memory (ll)

577 32 10
                                    

pukul 02.00 dini hari

haruto terbangun dari tidurnya, ia merasa haus. sebenarnya di teko yang berada di atas nakas ada isinya tadi. namun, karena haruto terus haus airnya habis. ia terpaksa turun ke bawah untuk mengisi ulang teko dan sekalian minum.

ia turun dari ranjang dengan perlahan agar pergerakan nya tidak mengganggu jeongwoo yang tengah istirahat. haruto merasa bersalah pada suaminya, seharusnya ia tidak meminta jeongwoo untuk membantunya tadi. suaminya pasti lelah habis dari perjalanan jauh. melihat lelakinya yang sabar saat bermain tadi bahkan saat haruto minta berhenti jeongwoo langsung menurut padahal ia yakin suaminya itu belum merasakan puas seperti dirinya. haruto merasa jadi istri durhaka.

ia menghela napas panjang. turun perlahan dari tangga dengan berpegangan pada pinggiran. kalau jeongwoo tahu ia turun tangga sendirian pasti di omelin. jeongwoo tidak pernah mengijinkan istrinya turun dari tangga sendirian semenjak hamil, apalagi di tambah kejadian haruto berlarian untuk menyambut nya. tambah parno si ayah muda.

si manis sampai di dapur, ia mengisi teko bening dengan air mineral sampai penuh. lalu menuangkan nya di gelas juga untuk ia minum. haruto ingin sekali makan anggur shine muscat tapi di kulkas habis hanya tersisa buah stroberi dan anggur biasa.

dirinya ingin kembali ke kamar, tetapi teko yang sudah terisi air hingga penuh itu sangat berat. bagaimana caranya naik tangga sembari membawa teko? haruto takut. masa juga ia harus berteriak memanggil jeongwoo, tidak.. itu merepotkan.

jadilah lelaki manis itu mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan. di depannya ada tiga buah stoberi yang ia ambil dari kulkas, sudah di cuci.

tangan lentiknya mengusap perut besarnya dengan lembut. “dede bayi, ini bunda. kamu lagi apa di dalam? maaf ya bunda ganggu istirahat nya, bunda lagi pengen mam stoberi ini. nanti, abis ini kita bobo lagi ya. ayah di atas, lagi bobo ganteng. pasti ayah kecapean karena bunda, nanti kalo ayah bangun bunda bakal minta maaf. kira-kira masak apa ya buat sarapan. ayah bilang tadi lagi kepingin sup jagung tapi di kulkas enggak ada jagung, belanja dulu apa ya? tapi kaki bunda bengkak, sayang. cape juga di buat jalan. tapi, kalo nyuruh ayah belanja juga kasihan. gimana ya?” 

haruto sibuk mengobrol dengan calon buah hati nya. mulut kecilnya tidak berhenti mengunyah buah stoberi yang segar dan manis itu. ia mengantuk, tapi juga tidak mau balik ke atas dulu. lelah sekali kakinya.

“bunda sama ayah uda belanja perlengkapan bayi buat kamu, sayang. nanti pas lahir harus sehat ya. bunda bakal perjuangin kamu meskipun nanti nyawa bunda taruhannya. bunda sayaaang banget sama dede bayi”  jujur saja, rasa takut terbesar haruto adalah proses melahirkan. banyak cerita yang ia dengar tentang bagaimana seorang ibu berjuang melahirkan anak mereka. ada yang selamat ibu nya, ada yang selamat bayinya, ada yang tidak selamat keduanya, bahkan ada yang selamat keduanya. lantas bagaimana takdir haruto?

ia akan terus berusaha berpositif thinking, bagaimana pun kalau ia banyak pikiran pasti akan berpengaruh pada kandungan nya. ia terus berdoa pada Tuhan, semoga ia dan anaknya selamat nanti. ia ingin merawat bayi nya bersama jeongwoo. lelaki yang selama ini selalu ada untuknya.

mata lentik itu menatap ke sekeliling, sepi. gelap juga. ia menghela napas pelan sembari terus mengelus perutnya.

“bunda kepingin cerita. dede bayi sebagai pendengar ya. maaf, ceritanya agak membara sedikit”  haruto terkikik kecil. “bunda waktu itu liat ayah ketemu sama mantan pacarnya pas di mall, yang kita jalan jalan sama kak hyunsuk. dede bayi inget nggak? inget lah ya. nah, bunda liat ayah kamu ngobrol berdua sambil lunch gitu, enggak izin bunda loh itu, nak. bunda curiga—tapi bunda enggak cemburu ya. cuma agak curiga aja. ngapain ya waktu itu ayah ketemu mantan pacarnya? selingkuh? astaga! enggak mungkin lah nak ya, kan ayah cinta banget sama bunda. kayanya enggak sengaja ketemu? tapi kenapa ayah gada cerita ke bunda sampe sekarang? aneh nggak sih, nak. kamu masih lama apa lahirnya? bunda pengen kamu cepet gede, sayang. biar kita ghibahin ayah bareng hahaha”  si cantik tertawa geli.

1,2,3 - shoot 「jeongharu」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang