II

438 69 3
                                    

Seringkali kita terlalu mengagunggkan pertemuan, dan tanpa sadar melupakan perpisahan yang sebenarnya juga sangat dekat kedatangannya.

× × ×

"Elo hasti huha huha hama hRhara," ucap Lily dengan mulut penuh dan manatap lurus ke arah Jeyka, lalu bergantian menatap Rose di sampingnya.

"Ngomong apa sih, Ly, nggak jelas banget," ujar Rose.

"Makan dulu, Tante," ujar Jeyka sembTaetae mendorong dahi Lily dengan telunjuknya.

"Ishh... Hawab hego!!" pekik Lily masih dengan mulut penuh, membuat beberapa pengunjung McDos menoleh ke arah mereka berdua.

Jeyka menjadi tersenyum kecut dengan kelakuan Lily yang memalukan.

"Makanya cowok pada nggak mau sama elo. Udah makan jorok gini, malu-mal—"

"Hawab haja shusah hanget!"

"Iya!" ucap Jeyka akhirnya sembari mengelap mulut Rose yang belepotan saos dengan tisu.

Mendengar jawaban Jeyka barusan, dengan cepat Lily, menelan semua makanan di mulutnya dengan sekali teguk dan langsung berceloteh, "Tuh kan, Rose! Heran gue! Masak semua cowok pada sukanya sama elo sih, termasuk sahabat bego gua ini. Nggak usah mau, Rose. Gue sering liat dia joget-joget nggak jelas di balkon kayak orang gila."

Jeyka lantas memberhentikan kegiatan membersihkan mulut Lily dengan tisu dan menatap Lily datar.

"Mau gue kasih tahu ke Mama kalo lo kemaren mukul orang?"

Lily sontak menggembungkan kedua lubang hidungnya, "Eh jangan atuh a' Jeyka. Baikan deh baikan. Hehehe."

"Yaudah makan!" ucap Jeyka sembari menjejalkan kentang goreng ke mulut Rose.

Rose yang melihat sahabatnya sejak SMA itu bertengkar menjadi terkekeh pelan.

"Kalian cocok kalo lagi berantem," ucapan Rose berhasil membuat Lily menyemburkan kentang gorengnya ke arah Jeyka.

"Najis!"

Jeyka menghela nafasnya, sabar.

Rose semakin tertawa melihat wajah kesal Jeyka yang sedang membersihkan dirinya dengan tisu.

"Lo bilang gue sama Jeyka cocok? NGGAK BA.NGET!"

× × ×

"Ini kuda-kuda yang bener dong!" bentak Lily memarahi adik kelasnya yang sudah cukup lama ikut ekskul karate.

"I–Iya Kak," jawab adik kelas itu gagap.

Lily sudah lama belajar karate, bukan hanya di SMA, dia juga sudah mulai karate dari SD. Sehingga ia sudah lama mendapat sabuk hitam, dan akhirnya dipercayakan menjadi ketua ekskul karate oleh Pak Arman, guru ekskul karate di sekolahnya.

Namun, mamanya yang feminin banget, nggak suka dengan karatenya Lily. Tapi untungnya Papanya selalu membelanya. Maka dari itu, ancaman yang sangat Lily benci dari Jeyka adalah, 'Mau gue kasih tahu lo mukul orang?'

Karena hal itu, bisa jadi Lily bakal dipaksa untuk les privat make up dan menari oleh Mama di rumahnya.

"Ly, udahan napa! Kasian tuh anak-anak pada kecapean, kepanasan," ujar Taetae yang juga ikut mengajar ekskul karate.

"Etdah lu. Jatah gue ngajar kenapa lu yang sewot sih!"

Taetae menghela nafasnya dan menatap iba pada anak-anak ekskul yang menampakkan wajah seperti berkata bunuh aja dedeq bang di rawa-rawa.

"Aduh!" tiba-tiba Lily terpekik.

"Eh buat gue, Jek?" tanya Lily dengan mata berbinar melihat ke arah minuman cula-cula yang tadi sempat ditempelkan Jeyka di pipinya.

"Ya kagak lah! Ini buat Rose kok. Tuh, dia dah nunggu di stand perekrutan anggota KIR," ucap Jeyka dan setelah itu langsung berjalan cepat meninggalkan Lily. Ia tahu pasti Lily akan mengejarnya.

"Pokoknya buat gua!!" pekik Lily yang benar-benar langsung mengejar Jeyka.

Hosh hosh hahh.. *baca orang ngos-ngosan

Lily ngos-ngosan mengejar Jeyka yang berjalan seperti lari itu, membuat Jeyka tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Lily hanya menatap mereka sebentar dan kembali sibuk dengan Zian, anggota ekskul KIR yang terkenal, karena karyanya seringkali lolos nasional bahkan pernah ke internasional.

"Minta dong!"

"Ini buat Rose! Bukan buat elo goblok!"

Namun Lily tak menyerah dan terus meloncat-loncat untuk menggapai minuman yang dipegang Jeyka. Jeyka semakin tertawa terbahak-bahak.

"Aduh!"

× × ×

Kapan Punya Pacar? • Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang