1

910 55 8
                                    

Cuaca mendung mengiringi pemakaman salah seorang pengusaha sukses di korea, tuan Kim Suho dan istrinya nyonya Kim sara.

Seluruh keluarga berbelasungkawa, banyak kolega yang datang menyampaikan ucapan bela sungkawanya.

Setelah prosesi pemakaman selesai, semua kembali ke mansion kim. Disana ada orang tuan kim suho, biasa dipanggil grandma dan granpa. Lalu ada kaka laki-laki suho, kim Suno dan istrinya Kim Somi, dan adik bungsu suhu, park Nara dan suaminya park jisung. Tak lupa ada anak suhu, kim taehyung yang baru berusia 10tahun dan kim sana yang baru berusia 8 tahun.

Ayah taehyung dan sana merupakan orang yang paling kaya dikeluarganya. Suho berasal dari keluarga sederhana, dan berkat usahanya dengan sang isyri, Sara, mereka bisa menjadi pebisnis sukses.

"Baiklah, kita akan mulai membagi harta yang ditinggalkan dengan seadil mungkin", Suno

"Ya.. aku sudah tak sabar",  jawab sang adik, Nara

"Baiklah, bagaimana kalau rumah ini kita jual, karena biaya mengurus mansion ini sanagat mahal, dan kita ambil alih perusahaan kim", suno

Semua tampak setuju, begitupun grandpa dan grandma

"Lalu bagaimana dengan dua curut itu", ucap somi

"Kalian saya yang jaga, lumayankan dapat pekerja gratis dirumah", ucap nara

"Aku tak mau, akan menyusahkan", somi

"Tenang saja, jika kau membawanya, kau bisa mendapatkan masion yang satu lagi, kalian bisa tinggal disana, ada beberpa mobil juga", ucap nara

Somi tampak berfikir, dan akhirnya menyetujuinya

"Ah sialan, baiklah...", ucapnya
.
.
.
.



Keesokan harinya tae dan sana diminta oleh somi untuk berkemas

"Kalian segeralah berkemas, aku tunggu dibawah"

"Kita mau kemana imo", tae

"Mau pindah kerumahku"

"Kami mau tinggal disini saja imo, tak mau pergi", tae

Somi langsung menjambak rambut tae, hingga tae meringis kesakitan

"Aaa sakiit imoo ampuuun"

"Kau, kerjakan yang aku perintahkan sekarang bajingan"

"Hikss ampun imoo sakiit.. baik baikk aku akan patuh, hikss",

Somi melepaskan tarikan dikepala tae dan mendorong kepala sana yang sudab berkaca2 melihat oppanya dijampak. Sana yang tak siap malah terjungkang saat somi mendorongnya

"Hiks hikss oppa.. sakiit"

"Jangan takut ya... oppa akan selalu menjagamu", ucap tae sambil memeluk adiknya

.
.
.

Tae menggandeng tangan adiknya, menemui pamannya suno dan bibinha somi

Tae dan sana didorong masuk mobil dan mereka menuju masion tae yang lain, tapi disana sudah ada anak somi, kay, dia seumuran tae

.
.
.

"Kay mau menumpang disini tae?? Tau dirilah kalau begitu", ucap kay saat tae baru masuk ke rumah. Sana hanya menunduk takut dan meremat baju belakang tae.

"Tak apa... jangan takut", ucap tae menenangkan adiknya.

"Kamar kalian yang dibawah tangga", somi

"Tapi kamarnya terlalu kecil imo, dan itu biasanya kamar pembantu", tae

"Kau akan menjadi pembantu disini", ucap somi dengan tatapan memgerikan, sana sudah gememteran karena tindakan somi tersebut.

.
.
.

Tae masuk ke kamar tersubut, disana ada satu ranjang tingakat, dia merapikannya dan menyuruh sana istirahat. Sementara tae masih memindahkan bajunya ke lemari.

.
.
.

Esok paginya sana terbangun, dia menanjat ke tingkat atas kasur dan tak menemukan tae. Sana berjalan keluar kamar dan mendapati tae sedang menyiram tanaman,

"Oppaa.. ayo bersiap kesekolah",

"Iya, sana mandi dulu, oppa akan siapkan bajumu", sana mengangguk dan balik kekamarnya untuk mandi. Tae mengikuti dari belakang dan memyiapkan baju sana, sementara tae mandi di kamar mandi dekat dapur.

Tae mengandeng tangan adiknya menuju meja makan, disana keluarga pamannya sedang sarapan. Tae berjalan dan ingin duduk disalah satu kursi, namun terhenti karena di bentak oleh somi

"Kau.. mau apa kau ini ha??", somi

"Kami mau sarapan imo", tae

"Kau tak akan dapat makan kalau tak bekerja"

"Tapi kami masih kecil untuk bekerja imo"

"Aku tak peduli"

"Baiklah, lalu siapa yang memgantar kami sekolah", tae

"Kau pergi naik bus", suno

"Kami belum bisa sendiri paman",

"Kau kekuarlah, berjalan ke arah kiri hingga bertemu halte, tunggu bus nomor 56, lalu naik dan berhenti di halte sekolahmu"

"Lalu uangnya?"

Suno melempar dua kartu bus yang memang sengaja disiapkan

"Sudah enyah kalian, kalian menjijikan", somi

"Tapi ini milik orang tua kami, bukankah harusnya kalian bersikap baik karena menumpang disini", timpal tae kesal

PLAKKK

"Orang tuamu sudah mati, sekarang ini semua milik kami, kau, kalau tidak suka tinggal disini, silahkan kau pergi",

.
.

.

Tae menggenggam tangan sana erat, dia takut adiknya hilang, tae takut sebenarny untuk naik bus, namun dia harus bisa menjaga adiknya

"Ayo naik sana",

"Ayoo oppaaaa", ucap sana ceria

Mereka duduk berseblahan sambil bergandengan tangan, banyak orang yang tersenyum manis melihatnya. Bebrrapa menit busnya melaju, tae terlihat celingak celinguk, sampai ada yang bertanya

"Adik kecil, kamu mau kemana?"

"Mau ke sekolah nuna, kami sekolah di bighit academy",

"Kalau begitu kalian akan turun di statsiun berikutnya",

Tae melihat ke sana, dna saling tersenyum

"Terimakasih nuna"

"Aku akan mengingatkan saat kalian harus turun"

Mereka memgangguk

"Kenapa kalian hanya berdua, orabg tua kalian mana"

"Mereka sudah disurga", jawab tae cepat.

"Ah maaf... oiya.. karena kalian sudah berani, nuna kasih susu pisang dam sandwich.. tapi cuma ada satu, tak apa kan",

Tae nampak berdikir, dia tak mau menerimanya, tapi dia dan sana dari tadi malam belum makan, dan sepertinya nuna itu irabg baik, akhirnya tae menerimanya dan berterimakasih.

Setelah turun, tae mengandeng sana untuk duduk dulu ditaman sekolah, bia membuka sandwich dan mengigitnya lalu memebrikannya ke sana. Sana tampak lahap dan setelah beberpaa gigitan, dia memebrikan lagi pada tae, tae kemabli mengambil satu gigitan dan menyuruh sana menghabiskannya. Lalu susu pisang itu diberikan ke sana untuk minum saat jam istirahat

sepotong kebahagiaan (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang