12 - PT. 2

92 91 12
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Althea mengangguk, air matanya masih mengalir di pipinya. Dia merasa hancur, terjebak dalam situasi yang tak mungkin dia selesaikan. Dia hanya bisa berdoa dalam hati agar dia memiliki kekuatan untuk melewati masa-masa sulit ini.

Berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan ibunya. Hatinya terasa berat bagaikan batu. Dia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Masa depannya kini diselimuti oleh kabut ketidakpastian. Kakinya membawanya keluar dari istana, menuju sungai yang mengalir tenang di dekatnya, menjauh dari keramaian dan hiruk pikuk.

Di atas jembatan sungai, Althea berdiri di sana, punggungnya bersandar pada pegangan jembatan. Langit sore terbentang luas di atasnya, dihiasi gradasi jingga dan ungu yang memukau. Biasanya, keindahan alam ini mampu menenangkan hatinya yang gundah. Tapi hari ini, keindahan itu tak mampu menembus kabut keraguan yang menyelimuti pikirannya.

Kepalanya terasa berat bagaikan ditindih beban batu yang tak tertahankan. Althea menundukkan kepalanya, helaian rambutnya yang panjang terurai menutupi wajahnya yang pucat. Setiap tarikan nafasnya terasa sesak. Mendadak, dia terpikirkan akan sesuatu.

“Apa sebaiknya Xavier tahu tentang ini....” Dia bertanya pada dirinya sendiri, sedikit memandang ke atas, menimbang-nimbang ungkapannya barusan. Keningnya sedikit mengerut,

Akhirnya Althea telah memutuskan apa yang akan dia lakukan, dia meraih ponselnya dari saku dan menelepon Xavier, jari-jarinya gemetar saat dia menekan nomornya. Untung saja, Xavier menjawab telepon darinya dengan cepat.

"Vier, bisakah kau bertemu denganku di dekat sungai samping kerajaan Etheral? Ada hal yang penting ingin aku bicarakan denganmu." Dia mengucapkan dengan tekad yang bulat,

"Mendadak sekali. Baiklah, aku akan segera ke sana." Suara Xavier terdengar penuh dengan kecemasan. Althea menutup telepon, hatinya berdebar kencang. Dia tahu ini akan menjadi percakapan yang sulit bagi mereka, terutama bagi dirinya yang saat ini tenggelam dalam pikirannya sendiri, memikirkan apa yang akan dia katakan kepada Xavier.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Althea berbalik dan melihat Xavier yang berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Wajah Xavier terlihat pucat dan tegang, matanya penuh dengan kecemasan.

"Thea, ada apa? Kenapa kamu ingin bertemu denganku di sini?" Tanya Xavier yang penasaran, dia beridiri di hadapan Althea, menatapnya dengan penuh perhatian, menanti penjelasan darinya.

“Ada sesuatu yang perlu aku katakan kepadamu." Ujarnya dengan suara lirih, Dia menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya.

𝐖𝐇𝐈𝐒𝐏𝐄𝐑𝐒 𝐎𝐅 𝐀𝐋𝐋𝐔𝐑𝐄 Where stories live. Discover now