Taesan, perlahan-lahan namanya terdengar tak asing di dunia hiburan. Semua orang akan tahu, siapa itu Han Taesan setiap kali namanya muncul di berbagai platform sosial media atau televisi-televisi analog yang memamerkan berita tentangnya, maupun grup besutan Zico. Wajah musisi muda itu sudah tersorot dimana-mana, rutinitas hariannya bukan lagi sebagai anak-anak SMA dengan status trainee, tapi sebagai idola yang diagung-agungkan karena bakat dan parasnya yang menawan. Tampilannya yang khas dengan warna hitam membuatnya dijuluki berbagai macam julukan. Taesan berhasil menggapai mimpi yang mustahil dengan kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
Karirnya memang terancam, tapi apapun resikonya ia siap. Seperti hari ini, dengan setelan kasual, dan riasan tipis-tipis serta pernak pernik seperti kalung yang melengkapi tampilannya, ia siap menghadap pada Zico, mengungkap semuanya dan mengatakan solusi yang sudah sejak lama ia pikirkan, bahkan ia melewatkan waktu istirahat hanya untuk mencari solusi paling baik. Taesan tak mudah ingkar janji, atau berpaling dari rasa tanggung jawab, jauh sebelum Jaehyun datang ia sudah lebih dulu memimpin grup kecil ini, ia sudah lebih dulu mengemban tanggung jawab sebagai seorang ketua, walaupun ia masih berbagi tanggung jawab dengan member tertua mereka Sungho, tapi tetap saja ia sempat memimpin dan tahu cara memecahkan masalah.
Taesan menerima apapun keputusan Zico, ia juga bersiap dengan kemarahan dan emosi yang mungkin terlontar, atau mungkin kata-kata umpatan yang akan diterima, Taesan sudah siap.
"Mau kemana?" Woonhak masuk tanpa mengetuk, beruang besar itu memperhatikan Taesan tanpa celah, dari atas hingga bawah pakaian hitam melingkupi tubuh kurusnya yang semakin berisi.
"Ke agensi" Woonhak mendekat, membantu Taesan memasangkan sepasang sepatunya.
"Untuk apa? Bersama dengan Jaehyun hyung? Pergi ke studio ya?" Woonhak yang cerewet, sudah biasa seperti ini. Katanya anak kecil ini ingin menutupi diri dengan image cool yang selalu ia elu-elukan, tapi kenyataannya berbanding terbalik. Woonhak yang manja, Woonhak yang berisik, dan Woonhak yang tak bisa diam. Para member sudah biasa dengan semua tingkah lakunya, mereka memaklumi itu karena Woonhak adalah bungsu kesayangan mereka.
"Tidak Woonhak, ada hal yang harus hyung urus."
"Apa! Apa! Apaaaaa!!!" Pria yang lebih muda dua tahun darinya itu melompat-lompat kecil, dengan senyum khasnya.
"Hushhhh, anak kecil tidak perlu tahu urusan orang dewasa!" Goda Taesan, sehari tanpa menggoda Woonhak sepertinya tidak akan lengkap, semua anggota melakukan hal yang sama. Mereka tidak bosan menganggu beruang besar ini, hanya untuk menyaksikan betapa menggemaskannya Woonhak setiap merasa kesal.
"Ishhhh hyung menyebalkan." Taesan tak menjawab, ia lebih dulu berlalu oergi darisana sebelum Woonhak menyelesaikan kalimatnya.
****
"Mau kemana?" Taesan terkejut, menemukan Leehan bersandar di pagar dorm mereka. Juga Sungho yang mengintai keduanya dari kejauhan, kakak tertua mereka itu sepertinya dengan suka rela menyirami tanaman bunga di sekitar pagar dalam dorm.
"Aku ikut." Leehan mendekat, pangeran tampan yang rapi dengan setelan jaket biru muda ditambah kaos putih dan denim berwarna senada dengan jaketnya, rambutnya tak kalah rapi dibelah tengah menyisakan dahi bagian tengahnya yang luas bagai halaman tempat tinggal mereka saat ini. Bibirnya merah merekah, sebuah senyuman kecil terbit darisana. Ekpresi yang tak pernah absen tiap kali si pangeran tampan ini bersitatap dengan Taesan.
"Tidak Leehan, tunggu saja disini, aku tidak akan lama."
"Taesan, keadaanmu membuatku khawatir. Aku tahu Jaehyun tidak akan melindungimu disaat-saat terjepit, jadi ada baiknya aku berperan sebagai ayah dari bayi kecil itu." Leehan tersenyum semakin lebar kemudian, sementara Taesan membatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue (Ddingdongz)
FanfictionJaehyun merusak masa depannya sendiri, ia turut menyeret masuk Taesan ke dalam masalahnya. **** Psttt, up suka-suka BxB