ketemu

559 39 15
                                    

udara dingin yang terasa sejuk menghembus bebas melalui ventilasi rumah. sedikit demi sedikit juga menerpa kulit putih yang halus dan lembut itu.

kedua tangan yang memiliki jemari lentik disibukkan dengan mengiris perbawangan. lalu di lanjut mencuci udang serta bebeberapa sayuran.

sekarang pukul lima subuh, dan si cantik haruto sedang berkutat di dapur untuk membuat sarapan. ia mau memasak tumis udang buncis, tuna yang akan digoreng menggunakan mentega, serta tumis sawi. beberapa menu tersebut adalah request-an dari anak dan suaminya. tak lupa juga ia akan menggoreng tiga telur mata sapi.

“katanya mau bantuin masak, bohong sekali. daritadi enggak bangun-bangun”

haruto sedikit menggerutu kala ingat perkataan suaminya semalam. ia berkata ingin membantu haruto memasak, tapi lihat saja bahkan lelaki pemilik mata bak serigala itu masih berkutat di kasur dengan di gelungi selimut tebal yang membuat nyaman. kekehan lucu keluar dari bilah bibir haruto, ia memaklumi jika suaminya sedang lelah sebab semalam lembur.

beberapa menit kemudian, ia di kejutkan dengan suara bariton dari sebelah kirinya. suara serak basah khas seorang bangun tidur masuk ke gendang telinganya. si cantik menoleh ke kiri mengikuti asal suara, disana ada putra semata wayangnya yang sedang mengucek mata sembari melangkah ke arahnya.

“abang..”  panggil sang bunda.

meskipun anak satu-satunya tetapi haruto dan jeongwoo memanggil junghwan dengan sebutan abang. sementara junghwan terkadang masih memanggil dirinya dengan sebutan juan.

selama puluhan tahun, sepasang suami istri ini memang tidak memiliki anak lagi. sebab, saat haruto selesai melahirkan junghwan sang dokter pribadi berkata bahwa sembilan puluh sembilan persen haruto tidak dapat hamil lagi karena kandungan nya lemah. jika pun bisa karena kita tidak tahu kehendak Tuhan, tetapi kemungkinan besar resikonya adalah keguguran. dan, si bucin park jeongwoo ini tidak mau sampai istrinya kenapa-napa jadi mereka berdua memutuskan tidak akan punya anak lagi.

lagipula, junghwan saja sudah cukup menjadi pelengkap keluarga kecil mereka. dan, junghwan juga memaklumi kondisi sang bunda. ia tidak masalah jika kedua orangtuanya mengambil keputusan tersebut, walaupun ia terkadang merasa kesepian dan terlintas ingin punya adik. namun, kedatangan enami yang acap kali main ke rumah cukup menghibur dirinya.

“bun, masak apa?”

junghwan sekarang sudah berdiri di samping bundanya. melihat tangan lihai itu mengoseng-oseng perbawangan dan cabai di wajan.

“kemarin kan abang pengen di masakin tuna goreng, ayah pengen tumis udang buncis sama tumis sawi. ini bunda lagi buatin”

si anak mengangguk-angguk. ia mengambil satu udang yang sudah di goreng bunda nya lalu ia makan. mengecap-ecap rasa udang yang gurih bercampur manis, lezat sekali.

“wangi nyaa, jadi laper”  junghwan menghirup aroma masakan bunda nya yang tak pernah tidak sedap. sesekali melirik sang bunda yang sangat fokus ke wajan. mata bulat serta bibir yang mulai sedikit memaju membuat sang anak terkekeh lucu.

“sabar ya, tunggu mateng dulu”   kata haruto yang di beri deheman oleh sang anak. “abang tumben banget bangun awal gini, ada kelas?”

pertanyaan dari sang bunda mengalihkan junghwan yang awalnya ikut melihat wajan memperhatikan udang dan buncis yang sedang di oseng-oseng kini menatap wajah bunda nya. “ada bun, kelas pagi. tadi kebangun karena mimpi jatuh dari gedung tinggi terus kaget. kebangun deh”

si bunda tersenyum kecil. sudah biasa mendengar kalimat itu, junghwan memang sering sekali mimpi jatuh dari gedung tinggi kemudian terbangun karena terkejut. berujung pergi ke kamar ayah bunda nya dan menumpang tidur disana. minta di peluk oleh sang bunda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1,2,3 - shoot 「jeongharu」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang