-BUTTERFLY EFFECT

14 3 0
                                    

"Dateng lagi?" sapa Abang penjaga warnet yang membuat Naresh dan Jean tersenyum, "untung dateng lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dateng lagi?" sapa Abang penjaga warnet yang membuat Naresh dan Jean tersenyum, "untung dateng lagi."

Naresh mengernyit, "kenapa emang, Bang?"

"Habis buka PC nggak bayar. Mana tiga ribu!" Seketika senyum Naresh menjadi pulsa.

Jean yang menyadari kalau itu kesalahannya, segera membuang muka. Tepat setelah ia melihat wajah Naresh yang rasanya seperti ingin melemparnya keluar galaksi Bima Sakti. Pemuda itu berpura-pura melihat arah lain sambil berjalan menuju freezer eskrim dan mengambil eskrim strawberry untuknya dan eskrim coklat untuk Naresh.

"Na, ini eskrim-

-kali ini jangan lupa bayar!" Sahut Abang penjaga toko.

Jean terkekeh malu, sedangkan Naresh hanya bisa menghela panjang. "Emang paling bener nggak usah ajak anak kecil ke warung."

"Kapanlagi coba kita seneng-seneng?"

Naresh menghela lagi, "terserahlah!"

"ABANG! AKU MAU BELI PERMEN!" Seketika itu Naresh menoleh, mendengar suara anak kecil yang bersemangat berlari menuju toko, dia berada disebrang jalan. Itu, dirinya.

"Nana! Hati-hati!" Dari jauh, Mama, meneriakkan namanya sambil berlari. Mama sepertinya kelelahan karena mengikuti dirinya yang begitu aktif.

TIIIIIIIINNNN!!!!

Namun Naresh nampak sebuah mobil dari jauh. Entah kenapa kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri. Membuatnya memegang kepala dengan erat. Sebuah memori seperti beputar cepat di otaknya. Mobil, langit-langit putih dan cahaya yang terang. Apa-

"NANA! JANGAN NYEBRANG!"

Seketika Naresh berhenti memikirkan rasa sakit kepalanya, Pemuda itu mendelik, dan dengan cepat berlari menuju tempat penyebrangan.

"Na! Jangan! Bahaya!"

Ia tidak memperdulikan Jean yang mencoba menghentikannya, seketika itu Naresh meloncat ke jalan raya dan memeluk tubuh kecilnya, berguling ke pinggir sebelum mobil benar-benar menghantam tubuh mereka. Pemuda itu benar-benar mendekap tubuh Naresh kecil dengan erat. Hingga kejadian itu berhasil mereka hindari.

"Dek, k-kamu nggak papa?"

Naresh kecil mengangguk sambil terisak. Ia melihat Mama mendekat dengan tubuh gemetar, "Nana!" Ibu dua anak itu berjongkok dan kemudian memeluk anaknya.

"Nana, kamu nggak papa?"

Sebuah ingatan tiba-tiba melintas dipikiran Naresh. Kejadian barusan, kejadian yang membuat dia merasa ketakutan. Wajah dirinya yang sudah dewasa sekarang juga muncul dalam ingatan masa kecilnya. Ia ingat, di tahun 2009 ia tertabrak mobil yang menyebabkan kepala belakangnya harus di operasi karena terluka lumayan parah. Pemuda itu meraba bekas cidera di kepalanya, dan sekarang bekas itu menghilang karena dia menolong dirinya sendiri.

WHO: Back to 2010Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang