Empat

116 38 31
                                    

>2300 kata.

***

Dia sudah ditemukan. Anak ketiga dari keluarga Aldianolic yang telah lama hilang.

Galang Rayendra.

Deg.

"... Bangsat. Bilang ke gue kalau ini cuma mimpi!"

"Coba lihat fotonya, itu orang yang beda kan, woi?!" seru Vian, berusaha mengelak fakta yang menerjang dirinya dan saudaranya yang lain.

Namun, setelah dia memperbesar foto itu, itu benar-benar Galang. Korban bullying-nya merupakan kakak kandungnya yang selama ini hilang. Apa takdir sedang menertawakannya sekarang?

"Kalau dilihat-lihat, ini beneran Galang," ujar Vano bergumam pelan. "Orang yang kita bully ternyata saudara kita sendiri?"

Marvel menggenggam erat ponsel di tangannya. "Gue masih belum yakin kalau itu Galang. Kalau pun iya Galang, emang dia bisa apa di keluarga kita?"

Semua orang diam mendengar ucapan Marvel. Diantara mereka, Marvel dan Vano merupakan anak pertama kembar. Sedangkan yang muda adalah Vian dan Bima yang juga merupakan anak kembar. Saat ini Marvel dan Vano menempati kelas 12, sedangkan Vian dan Bima kelas 10.

"... Dia itu culun, bahkan pas kita bully dia pun, dia cuma diam aja," sahut Bima dengan suara pelan.

"Orang culun mau masuk ke keluarga kita?" Vian mendengus sarkas. "Gue ga bakal biarin itu. Kita harus ngelakuin sesuatu!"

Marvel mengangguk menyetujui ucapan Vian. "Gimana kalau kita ganggu dia di rumah mau pun di sekolah? Bikin mental dia bener-bener hancur sehancur-hancurnya terus milih pergi dari rumah dan sekolah, dan ga nampakin diri ke kita-kita lagi?"

Semua orang merinding mendengar ucapan Marvel.

"Vel, lo... yakin?" tanya Vano memastikan. "Dia adik kita yang hilang pas bayi..."

"Emangnya kenapa kalau dia hilang? Kita udah terbiasa tanpa dia." Marvel memasang wajahnya tak bersalah. Pemuda itu berjalan menghampiri Vano, meraih kerah baju anak itu dan menatap lawan bicaranya tajam. "Lo lupa siapa keluarga kita? Kelurga Aldianolic. Keluarga tanpa perasaan. Mau gue mati kek, atau lo, atau Bima dan Vian, keluarga Aldianolic masih banyak nyimpan orang buat gantiin kita meski ngga ada hubungan darah."

Deg.

"Dan lo pikir, anak yang hilang itu bakal tahu keluarga itu sepenuhnya? Gue juga yakin dia ga bakal bertahan lama dan milih buat kabur dari rumah itu."

Marvel menghempaskan kerah baju Vano, dan berjalan pergi dari tempat markasnya berkumpul bersama saudara-saudaranya. Bima, Vian dan Vano menatap kepergian pemuda itu dalam diam. Setelah perawakan Marvel menghilang, Bima membuka suaranya.

"Kali ini gue setuju sama Marvel." Bima berdiri dari duduknya, berjalan menuju pintu markas. "Gue yakin ayah bawa dia kembali juga karena mentingin image keluarganya."

Vian terkekeh samar mendengar ucapan Bima. Dia ikut berdiri dan menghampiri kembarannya itu. "Gue sebenernya ga peduli lo mau peduli atau ngga sama anak hilang itu. Tapi yang harus lo tau, Van, lo bakal mampus sama Marvel kalau ketahuan peduli sama anak itu."

Vano tetap diam, tak menggubris. Setelah wujud Bima dan Vian menghilang ditelannya kegelapan, Vano kembali menatap layar ponselnya.

Ia menusap pelan foto Galang yang terpampang di ponselnya. Pemuda itu menyeringai tipis.

Gue harus siksa dia pake cara apa, ya?

***

Suara bel istirahat berbunyi. Galang, Lucas dan Nathan segera menjauh dari orang-orang. Mereka memilih taman belakang sekolah sebagai tempat perkumpulan untuk membahas sesuatu yang penting.

Lost DirectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang