07 - PT.4

74 82 0
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

"Kakak salah pilih lawan tadi..." Balasnya.

Acara selanjutnya adalah pertunjukan sulap. Seorang pesulap profesional yang mengenakan jas hitam dan topi tinggi berjalan memasuki ruangan, disambut tepuk tangan meriah dari para tamu. Diawali dengan sapaan yang jenaka, sang pesulap mulai menunjukkan trik-trik sulapnya yang memukau.

"Gila sih ini." Ucap Althea yang sedang duduk di sebelah Ryuji, menyaksikan ini bersama-sama. Trik demi trik ditampilkan oleh pesulap. Diawali dengan mengeluarkan setumpuk kartu remi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia mengocok-ngacak kartu tersebut. Kemudian, ia meminta salah satu tamu untuk memilih sebuah kartu.

Sang pesulap lalu memasukkan kembali seluruh kartu ke dalam tumpukan. Namun, secara ajaib, kartu yang dipilih oleh tamu tadi muncul di tempat yang tak terduga, misalnya di dalam saku jas tamu tersebut atau bahkan terselip di balik jam tangan sang pesulap.

"Hah, kok bisa di sana." Ujar Ryuji yang ternganga.

"Bisa dong, namanya saja pesulap." Balas Yura yang masih fokus memperhatikan. Ketegangan dan decak kagum bergantian dari para tamu yang menyaksikan trik-trik sulap tersebut.

Suasana semakin meriah saat sang pesulap mengajak Kaithan untuk berpartisipasi dalam sebuah trik sulap. Pesulap itu meminta Kaithan untuk duduk di kursi dan memejamkan mata. Setelah itu, sang pesulap menutupi kepala Kaithan dengan kain sutra berwarna merah.

Dengan gerakan cepat dan tangan yang lihai, pesulap itu memasukkan kartu terakhir ke dalam telinga Kaithan. Para tamu menahan nafas, penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Sang pesulap melambaikan tongkat sihirnya dan mengucapkan mantra,

"Abracadabra!"

Tiba-tiba, seekor burung kecil berwarna putih keluar dari telinga Kaithan! Bukan hanya para tamu, melainkan Kaithan sendiri pun terkejut dan terlonjak kaget.

"Itu burung dari mana..." Althea mengusap-usap matanya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Ia menganggap bahwa setiap gerakan yang dilakukan oleh pesulap itu sangatlah mulus hingga tidak dapat ditebak sama sekali.

"Teleportasi mungkin?" Jawaban Ryuji yang asal membuat Althea tertawa terbahak-bahak.

"Mana bisa begitu." Althea menggeleng-gelengkan kepalanya.

Burung mungil itu hinggap di bahu sang pesulap, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sorak-sorai gembira pun memenuhi ruangan. Kaithan, setelah mengatasi rasa terkejutnya, tak bisa menyembunyikan senyum lebar di wajahnya. Ia terhIbur dengan trik sulap yang luar biasa ini.

"Sudah cukup sampai sini saja, Terima kasih telah menyaksikannya." Ucap sang pesulap itu.

Pertunjukan sulap pun berakhir. Tepuk tangan meriah bergemuruh untuk sang pesulap yang telah memeriahkan acara ulang tahun Kaithan.

Para tamu masih membicarakan trik-trik sulap yang memukau, terutama tentang bagaimana burung kecil itu bisa keluar dari telinga Kaithan. Sang pesulap pun membungkuk beberapa kali sebagai tanda terima kasih atas apresiasi para tamu.

Waktu terus berjalan, dan malam pun semakin larut. Para tamu mulai berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Althea merasa lelah tapi bahagia. Ia mengucapkan selamat malam, dan kemudian kembali ke kamarnya untuk beristirahat setelah mengganti pakaiannya.

Di dalam kamarnya, Althea merebahkan diri di atas kasur.

"Melelahkan sekali..."

Althea tertidur dengan lelap. Namun, di tengah tidurnya yang nyenyak, ia tiba-tiba bermimpi tentang Xavier. Mimpi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Dalam mimpinya kali ini, Xavier tampak terobsesi dengannya. Ia terus-menerus mengikuti Althea ke mana pun dia pergi dan mencoba untuk menarik perhatiannya. Althea merasa tidak nyaman dan terganggu dengan sikapnya. Ia mencoba untuk menghindarinya, tapi Xavier selalu berhasil menemukannya.

"Hah!" Althea terbangun dari tidurnya dengan perasaan gelisah. Mimpi itu terasa begitu nyata dan membuatnya tidak nyaman. ia mencoba untuk menenangkan dirinya dengan berpikir bahwa itu hanyalah mimpi.

Althea bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke jendela kamarnya. Ia menatap keluar dan melihat langit malam yang dihiasi dengan bintang-bintang yang berkilauan, mengambil nafas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Mimpi buruk, sialan."
Althea sudah berusaha untuk tidur tetapi tidak bisa. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke taman. Berjalan-jalan dan mencari udara segar. Berharap dengan itu, ia bisa menenangkan pikirannya. Ia membuka pintu kamarnya dan berjalan turun dari tangga menuju taman.

Althea menghampiri bangku yang nyaman dan ia pun duduk di sana. Ia menutup matanya dan berusaha untuk merenungkan pikirannya. Beberapa menit telah ia lalui,

"Ya ampun.... Kenapa aku terus memikirkannya." Pikirannya terpenuhi dengan rekaman wajah Xavier yang tersenyum dan suaranya yang khas baginya. Ia merasa bahwa kepalanya sudah ingin meletus jika terus memikirkan ini.

Althea bangkit dari tempat duduknya dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk lanjut beristirahat.

Sesampainya di kamar, Althea menepuk-nepuk pelan kepalanya dan berjalan menghampiri tempat tidur, merebahkan dirinya. Ia berusaha menutup mata dan tidur untuk melupakan semua itu. Pada akhirnya, ia berhasil menenangkan pikirannya dan tertidur pulas.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 16 June 2024 📌

𝐖𝐇𝐈𝐒𝐏𝐄𝐑𝐒 𝐎𝐅 𝐀𝐋𝐋𝐔𝐑𝐄 Where stories live. Discover now