Madrasahku, MTs Salafiyah Kajen mempunyai program beasiswa dengan seleksi dan ada juga yang tanpa seleksi. Salah satu beasiswa dengan seleksi adalah beasiswa Tahfidzul Qur’an.
Setelah satu tahun mondok, Alhamdulillah hafalanku sudah memenuhi syarata beadiswa tersebut. Awalnya aku ragu untuk mengikuti program tersebut karena masih banyak hafalanku yang belum lancar.
“Tapi apa salahnya mencoba..” lirihku.
Beasiswa dilaksanakan pada bulan September 2022. Aku disimak oleh guru tahfidz yang pernah menyimakku saat tes PPDB 2021 lalu. Ya, Ibu Nailul Faiq.
Aku duduk didepan beliau dengan menyodorkan Al Qur’a yang sudah kutentukan halamanya. Sebelum kumulai melafalkan, aku membaca surah Al Insyirah 3x dengan sekali nafas dengan berharap agar dimudahkan dan dilancarkan saat beasiswa berlangsung.
“A'ūdzubillāhiminasysyaithānirrajīm”
Kumulai dengan hati tenang dengan membayangkan ayat ayat yang sudah kuhafalkan. Saat masih di juz awal, kesalahanku hanya beberapa. Namun saat di juz akhir hafalanku, bayangan ayat demi ayat menghilang entah kemana. Aku mulai nge bleng, ditambah rasa takut yang mengelilingi.
Bu Faiq menuntunku mulai dari halaman ke 11 sampai halaman ke 20. Saat itu aku benar benar pasrah dan tak berharap kalo aku akan lulus di beasiswa ini.
“Yaa udah deh nggak papa, mungkin karena usahaku yang kurang dan niatku yang salah. Pokoknya tahun depwn aku harus bisa ikut lagi dan harus lancar” lirihku menyesal.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas saat tak sengaja melihat kesalahanku yang melebihi batas. Maksimal kesalahan per juz itu 10 kesalahan, tapi di juz akhirku mencapai 13 kesalahan.
~●♡●~
Saat sambangan bulan Oktober, aku bercerita pada ayah dan bundaku kalo waktu beasiswa aku nggak lancar.
“kayaknya aku nggak lulus deh bun. Salahku banyak kok” ucapku.
“Yaa udah nggak papa, yang penting sudah mau berusaha” ucap bundaku menguatkan.
Tak lama setelah sambangan, pondok mengadakan lomba maulid Nabi yang merupakan event setiap tahun. Aku dipilih temanku untuk mewakili perlombaan MQK (Musabaqah Qiro’atul Kitab) karena aku memang suka dengan kegiatan itu.
Kali ini aku tidak mau lalai lagi, aku harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak mengecewakan teman temanku. Mulai dari muroja'ah kitab hingga muroja'ah materi nahwu.
Sebelum perlombaan berlangsung, aku mengambil undian yang sudah disimpan oleh panitia yang betugas. Saat kubuka undiannya.
“Heh.. kok pertama sih..” ucapku dengan jantung yang berdebar.
Dengan cepat aku membuka kitab sebelum nantinya lomba dimulai. Ku ingat ingat kata yang terkadang aku lupa artinya.
“Peserta nomor urut pertama, Amiq kelas 8” panggil panitia.
Perlahan aku maju kedepan dan duduk ditempat yang sudah disiapkan. Aku diminta membacakan Fasal ‘perkara yang membatalkan wudhu’.
Setelah selesai dibaca, aku diberi beberapa pertanyaan mengenai nahwu. Alhamdulillah semua pertanyaan bisa ku jawab dengan benar.
Setelah selesai maju, aku langsung ke kamar karena sudah bosan disana dan nggak tau mau ngapain.
“loh Miq.. dah selesai.. Gimana Miq tadi?” Tanya salah satu temanku yang ada disampingku.
“Alhamdulillah lancar” jawabku sambil mengacungkan jempol.
Tapi aku tidak terlalu berharap kalo aku menang, karena masih ada kakak kelas yang lebih hebat dariku.
~●♡●~
Malam puncak Maulid Nabi pun tiba. Dan tentunya yang paling Aku dan teman temanku tunggu adalah pengumuman kejuaraan lomba saat itu. Kami yakin bahwa kami akan mendapatkan banyak juara oleh karena itu kami sangat bersemangat menubggunya.
Pengumuman pertama adalah kejuaraan MQK, aku yang awalnya tak berharap tiba tiba..
“Juara I MQK diraih oleh Amiq kelas 8”
Serentak teman temanku berteriak dan tepuk tangan. Aku tak menyangka bisa mendapat kejuaraan ini, kukira bakalnya kakak kelasku yang mendapatkannya karena lebih banyak pengetahuan materinya.
“Alhamdulillāh” ucapku dalam hati saat menerima hadiah.
Tak lama dari itu, aku mengikuti lomba bahasa arab. Setelah selesai mengerjakan lomba aku sempat mengirim pesan untuk bundaku.
(gambar chat dgn bunda)
~●♡●~
Sambangan november pun tiba. Sebelumnya aku bercerita kalau aku habis di ta’zir (denda) karena aku meletakkan handuk bukan di tempatnya.
“terus kamu dita”zir apa?” tanya bundaku
“beersihin rak sepatu satu pondok, tapi untungnya lumayan banyak yang dita’zir, jadi nggak begitu berat” jelasku.
Setelah bercerita, aku memberikan paper bag yang merupakan hadiah lomba MQK (Musabaqah Qiroatul Kutub) dan surat pernyataan lulus beasiswa.
Pertama yang bundaku ambil adalah surat pernyataa beasiswa. Bundaku tidak tahu kalo aku lulus beasiswa karena aku cerita kalo aku nggak lancar dan banyak salahnya. Malahan bundaku mengira kalo surat tersebut adalah surat peneguran dari pondok karena aku barusaja melakukan kesalahan.
Saat amplop dibuka dan tulisan yang tertera di kertas dibaca oleh bundaku. Bundaku tersenyum seraya mengucapkan
“alhamdulillah”. Ayahku pun ikut senang melihatnya.
“katanya nggak lulus?” tanya ayahku.
“nggak tau, tiba tiba aja namaku dipanggil waktu itu. Mungkin masih dikasih keringanan, soalnya itu juz akhir” jelasku
“kalo ini apa?” tanya bundaku.
“itu musabaqah qiroatul kutub” jawabku
“wuihh.. keren..” sahut bundaku.
Meski tak seberapa dan tak bisa mengimbangi lelah dan tetesan keringat bunda ayahku. Tapi aku senang karena bisa melihat senyumanya yang adem banget. Hal inilah yang membuatku makin bersemangat untuk meraih apa yang aku impikan.
~●♡●~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crita Kita di Pesantren
No FicciónSerpihan cerita seorang santriwati bernama Amiq di sebuah Pondok Pesantren bernama BUNYANUN MARSHUSH bersama 37 (+2) teman-temanya yang selalu ada di setiap sudut pandangnya. Awal dari tangisan yang terus membasahi pipi karena rindu yang tak tertaha...