"Bahagia itu sederhana namun untuk mendapatkannya butuh perjuangan penuh disana,"
- Hangka
Dalam dunia ini, Bentara hanya menginginkan ketenangan dalam hidupnya namun untuk mendapatkan itu semua tidak mudah karna setiap harinya selalu ada bencana yang membuat nya lelah. Menanyakan pada semesta kapan bahagia nya datang, mengharapkan sang mentari untuk kembali menyinari atau setidaknya lukanya bisa sembuh dan sesak nya tak lagi utuh. Namun untuk mendapatkan itu semua bukanlah hal yang mudah, Bentara sudah mencoba dan hasilnya selalu gagal membuat dirinya menyerah.
Dikecewakan, dipermainkan lalu dibuang begitu saja membuat Bentara berpikir bahwa untuk apa ia dihadirkan di dunia jika pada akhirnya semesta akan sekejam ini pada takdirnya. Lalu untuk apa hadirnya seseorang jika pada akhirnya mereka akan meninggalkan kita dikemudian hari membuat kita merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya dan kembali ditinggalkan.
Jujur saja, jika diperbolehkan untuk mengeluh Bentara ingin mengeluarkan keluhannya selama ini sebab semesta selalu bersikap tidak adil pada takdirnya. Dan Bentara benci itu, Bentara sangat membenci perlakuan tidak adil siapapun itu padanya, ia benci dibedakan. Namun seolah tak perduli semesta malah dengan sengaja membedakan takdirnya dengan Kakak tirinya itu, padahal Shaka bukan anak kandung Hiara.
Lalu mengapa Hiara begitu sayang kepada Shaka yang notabe nya anak tiri padahal disini Bentara adalah anak kandung Hiara tapi mengapa Hiara memperlakukan nya seperti anak tiri.
Menghela nafasnya lelah, menghapus airmata yang sedari tadi berjatuhan, menahan rasa sesak mendera dengan memejamkan matanya.
"Kalo aja dulu, Tara bisa request Tara gak bakal mau jadi anak Buna, karna Buna bukan Ibu yang baik buat Tara," gumam Bentara menatap lurus ke arah panjangan foto disana dengan sendu.
Jam sudah menunjukkan pukul 14:25 dan seharusnya baik Ibu maupun Hangka mereka berdua sudah berada di rumah namun sampai sekarang pun Bentara tak melihat kehadiran keduanya. Bertanya lewat ponsel pun percuma, mungkin Ibu akan membalasnya tapi tidak dengan Hangka, Kakak nya itu pasti tidak akan menjawab nya sama sekali. Entahlah, Bentara juga tidak mengetahui nya fungsi ponsel Kakak nya itu apa? Sebab setiap kali Bentara menghubungi Hangka pasti tidak akan di respon nya.
Dan setiap Bentara tanya pun Hangka hanya menjawab tidak sempat, ah apakah Hangka diluar sangat sibuk? Hingga membalas satu pun sulit. Padahal dirinya yang terkadang disibukkan oleh beberapa tugas di sekolah, Bentara masih bisa memegang ponselnya biarpun beberapa menit saja. Lalu Hangka? Alasan yang sangat klasik bukan? Bentara yakin, mungkin saja Hangka memang malas membalas pesan.
Clek
Suara pintu rumah terbuka membuat Bentara buru buru beranjak dari tempat duduknya kemudian berlari cepat kearah sana. Namun belum sempat sampai sana reflek Bentara menghentikan lari nya ketika melihat Hangka yang datang dengan wajahnya yang dipenuhi lebam.
Buru buru Bentara melanjutkan lari ketika sadar akan lamunan nya.
"Abang berantem? Atau dipukul?" Tanya Bentara begitu khawatir.
Hangka menggelengkan kepalanya dan seperti biasa, pria itu masih menampilkan senyunmnya membuat Bentara benci melihat itu, padahal Kakak nya ini tengah sakit.
"Gapapa, biasa ini laki laki," jawab Hangka seadanya kemudian melanjutkan jalan nya.
Mendengus kesal, memang nya kebiasaan laki laki itu membawa pulang wajah penuh lebam dengan pakaian sekolah nya yang sangat berantakan? Tidak juga bukan! Karna lihatlah Bentara sekarang.
Seumur hidupnya, baik disengaja ataupun tidak Bentara tidak pernah membawa pulang wajah yang dipenuhi lebam itu, apalagi dengan seragam sekolahnya yang kusut.
"Emang jawab aja, susah ya Bang? Kan tinggal bilang itu dipukul atau berantem," kesal Bentara mengikuti langkah Hangka.
Tak memberi respon, Hangka sibuk melanjutkan jalannya menuju meja makan tersebut membuat Bentara mendengus kesal, kebiasaan Hangka yang sangat tidak Bentara sukai.
Lalu setelah berada tepat di samping kursi dan meja makan, Hangka daratkan bokongnya disana yang diikuti oleh Bentara di belakang nya.
"Tadi ada kecelakaan sedikit, Abang cuma mau nolong orang aja," balas Hangka membuat Bentara hanya menganggukkan kepalanya saja.
Jika memang seperti itu faktanya, Bentara tidak bisa mengatakan apapun lagi, itu hak Kakaknya, lagi pula menolong seseorang itu memang bukan kewajiban namun, rasa kemanusiaan.
"Abang makan dulu, abis itu luka nya Tara obatin, Abang gak boleh nolak, biar Tara yang obatin luka Abang," setelah mengatakan itu, Bentara beranjak dari sana berjalan menuju kotak p3k yang letaknya di ruang keluarga.
Mendengar itu Hangka hanya terkekeh ringan saja, Bentara memang seperti itu sifat nya persis seperti seseorang yang kini tengah Hangka rindukan, ah andai saja waktu bisa diulang. Mungkin takdirnya tidak akan seperti ini dan bahagia nya tak akan ia nanti namun inilah takdirnya, mau sekeras apapun kita mengubahnya kita jalan nya seperti ini, maka akan tetap seperti ini.
Kita sebagai manusia hanya bisa pasrah dengan takdir yang sudah di tetapkan masing masing tanpa diizinkan mengeluh sedikitpun. Membuktikan pada semesta sekuat apa dirinya dengan takdir yang kejam ini, itulah menurut Hangka.
Setelah beberapa menit Bentara datang dengan kotak p3k nya lalu ia taruh diatas meja kemudian kursi sebelah Hangka, Bentara tarik untuk mendekat lalu duduk disana.
"Di obatin dulu aja ya? Hehehe soalnya Tara takut makin parah, tapi kalo Abang udah laper, gapapa Tara bisa nunggu kok, terserah Abang nya aja si," ucap Tara tidak memaksa dibalas anggukan oleh Hangka.
Mendekatkan kursinya untuk lebih mendekat ke arah Bentara kemudian berkata. "Gapapa, kamu obatin Abang aja dulu, lagian Abang belum laper," setelah dapat jawaban itu dengan senang hati Bentara mengobati luka sang Kakak.
Melihat itu, Hangka lagi lagi menampilkan senyunmnya, ia beruntung mempunyai Adik tiri yang begitu menyayangi dirinya dan Hangka berjanji untuk selalu melindungi Bentara apapun yang terjadi.
Tbc
.
.
.
.Segini dulu ya,,, jangan lupa follow comment and vote
Byee see you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kakak & Petang
Poetrymungkin ini terdengar aneh tapi, Kakak hanya suka waktu petang bahkan ketimbang senja, Kakak lebih memilih petang, terdengar aneh bukan? Itulah Kakak ku "Petang itu, cuma pergantian sore ke malem," - Bentara Lingga Prasmanan "Suatu saat kamu pasti b...