Prolog

296 56 46
                                    

Note ;
Baca deskripsinya sebelum meluncur ke prolog ya.

***

"Woi Lang, gue jarang liat lo pulang ke rumah lo."

Nathan melempar minuman kaleng ke arah Galang dan Lucas yang saat ini nongkrong di kamarnya. Setelah sekolah mengadakan libur panjang, mereka berdua sering ke rumahnya dan bermain di sana.

Entahlah, di antara mereka, kamar Nathan yang selalu dijadikan tempat tongkrongan. Namun, Nathan juga tak mempermasalahkan itu. Itung-itung hemat uang minyak.

"Di rumah gue binatang semua, males gue nginep di sana," ujar Galang acuh. Matanya fokus pada layar komputer dan sibuk bermain game di sana.

"Kalau lo, Cas?"

Lucas yang tiduran di kasur Nathan hanya berdehem. "Hm."

"Minimal kalau nongkrong di rumah gue, lo semua bayar listrik kek, bayar makanan kek. Ini nggak, udah numpang makan, main game, biaya listrik dan biaya makan gue yang bayar semua."

"Ribet amat lo. Emang berapa biaya listrik lo, hah?!" Galang yang kalah bermain game pun, menghela napas jengah. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Sebutin nominalnya, gue transfer ke rekening lo."

"Minimal 100 Triliun."

"Ngelunjak lo babi."

Nathan sontak memeriksa ponselnya yang berdering. Ia bisa melihat notifikasi masuk di sana. Matanya membelalak kaget melihat nominal uang yang baru saja di transfer Galang ke rekeningnya.

"Gila lo. Lima juta? Dapet uang dari mana lo?"

"Bokap nyokap," balas Galang santai. Pemuda itu membuka plastik permen karet dan memakannya. Ia menaikkan satu alisnya sembari tersenyum miring. "Kenapa? Masih kurang?"

"Anjir lah. Lo kaya, tapi ngapain kayak gembel di rumah gue? Mana rumah lo tingkat dua, ga sebanding rumah gue."

"Rumah lo nyaman."

"Kalau rumah lo?"

"Ga nyaman. Banyak binatang di sana." Galang terkekeh saat mendengar ucapannya sendiri. "Udahlah, lupain. Gue bosan di sini. Mau jalan gak?"

"MAU!" Lucas yang sibuk rebahan di kasur sambil memainkan ponsel, seketika langsung duduk saat mendengar kata 'jalan'.

Nathan mengerling kesal ke arah Lucas. "Gue tau, lo pasti mau minta ditraktir si Galang, kan?"

Lucas menyengir tanpa dosa. "Orang kaya itu harus dimanfaatin. Untung ada Galang di pertemanan kita. Kalau gue temenan sama lo doang, yang ada adu nasib."

"Dih anjing."

"Mirip kau."

"Babi kau."

"Makasih pujiannya."

Galang tertawa melihat interaksi mereka. Pemuda itu berdiri untuk mengambil jaket hitamnya yang tersangkut di balik pintu kamar Nathan. "Jadi pergi ga lo pada? Gue yang traktir."

"JADI!"

Nathan dan Lucas bergegas mengambik ponsel dan jaket mereka masing-masing. Mereka langsung saja pergi ke tempat tujuan.

Mobil Galang memasuki perkarangan rumah Nathan. Beberapa saat lalu ia menelepon supirnya untuk datang. Tak membutuhkan waktu sepuluh menit, supirnya datang. Memang benar, ia belum dibolehkan membawa mobil oleh kedua orang tuanya. Jangan tanyakan apa alasannya.

Sampai di dalam mobil, Nathan bergerak gelisah karena harus duduk di samping kursi kemudi. Sedangkan Galang yang punya mobil duduk di belakang bersama Lucas.

Lost DirectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang