•••
Nanti, suatu saat atau mungkin sebentar lagi, akan ada pelukan ternyaman setelah patah yang tak berkesudahan--Elvano Arka Wiliam--
Kakinya melangkah begitu cepat, menelusuri setiap jalan dibangungan dengan pekerja yang memakai jas putih. Tak memedulikan seseorang yang memanggilnya dari belakang.
Elvano dan Farid mengejar Alea yang berlari menuju ruangan sang kakek. Tanpa sengaja gadis itu mendengar sang ayah bicara dengan dokter dari telepon.
Farid mengira Alea sudah tertidur pulas didalam mobil, ternyata gadis itu hanya berpura-pura saja.
Yang ada dalam pikiran gadis berkepang satu itu hanya rasa khawatir pada sang kakek. Walaupun ia masih dipandang anak kecil, bukan berarti ia tidak mengerti kata 'detak jantung lemah'
Langkah kakinya terhenti, matanya menyorot pada wanita parubaya dan pasangan suami istri yang terlihat asing sedang mendengarkan intruksi dari sang dokter.
"Mohon maaf, kamu sudah berusaha sebaik mungkin."
Sang dokter melanjutkan dengan nada yang amat pelan. "Penyakit gegar otak pasien sudah menyebar, pasien tidak mampu bertahan lagi, kami turut_____"
"NGGAK! KAKEK NGGAK BAKAL NINGGALIN LEA."
Alea memaksa kakinya untuk bisa menopang tubuhnya, langkahnya terasa sangat sulit, cairan bening itu keluar begitu saja, hatinya terasa sakit, dadanya sesak. Semesta terlalu semangat untuk bercanda. Katakan jika ini hanyalah mimpi!
Naya mendekat, mendekap erat putrinya. Alea menangis, menangis dalam pelukan ibundanya.
Tangan wanita parubaya itu mengusap lembut punggung bergetar Alea. "Lea yang sabar, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN BADBOY [ First Love ]
General FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE DAN JUGA KOMEN TINGGALKAN JEJAK, KARENA ITU AKAN MEMBUAT AUTHOR BAHAGIA First love, dua kata itu sangat cocok untuk gadis khas berkepang satu, dia penyuka es batu dan sikap absurdnya membuat banyak orang...