semesta sedang baik

48 10 0
                                    

"Ketika kita meminta bahagia, semesta akan memberi luka lalu ketika memilih menyerah barulah semesta memberi bahagia,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika kita meminta bahagia, semesta akan memberi luka lalu ketika memilih menyerah barulah semesta memberi bahagia,"


- Apakah ini benar?

Banyak yang mengatakan bahwa Hangka itu aneh namun bagi Bentara, Hangka itu tidak aneh, ia hanya kaku tidak tahu seperti apa cara untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak yang mengatakan bahwa Hangka itu aneh namun bagi Bentara, Hangka itu tidak aneh, ia hanya kaku tidak tahu seperti apa cara untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. Dan memilih untuk memendam semua yang ia rasakan, dan Hangka juga tidak gila! Kakak tirinya itu hanya tidak pandai berekspresi maupun bersosialisasi. Lalu terakhir, Hangka tidak mengidap penyakit autis atau hal semacam nya, Kakak nya itu memang gemar sekali menyendiri.

Itulah Hangka di mata orang lain dan di mata Bentara, karna kedekatan yang cukup lama serta lumayan akrab membuat Bentara mengingat betul bagaimana watak Kakaknya. Bentara mengetahui apa yang tidak diketahui oleh banyak orang, Bentara juga mengetahui alasan sifat Kakaknya dan Bentara juga faham tentang luka yang selama ini Hangka simpan.

Semuanya! Bentara mengetahui semua tentang Hangka! Namun hanya satu yang belum Bentara fahami yaitu alasan Hangka yang menyukai petang. Padahal, bagi Bentara dibandingkan petang Bentara lebih menyukai senja sebab disana terdapat kesan indah di dalamnya dan Bentara menyukai itu.

Menghela nafasnya pelan, ini sudah larut malam dan dia masih setia duduk di bangku umum pinggir jalan raya sambil merenung tentang perkataan petang tadi yang Hangka katakan. Dan jujur saja, Bentara akui, dia sangat syok mendengarnya, apa yang dikatakan Hangka kala itu ternyata benar benar bumerang bagi dirinya.

"Boleh Buna duduk disini?" Tubuhnya menegang seketika kala suara yang ia kenal itu kembali menyapa indra pendengarannya.

Tak langsung menjawab, perasaan kalut, marah, kecewa, sedih, juga sesak mencampur aduk perasaan nya saat ini, seolah semesta kini kembali mempermainkan dirinya.

Lalu dengan helaan nafasnya, Bentara mencoba untuk tenang walaupun ada rasa sesak yang mendera serta tangis yang memberontak keluar.

"Lingga? Bolehkan Buna duduk disini?" Ulang wanita itu membuat Bentara memberanikan diri untuk menatapnya.

Aku, Kakak & PetangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang