𝐢. gadis pelayan

2.2K 211 7
                                    

  Satu-satunya hal yang dirinya ingat adalah dia sedang berada di dalam perpustakaan umum di kotanya, kemudian terdengar alarm kebakaran dan orang-orang yang ada disana berlarian dengan panik, dirinya terdorong kesana-kemari dan api semakin membes...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Satu-satunya hal yang dirinya ingat adalah dia sedang berada di dalam perpustakaan umum di kotanya, kemudian terdengar alarm kebakaran dan orang-orang yang ada disana berlarian dengan panik, dirinya terdorong kesana-kemari dan api semakin membesar hingga akhirnya dia terbakar dan... Dirinya berada di tempat asing ini.

Apa-apaan ini? Ini surga atau neraka. Mengapa tempat ini sangat sempit dan pengap, bahkan udara saja sepertinya enggan masuk kedalam ruangan ini.

Gadis itu bangkit dari ranjang lusuh yang dirinya tiduri tadi, memandang ke sekeliling dengan heran sekaligus panik. Jujur saja, apakah dirinya masuk neraka? Mana mungkin surga sejelek ruangan sempit ini.

Kaki jenjangnya perlahan berjalan menyusuri ruangan jelek ini, menatap setiap sudutnya sampai akhirnya menemukan cermin kecil yang terletak di atas meja reot. Dengan cepat lengannya mengambil cermin itu untuk melihat apakah wajahnya mengalami luka bakar atau tidak.

Matanya membesar dengan pandangan terkejut tatkala melihat bayangan di balik cermin ini. Karena terkejut dirinya melempar cermin itu ke arah ranjang, kemudian mulai meraba-raba wajahnya.

“Apa-apaan? Wajah siapa ini, kenapa cantik sekali?” ujarnya dengan wajah yang shock. Dia menoleh ke arah ranjang dan mengambil kembali cermin kecil yang tadi dirinya lempar.

Dia mendudukkan bokong di atas ranjang keras itu, sambil terus memandangi wajah barunya. Menatap tak percaya pada apa yang dia alami.

“Ini mimpikan? Ini pasti mimpi, seharusnya gue mati karena terbakar di perpustakaan. Iya ini pasti cuma mimpi!” ujarnya menekankan pada hatinya.

Hal pertama yang harus ia lakukan adalah tenang, mengambil nafas dalam-dalam, kemudian mulai mengangkat lengannya dan menampar pipinya sendiri dengan keras-keras hingga meninggalkan bekas merah di pipi putih pucat itu.

“Aww, sakit banget-- apa? SAKIT? SAKIT? PIPI GUE SAKIT?” matanya mulai memandang panik ke sekeliling saat merasakan pipinya yang berdenyut nyeri.

“Artinya ini bukan mimpi, ya ampun gue di mana sekarang. Apa mungkin gue transmigrasi dan masuk kedalam tubuh orang lain?” monolog gadis itu, mulai membayangkan apa yang dirinya alami dan mengaitkannya pada buku-buku novel yang sering dirinya baca.

Sera memang sangat hobi membaca, itulah mengapa sampai akhir hayatnya dia mati di dalam perpustakaan yang terbakar. Namun bukan itu yang menjadi perhatiannya, tapi jika memang benar dirinya masuk kedalam novel yang pernah dia baca, novel yang mana? Sudah ratusan novel yang dia tamatkan selama dirinya hidup didunia.

Apa tidak bingung dirinya ini saat mengingat banyaknya novel dan nama-nama pemerannya. Dia meringis pelan dan mulai menyesali mengapa dirinya menghabiskan begitu banyak novel novel daripada buku pelajaran.

“Novel yang mana? Kebayangkan novel yang gue baca sih tentang seseorang yang masuk kedalam tubuh putri keluarga bangsawan yang kaya raya. Iya! Pasti gue masuk di salah satunya dan sekarang ini gue nempatin tubuh putri bangsawan yang kaya,” meyakinkan dirinya pada apa yang ada dipikirannya, Sera mulai berjalan keluar dari ruangan ini.

Ketika sudah keluar dari ruangan pengap tadi, dirinya dibuat kagum sekagum-kagumnya pada interior mewah dan super besar ini. Apakah ini kastil atau istana kerajaan? Tempat ini sangat-sangat luas seperti istana megah.

Kegiatannya yang sedang mengangumi tempat baru ini tertunda saat seorang wanita mendorong bahunya dari belakang dengan lumayan keras. Sera segera menoleh untuk memarahi pelaku, karena dengan beraninya berlaku kurang ajar pada seorang putri bangsawan kaya yang memiliki kastil sebesar ini. Ingatkan dirinya untuk mengadukan hal ini pada ayah barunya nanti.

“Hei! Beraninya kau berlaku tidak sopan pada putri bangsawan seperti ku? Kau tidak tahu aku ini siapa?!” tanya Sera dengan nada sombong, membuat perempuan dengan pakaian seperti pelayan itu menatapnya dengan mengejek.

“Kau? Tentu saja aku tahu, kau adalah putri bangsawan yang telah jatuh, dan sekarang menjadi pelayan rendahan di sini,” ujar perempuan itu membuat Sera melotot terkejut.

“Beraninya kau berkata bahwa keluargaku telah jatuh? Kau tidak melihat kastil sebesar ini milik siapa? Milik keluarga ku kau tahu?!” sungutnya dengan nada sombong yang tidak berubah.

“Kurasa kau masih belum bisa menerima kenyataan bahwa seluruh keluarga mu di hukum mati dan telah jatuh, sehingga dirimu menjadi gila seperti ini sampai mengaku-ngaku menjadi bagian dari keluarga Grand Duke Deimos,” mendengar ucapan itu membuat Sera terdiam ketika merasa familiar dengan nama keluarga yang disebutkan tadi.

Deimos? Grand Duke Deimos? Apa ini adalah novel yang berisi pemeran utama pria sinting itu?! Pria gila yang melakukan segala cara agar sang pemeran utama wanita selalu berada disisinya. Setelah sang pemeran utama wanita mengetahui bahwa si pemeran utama pria adalah orang yang kejam, berhati dingin dan sering tidur dengan banyak wanita. Sang pemeran utama wanita langsung kabur untuk menghindari pemeran utama pria, namun usahanya tentu sia-sia karena pria itu dengan mudah menemukannya, karena posisi pria itu bahkan lebih di hormati dibandingkan raja yang ada disana.

Cerita bergenre dark romance itu sungguh membuat Sera trauma membaca cerita dengan pemeran pria bersifat red flag dan manipulatif. Bahkan jika bukan paksaan temannya yang merekomendasikan novel itu, Sera samasekali tidak tertarik untuk membacanya.

Karena Sera adalah orang yang lebih menyukai pria bersifat green flag dan bucin mampus pada pemeran utama wanita, di hiasi dengan konflik ringan dan berakhir dengan bahagia. Bukannya novel sinting yang isinya pemeran utama pria yang tidak waras dan sakit jiwa begini.

Kesal melihat wajah bodoh yang ditampilkan oleh gadis remaja di hadapannya ini, wanita yang memakai seragam pelayan yang sama seperti Sera menyerahkan nampan kosong padanya. “Kembalikan ke dapur, aku lelah ingin beristirahat sejenak,” tanpa menunggu jawaban Sera, wanita itu langsung melenggang pergi meninggalkan Sera yang masih terkejut.

“Masa gue transmigrasinya jadi pelayan sih anjir!” erangnya dengan kesal tak menerima kenyataan yang dialaminya.

“Mana masuknya novel yang isinya pemeran utama sinting lagi,” imbuhnya dengan wajah lesu.

“Mana masuknya novel yang isinya pemeran utama sinting lagi,” imbuhnya dengan wajah lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐄𝐈𝐌𝐎𝐒 ; A Last Descendants RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang