03 - PT.2

100 98 12
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

"Haish, tau gini mending tadi aku terbang saja." Gumamnya sambil memegang kaki dan kepalanya yang sakit.

"Kualat tuh tadi ngagetin orang." Kaithan menertawakannya.

Ryuji menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan sakit di kakinya tetapi tidak berhasil, ia pun bingung kenapa.

"Huh, kok gak bisa...." Ujarnya sambil berusaha berdiri tetapi gagal karena betapa sakitnya itu. Ia pun memutuskan untuk terbang saja dari pada berdiri dengan kakinya.

"Ya sudah, nanti coba ku obati saja." Ungkap Althea sambil mengajak mereka naik ke atas. Kebetulan di dalam laci kamar Althea ada beberapa obat-obatan yang bisa digunakan.

Ketika Althea ingin membuka pintu kamarnya, ia melihat sudah ada yang menunggunya. Dengan cepat, ia menutup kembali pintunya.

"Tidak jadi, mending ke kamar Kakak saja deh." Mereka berdua sedikit curiga dengan apa yang ia sembunyikan tetapi mereka tidak menghiraukan itu dan hanya mengangguk. Mereka berjalan ke arah kamar Kaithan dan membuka pintu.

Tiba-tiba ada suara telepon masuk dari ponsel Ryuji,

"Gawat, Ayahku sudah menelepon. Sepertinya aku harus kembali deh," Ucapnya.

"Oh, ya sudah. Sampai jumpa nanti di acara ya." Ungkap Kaithan dan begitu pula dengan Althea.

"Dadah." Ryuji melambaikan tangannya dan menghilang dari ruangan itu. Menjadi malaikat sepertinya sangat menguntungkan, dapat memiliki banyak sekali kemampuan yang tidak dimiliki manusia.

Althea berjalan keluar dari kamar Kakaknya, menuju kamarnya. Althea teringat bahwa Xavier tadi di sana menunggunya, ia pun masuk ke dalam kamarnya.

"Ternyata masih menunggu." Gumamnya sambil berjalan ke arah Xavier yang terlihat memberikannya tatapan kesal dari tadi.

"Althea, kau punya hubungan apa dengan Malaikat tadi?" Ketebak sekali bahwa sepertinya Xavier cemburu.

"Sahabat lama. Kenapa?" Ucapnya, Althea duduk di sebelah Xavier.

"Jangan dekati dia lagi." Jawabnya, Xavier terdengar seperti sedang mabuk.

"Kau tidak punya hak untuk menyuruhku menjauhinya." Althea mengatakan fakta bahwa Ia dan Xavier hanya sebatas teman, seharusnya ia tidak berhak untuk melarangnya jika mereka berdua saja tidak memiliki hubungan spesial.

Xavier mencengkeram keras tangan Althea, menariknya dekat ke arahnya.

"Apaan sih." Sebelum Althea selesai berbicara, Xavier menutup mulutnya dengan tangannya. Menatapnya dengan tatapan kosong.

"Jangan dekati laki-laki lain selainku."
Althea tidak bisa berkata apa-apa, ia tidak tahan melihat pria gila ini di depannya, sangat heran dengan kelakuannya. Sepertinya Xavier telah kehilangan akal sehatnya.

𝐖𝐇𝐈𝐒𝐏𝐄𝐑𝐒 𝐎𝐅 𝐀𝐋𝐋𝐔𝐑𝐄 Where stories live. Discover now