10 - PT.1

90 92 4
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Beberapa hari telah berlalu dengan baik. Akan tetapi, pagi ini Althea bangun dan menemukan suatu surat tanpa nama pengirim di atas meja di kamarnya, dia membuka surat itu dan membaca isinya. Suasana hatinya tiba-tiba berubah, seolah ada beban yang menghantamnya.

"Mustahil." Dia bergumam,
Mendengar kabar bahwa Xavier telah dijodohkan dan akan segera bertunangan dengan wanita lain yang merupakan seorang vampir, bernama Anastasia. Mengetahui hal tersebut, dia berpikir bahwa selama ini Xavier hanya memanfaatkan dirinya saja, karena jika Xavier benar-benar menyukainya, dia pasti akan menolak perjodohan itu.

"Apaan sih." Dia meremas secarik kertas itu dan melempar ke tempat sampah dengan penuh kekesalan.
Namun Althea berusaha untuk tidak langsung percaya dengan isi surat tersebut, dia saja tidak mengetahui siapa pengirimnya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi dan berpikir sejenak.

"Akan tetapi, apa tujuan orang itu mengirim surat ini...." Ucap Althea, banyak sekali pertanyaan tanpa jawaban yang memenuhi kepalanya, ini seperti menghabiskan waktunya untuk memikirkan hal yang tidak penting baginya.

Althea memandang ke luar jendela, melihat indahnya langit pagi. Sebelum bisa rileks, dia mendadak teringat sesuatu. ada inisial pengirim yang tertulis di surat itu, Althea bergegas mengambil lagi kertas yang dia lempar tadi dan melihatnya.

"Inisial A?" Mengetahui itu, tebakan Althea hanyalah Aaron, lagian juga dari awal dia telah berpikir bahwa tidak mungkin Xavier akan mengirim surat seperti ini. Sekarang sudah jelas siapa pengirimnya. Dia memutuskan untuk menyimpan kertas itu saja,

"Sepertinya sewaktu-waktu ini akan berguna." Althea berjalan menghampiri meja di sebelah kasurnya dan menaruh secarik kertas itu di dalam laci. Tiba-tiba terdengar suara telepon masuk dari ponselnya. Ternyata nomor tidak di kenal,

"Ini nomorku kesebar atau apa sih." Dia mengabaikan telepon tersebut.
Beberapa saat kemudian, orang itu terus meneleponnya berkali-kali. Althea sudah muak, dan akhirnya dia menjawab.

"Ada keperluan apa kau sialan." Ucap Althea dengan nada kesal.

"Sudahkah kau menerima surat yang kukirimkan spesial untukmu?" Ungkapnya. Suaranya sangat tidak asing bagi Althea, Dia mengetahui siapa orang itu. Ya, itu Aaron. Sekarang Althea tidak bisa berkata apa-apa dan hanya diam.

"Mengapa terdiam, tidak menyangka bahwa aku yang menulis surat itu?"

"Apa tujuanmu memberitahukanku tentang ini." Tanya Althea.

"Sebenarnya tidak ada tujuan. Tetapi bisa kukatakan, aku hanya ingin membantumu." Althea menghela nafas dengan jawaban Aaron. Althea merasa bahwa dia tidak memerlukan bantuan dari orang sepertinya. Jadi, dia langsung mematikan telepon itu.

Tampaknya mustahil bagi Aaron untuk membantu seorang manusia seperti Althea, di dunia ini tidak ada iblis yang mempunyai hati baik. Bahkan jika ada yang terlihat seperti baik, pasti hanya pura-pura.

"Tetapi, bisa jadi apa yang dikatakan Aaron itu benar." Althea memikirkan kembali semua yang baru saja terjadi. Dia menjadi sangat pusing, perasaan kesal dan cemburu memenuhi dirinya, dia memandang ke bawah lantai.

"Aku telah mempercayainya, dan ini balasannya terhadapku." Tidak bisa menahan lagi, tetesan air mata pun telah membasahi wajahnya.

"Untuk apa aku menyia-nyiakan perasaanku untuk vampir sialan itu."

"Althea?" Althea terkejut mendengar itu. Tamu setia yang selalu menemuinya, Xavier tiba-tiba saja muncul di belakangnya.

Althea sepertinya tidak ingin berbicara dengannya hari ini bahkan dia terus menghindari kontak mata dengan Xavier, perubahan sikap yang mendadak ini membuat Xavier sangat bingung dan heran padanya.

"Ada apa? Kau terlihat seperti anak kucing yang sedang marah." Ungkap Xavier. Mendengar ejekan itu, amarahnya semakin meluap, dia mengepalkan tangannya dan menatap Xavier dengan tajam.

"Untuk apa kau datang menemuiku, urusi saja tunanganmu itu." Jawabnya seakan-akan mengusir Xavier.

"Bagaimana kau bisa tahu mengenai-" Sebelum dia dapat menyelesaikan ucapannya, Althea memotong.

"Tidak usah banyak bicara." Althea sepertinya tidak senang dengan hal itu.

Xavier tidak menyangka bahwa Althea akan mengetahui semua hal tentang perjodohan itu, padahal dia sudah merahasiakan itu darinya, ini benar-benar membuatnya bingung.

"Kau sangatlah menyedihkan, Xavier. Untuk apa kau menjalani hubungan denganku, jika pada akhirnya kau telah memiliki wanita lain." Althea mengatakan itu dengan spontan, air mata mulai mengalir, membasahi pipinya.

"Tunggu, dengarkan penjelasanku dulu." Xavier berusaha meyakinkannya akan suatu hal mengenai itu. Dia menatap Althea dengan penuh keseriusan, keringat dingin menetes dari ujung keningnya.

"Tidak ada yang perlu kau jelaskan, aku telah mengetahui semuanya."

"Althea-" Xavier menarik lengan Althea, dia menatapnya dengan mata memohon, berharap dia akan mendengarnya terlebih dahulu.

"Enyahlah dari sini, aku muak melihatmu." Dia menepis tangannya dengan keras, membuang wajah darinya.

Xavier menarik nafas berat, menyadari bahwa dia benar-benar kesal padanya. Rasa bersalah memenuhi dirinya, dia tidak tahu bagaimana cara memperbaiki situasi ini. Althea terus mengusir Xavier, egois dan tidak mau mendengarkan apa pun darinya, membuat Xavier putus asa dengan apa yang terjadi. Jadi, dia berinisiatif untuk membiarkannya sendirian dulu saja.

.☘︎ ݁˖

Beberapa hari dan malam telah berlalu, Althea selalu merasa sedih dan kecewa. Pengkhianatan, dan kebohongan yang telah Xavier hadiahkan padanya selalu berbekas di lubuk hatinya. Sedangkan,

Tuuutt ... tuuuuttt ....

Xavier meremas ponselnya yang tertempel di telinga dia pun menyenderkan punggungnya di sofa yang sedang dia duduki, menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan gelisah. Dari tadi dia berusaha untuk menelepon Althea, tetapi tidak kunjung di angkat. Dia benar-benar harus menjelaskan semuanya dan meminta maaf padanya. Xavier tidak ingin Althea membencinya hanya karena hal ini.

"Althea, angkatlah kumohon...."
Xavier terus berharap agar Althea mengangkat telepon darinya. Namun, lagi-lagi panggilannya berakhir tanpa jawaban.

Dia belum mau menyerah. Sekali lagi Xavier mencoba menghubungi Althea. Akhirnya terdengar bunyi back tone di ujung sana. Akan tetapi,

"Althea!"

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 18 June 2024 📌

𝐖𝐇𝐈𝐒𝐏𝐄𝐑𝐒 𝐎𝐅 𝐀𝐋𝐋𝐔𝐑𝐄 Where stories live. Discover now