayunan besi yang sudah berkarat, tiap kali menahan beban tubuh keduanya ayunan itu mendesis melukai telinga. Es krim di tangan Jaehyun hampir meleleh, dalam suasana yang hening dan dingin dinihari ini, tak akan ada satupun yang beku. Sementara es krim milik Taesan tinggal separo dari milik Jaehyun yang menunggu tuannya. Jas Jaehyun yang kebesaran tersemat apik di tubuh Taesan, sengaja katanya untuk melindungi yang lebih muda dari udara sekitar. Jas almamater Taesan tertinggal di studio milik mereka itulah sebab mengapa jas itu membalut tubuhnya

Sementara si agustus masih dihinggapi semarak kelulusan hingga saat ini, sebuah boneka porselen merah muda yang sempat Jaehyun beli tempo hari menjadi hadiah paling menarik yang ia punya selama pesta kelulusan. Meski hatinya terasa tercubit, karena di hari spesialnya tak ada satupun orangtua Taesan yang bisa datang untuknya, tapi tak apa Jaehyun juga tak kalah spesial dengan kehadiran orangtuanya. Selain boneka porselen Jaehyun rupanya membawa sebuket bunga, yang ia beli sebelum datang ke acara kelulusan Taesan.

Mereka menghabiskan banyak waktu, untuk merayakan Taesan yang beranjak dewasa. Jaehyun tak henti mengusak tatanan rambutnya yang rapi, Taesan menjadi pihak yang menghabiskan energi hanya untuk berteriak kesal, memaki, dan protes sementara Jaehyun tak ingin berhenti dengan aksi jahilnya. Sebelum kemari Jaehyun dan Taesan menghabiskan waktu di gedung agensi, studio yang diberikan Zico untuk mereka berdua sekaligus Woonhak yang bertanggung jawab atas lagu-lagu mereka.

Pertunjukkan pertama sudah dekat, beberapa lagu sampingan hampir rampung. Kali ini mereka menyelesaikan dua title lagu yang penggalan lirik akhirnya kosong. Terburu-buru hingga tak sempat mengganti baju seragamnya, Taesan lekas-lekas menarik Jaehyun dari aula acara menuju gedung agensi, tak ada gunanya berlama-lama, orangtuanya tetap tak akan datang meski mereka menunggu sampai malam. Teman-temannya yang lain satu persatu juga meninggalkan acara, pastinya dengan orangtua yang tak sesibuk Taesan. Jaehyun tahu Taesan murung, maka dari itu setelah tak lagi mengurus lagu ia membawa Taesan mengunjungi minimarket terdekat, membelikannya es krim rasa apa saja yang diinginkan Taesan.

Lalu membawanya ke taman, sekedar melihat bintang yang mungkin tertinggal barang satu atau dua dari langit yang sudah tak tak segelap dulu. Polusi cahaya dimana-mana, lampu-lampu jalan dan lampu-lampu bangunan yang menyala hampir semalaman, menyembunyikan bintang dengan cahayanya yang berkilauan. Ayolah, lampu jalanan tak seburuk itu meski ia menghapuskam titik-titik kecil dari langit. Malam terasa lebih terang dengan adanya kehadiran mereka, dan bulan tak dapat bekerja dengan baik.

"Ayah dan ibuku bercerai, ketika aku berada di kelas delapan smp." Tukas Jaehyun, beberapa saat ia berusaha mengisi paru-parunya dengan oksigen, benar-benar sesak saat harus mengingat kembali peristiwa yang paling ia takuti seumur hidup.

"Aku takut, bukan karena mereka berpisah. Tapi karena tak ada satupun yang menampungku, kakakku lebih pandai dan dapat diuntungkan daripada aku yang tidak menarik dimata mereka. Ayah dan ibu sibuk berdebat hak asuh kakak, mereka melupakan aku secepat es krim ini mencair, Domgmin ah." Jaehyun menatap Taesan, seketika airmata yang mendesak keluar itu benar-benar jatuh dalam heningnya dinihari. Taesan berpaling, ia punya cerita yang sama dengan Jaehyun, mereka sama-sama kehilangan apa yang orang-orang sebut keluarga.

"Aku juga, ibuku pergi lebih jauh setelah ayah berselingkuh, diumur yang masih kecil. Orang-orang bilang, wanita malang itu sudah tak sanggup melanjutkan kehidupannya yang berantakkan, suaminya sudah tak lagi memiliki minat padanya. Aku tidak tahu harus berapa kali menebalkan wajah tiap kali berhadapan dengan ibu tiri. Terlepas dari masa sulit itu, dia baik sudah seperti ibu kandungku sendiri." Kepalanya tertunduk, matanya terpejam menikmati perih yang menggerogoti hati.

Angin sepoi yang dingin mendorong Jaehyun memeluk tubuh yang lebih tinggi, sementara itu Taesan berusaha mati-matian melepaskan pelukan Jaehyun darinya. Taesan benci dipeluk, apalagi oleh Jaehyun lelaki ini punya seribu ide tak masuk akal di dalam benaknya. Hanya sampai disini, ingatan Taesan tentang Jaehyun yang baik sebelum semuanya berubah menjadi getir.

Blue (Ddingdongz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang