08 - PT.3

92 98 0
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

"Terima kasih, Thea." Ujar Xavier, melepaskan jari Althea, Dia menatapnya dengan mata yang penuh rasa bersyukur.

"Makanya lain kali stok banyak-banyak agar tak kehabisan." Balas Althea dengan ekspresi malas, Xavier mengangguk, terlihat senyum tipis di sudut bibirnya, dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Althea dengan penuh kasih sayang.

"Aku pergi dulu." Segera setelah itu, Xavier pun menghilang, berteleportasi pergi dari sana. Althea terdiam sejenak, merasakan kekosongan di kamarnya. Dia kemudian merebahkan diri di tempat tidur, menutup matanya dan kembali tidur. Untung saja, dia berhasil melewatkan malam itu dengan tidur yang nyenyak.

Sinar matahari pagi menembus celah-celah tirai, membangunkan Althea dari tidurnya. Dia meregangkan tubuhnya. Suara Xavier masih terngiang di kepalanya, membuatnya tersenyum tipis. Perlakuan Xavier yang penuh kasih sayang meluluhkan hatinya.

Althea bangkit dari tempat tidurnya, merasa bahagia dan bersyukur. Dia berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Setelah mandi, dia turun ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.

Dia duduk di samping Kakaknya, terlihat senang dengan senyum yang meriasi wajahnya. Hal itu membuat Kaithan terheran,

"Kau terlihat sangat bahagia pagi ini, apa yang terjadi?" Tanyanya dengan rasa ingin tahu. Biasanya, Althea bangun dan sarapan dengan wajah kusut yang selalu merusak selera makannya.

"Tidak ada." Jawabnya sambil meraih sendok yang ada di samping lengannya, senyumnya terlihat memudar.

"Kenapa wajahmu kusut mulu sih, Thea. Sudah seperti perlu disetrika." Dia menyindirnya dengan halus. Althea tidak terima dengan ucapannya,

"Diam atau aku lem itu mulut." Althea mencubit lengan Kakaknya dengan keras, membuatnya meringis kesakitan. Sebelum Kaithan dapat membalas cubitannya, Sang Ibu menghentikannya,

"Kai, Thea. Jangan berkelahi." Ucap Ibunya dengan tegas, dia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka yang sudah seperti anak kecil. Mereka menurut dan melanjutkan sarapan mereka,

ʚɞ ⁺˖ ⸝⸝

Sedangkan, di sisi lain, Aaron bersama dengan seorang wanita duduk berhadapan di sebuah meja kecil yang ada di suatu kafe, suara bisikan mereka hampir tak terdengar di antara keramaian pengunjung kafe lainnya.

"Aku yakin kau tahu apa yang aku inginkan. Aku ingin kau mendekati Ayah dan Ibu Xavier. Luluhkan hati mereka, buat mereka menyukaimu." Ucap Aaron, dengan wajah yang penuh tekad, mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Dan apa imbalannya bagiku?" Wanita itu tersenyum tipis menunggu jawaban dari Aaron. Matanya yang indah berkilau dengan kelicikan dan keinginan. Gerakan jarinya yang lentik bermain-main dengan cangkir kopinya menunjukkan kehati-hatiannya dalam mengambil keputusan.

"Jika kau berhasil, aku akan membantumu menyingkirkan seseorang yang dicintai oleh Xavier dari kehidupannya. Dia adalah penghalang bagimu, bukan?" Balasnya. Matanya yang tajam menatap lekat pada wanita itu, seolah-olah ingin memastikan dia mengerti setiap kata yang diucapkannya.

"Terdengar adil bagiku. Namun, bagaimana kau yakin aku bisa melakukannya?"

Sesungguhnya, Aaron mengetahui suatu hal mengenainya, wanita itu telah memperhatikan dan menyukai Xavier sejak lama tetapi dia tidak pernah berani melakukan sesuatu untuk menunjukkan rasa sukanya itu. Jadi, Aaron merasa bahwa akan memuaskan jika dia bekerja sama wanita itu sebagai penghancur hubungan Xavier dan Althea, Lagi pula, mereka memiliki niat dan tujuan yang sama.

"Percayalah padaku, Ana. Kau punya pesona yang tak tertahankan. Untung saja, aku punya informasi yang bisa membantumu mendekati mereka. Aku tahu apa yang mereka sukai dan tidak sukai, dan apa yang mereka harapkan dari calon menantu mereka." Ucap Aaron dengan santai, dia telah mempersiapkan banyak hal untuk ini.

"Baiklah, aku tertarik. Beri saja aku waktu satu minggu, ini akan sangat mudah untuk kulakukan. Tapi, aku ingin jaminan. Aku tidak ingin kau menipu atau menjebakku setelah aku berhasil." Meskipun Aaron adalah teman dekatnya, dia masih belum bisa mempercayainya sepenuhnya.

"Tenang saja, aku bukan orang yang suka menipu. Kita buat perjanjian tertulis, bagaimana?" Mendengar itu, wanita itu langsung mengangguk setuju.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 18 June 2024 📌

𝐖𝐇𝐈𝐒𝐏𝐄𝐑𝐒 𝐎𝐅 𝐀𝐋𝐋𝐔𝐑𝐄 [✓] Where stories live. Discover now