XII

292 49 1
                                    

Jadi intinya kita sebenernya saling suka. Tapi status sahabat jadi mengaburkan kebenarannya. Kamu yang tukang kode tapi sulit dibaca, dan aku yang malas untuk memecahkan kode-kode itu.

- Lily

× × ×

"Hah?"

"Eh, Ly, Jey? Ngapain disini? Bentar lagi masuk," tiba-tiba Zian sudah ada di samping mereka berdua.

Terlihat wajah Jeyka yang menghela napasnya kasar.

Ganggu aja ni curut.

"ZIAANN! Mau ke kelas ya? Bareng yuk." Lily langsung menarik lengan Zian dan meninggalkan Jeyka.

"Eh itu si Jeyka lu tinggalin?"

"Biar."

× × ×

"Kok kalian diem-dieman sih dari tadi. Cuma gua yang ngomong. Ini KIR gimana kejelasannya?!" Zian mengacak-acak rambutnya kasar, karena sedari tadi Rose apalagi Jeyka hanya diam dan sama-sama tak acuh.

"Gua sih yes." Jeyka bersuara.

Sekali lagi Zian menghela napasnya kasar, "Lo kira ini audisi Indonesian Idol apa?!" ucapnya kesal. Lalu, tak sengaja Zian menoleh keluar ruangan KIR. Terlihat disana ada Lily yang sedang menari-nari tak jelas, menggunakan baju karate. Oh, tentu saja, hari ini kan ekskul.

"Daripada ngurusin lo berdua, enak gua keluar!" ujar Zian. Jeyka tak acuh dan melanjutkan membuka-buka galeri foto di laptopnya.

"Zian nyamperin Lily," ucap Rose tiba-tiba, yang lantas membuat Jeyka langsung menoleh keluar. Langsung saja Jeyka berdiri, tapi tertahan oleh Rose.

"Gua pengen nanya sesuatu ke elo."

Jeyka hanya menatap Rose dengan mimik muka bertanya.

"Lo suka Lily, emang lo yakin Lily bakal suka balik ke elo?"

"Itu urusan gua. Lily suka sama gua apa nggak, itu bukan urusan elo," ucap Jeyka sambil menatap dalam kearah mata Rose, "Jadi, lepasin tangan gue," lanjutnya. Refleks Rose melepaskan pegangannya di lengan Jeyka.

Entah kenapa, Rose merasa semakin kesal dengan Lily, perempuan yang sebenarnya hanya ia manfaatkan untuk dekat dengan Jeyka.

Sayangnya, setelah ia melihat lagi keluar ruangan, Zian dan Lily sudah tidak ada. Dengan kesal Jeyka menghentakkan kakinya lalu melangkah keluar ruangan KIR.

× × ×

"Mau makan apa, Ly?"

"Beneran nih mau nraktir gua?"

"Iya santai aja. Harus banyak makan, biar sehat."

Dengan senyum mengembang, Lily mulai menyebutkan pesanannya, "Bakso jumbo sama es campur ya, Zi. Hehe.."

Zian tersenyum dan mengangguk, "Siap boss."

Tiga menit kemudian pesanan datang. Dengan lahap, Lily memakan baksonya.

"Pelan-pelan, neng. Entar keselek," ujar Zian terkekeh geli.

"Salahin baksonya, Zi, kok enak gini. Hahaha," ucap Lily dengan mulut penuh daging bakso.

"Kalo diliat-liat lu makin lucu deh," ujar Zian sembari menatap kearah Lily. Karena menurutnya, Lily sekarang lebih menarik daripada nasi goreng kesukaannya ini.

"Ati-ati dah. Ntar suka beneran ke gue. Udah dua kali gua peringatin nih." Lily sedikit terkekeh.

"Yaudah, kalo gitu mau nggak jadi pacar gue aja?"

Pffrrttt...

Refleks, Lily langsung menyemburkan seluruh isi mulutnya, hingga berhamburan di atas meja. Ada juga yang memercik di baju Zian.

"Minum dulu, Ly. Makanya pelan-pelan." Zian semakin terkekeh, melihat reaksi Lily barusan. Menurutunya itu hal yang sangat lucu.

"Bukan makan gua yang kecepetan. Tapi tadi lu bilang apa?"

"Oh, jadi pacar gua? Gua serius kok," ucap Zian yang kali ini benar-benar menatap Lily yang pipinya sudah berubah semerah tomat.

"Kebiasaan, kalo makan jorok," tiba-tiba suara Jeyka menginterupsi kalimat Zian, "Gua temenin ke kamar mandi, buat bersih-bersih," lanjut Jeyka yang tanpa permisi langsung menarik pergelangan tangan Lily meninggalkan Zian.

× × ×

"Udah gua bilang kan tadi, nggak boleh ada cowok yang lebih deket sama elu selain gua," ucap Jeyka datar setelah mereka sampai di depan kamar mandi.

"Ngomong apasih lo. Nggak jelas banget!" Lily sedikit membentak.

"Karena elo sahabat gue, dan cuma gue yang paham elo orangnya gimana."

"Terus apa hubungannya sama gue deket sama cowok lain hah?" mimik wajah Lily tiba-tiba berubah lagi, menyiratkan dia baru saja kecewa.

"Jangan bilang lo juga suka gue?" cecar Jeyka.

× × ×

Kapan Punya Pacar? • Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang