Tak terasa tinggal terhitung hari, sudah 2 tahun kita bersama. Saat kelas 8, kita melewati banyak sekali masalah yang membuat kenangan hangat diantara kita.
Sudah lama bersama, pastinya jika di pisah akan merasa berat meski terkadang ada konflik diantara kami.
“wong kene di gabung wae wes koyok ngene, bayangke go nek dipisah kene ambi kono. Ndak koyok opo (kita di gabung saja sudah seperti ini, bayangin kalo kita dipisah antara sini dan sana. Jadi apa coba)” ucap salah satu temanku.
“ahh, sindir sindiran lewat koco ah” sahut yang lain
“moh ah.. ga lah di pisah go.. mending di gabung dadi siji ngene iki (nggak ah.. nggak usah di pisah dong.. lebih baik di jadikan satu aja kalo seperti ini)”
Sebelumnya kita sempat mendengar isu kalo kita akan dipisah. Ya, semua anak pasti punya sifat yang berbeda-beda.
Inilah salah satu alasan kenapa kita dipisah hingga di gedung yang berbeda dan tentunya nama kamar yang berbeda. (Assalamah 1 dan Fatimah)
“arghh! Yang bener aja deh!” lirihku kecewa dalam hati
Saat awal dipisah, kami sempat ada konflik. Lumayan kaget. Dan sesuatu yang kami takutkan saat itu benar benar terjadi. Kami saling menyindir satu sama lain. Bahkan sempat tak ada komunikasi antar kita.
Masalah seperti ini tentunnya tak boleh dibiarkan. Kami mulai memperbaiki ikatan antar angkatan kami agar tidak terpecah begitu saja.
~●♡●~
Kelas 9 ( setelah terpisah )
Saat ada perlombaan Muharram Cup di pondok. Kami sebaik mungkin untuk bisa berdamai dan berusaha untuk kompak. Masing-masing pihak harus ada yang menerima jika mendapat kekalahan.
“wes.. gak popo. Penteng kamar kono menang (udah.. nggak papa. Yang penting kamar sana menang)”
Beberapa kali kalimat itu keluar dari salah satu mulut kami karena seringkali kami menjadi lawan antar kamar di perlombaan ini. Salah satunyansaat perlombaan kasti.h
Babak pertama menggunakan metode perlawanan antar angkatan.Jadi dengan terpaksa kami harus melawan teman kami sendiri. (Ahh.. sial! Rencana tak berjalan!) Padahal kami ingin semua kejuaraan diraih oleh angkatan kami. (Serakah banget sih..).
Tapi mungkin ini cara Allah untuk mempersatukan kota kembali dengan cara menghargai satu dan lainnya.
Ya, pastinya ada yang tak terima dengan perlawanan ini. Apalagi di tengah tengah konflik kami yang belum terselesaikan sepenuhnya.Untuk mempersatukan kami seperti dulu tidaklah mudah. Apalagi ditambah konflik lain yang mungkin ada sedikit hubunganya dengan kami.
Kami memang sangat berbeda. Ada yang nakal dan tidak terlalu nakal. Dan semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Ingat! Anak yang nakal pasti memiliki sisi lain yang dimana hal itu bisa mengharumkan namanya. Hanya saja tidak banyak orang yang melihat di sisi itu.
~●♡●~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crita Kita di Pesantren
Non-FictionSerpihan cerita seorang santriwati bernama Amiq di sebuah Pondok Pesantren bernama BUNYANUN MARSHUSH bersama 37 (+2) teman-temanya yang selalu ada di setiap sudut pandangnya. Awal dari tangisan yang terus membasahi pipi karena rindu yang tak tertaha...