IX

299 49 4
                                    

Jadi intinya, jangan sahabatan sama lawan jenis. Ditakutkan salah satunya ada yang punya rasa.

× × ×

Di taman belakang rumah Lily.

"Kok lo ngomong gitu sama Lily? Ntar dia nyangka beneran kalo kita pacaran, Jek?!" ujar Rose terlihat sedikit gusar.

"Bukannya dari dulu lo emang mau pacaran sama gua?"

Jlebb.. Muka Rose langsung memerah.

"Bukannya dari dulu sebenernya banyak yang suka sama Lily, tapi gara-gara elo yang ngedeketin setiap gebetannya Lily jadinya elo yang malah disuka sama mereka. Kebetulan elo juga cantik sih. Tapi bagi gua Lily tetep yang terbaik."

"Gua nggak pernah git—"

"Udahlah. Gua udah tau semuanya kok. Tentang elo yang sebenernya suka sama gua. Gara-gara gua yang terlalu baik sama Lily maka dari itu lo jadi cemburu dan ngelakuin itu semua ke Lily. Ya kan?"

"Eh, enggak kok it—"

"Ternyata nggak nulis karya ilmiah aja yang lo suka, curhat di belakang buku juga, ampe lupa kalo ternyata lu nyoret-nyoret di buku fisika gua."

Rose terdiam mendengar penuturan Jeyka. Ia bahkan tak ingat pernah menulis di buku itu dan apa isinya.

"Ternyata penyebab kejombloan Lily itu elo ya. Haha.." ucap Jeyka tertawa hambar.

Terdengar Rose mendesah kasar dan mengusap mukanya.

"Iya, gua akuin gua suka elo. Terus kenapa? Emang salah?! Dan yang pasti, elo nggak mungkin nggak suka gua!" ucap Lily sedikit menaikkan oktaf suaranya.

"Nggak. Lo salah besar. Udah ada cewek yang gua suka dari dulu banget," ujar Jeyka yang membuat Rose mendelik tak percaya dan penasaran.

"Jangan bilang itu Lily."

Terlihat Jeyka langsung tersenyum miring, "Kalo lo bener kenapa?" ujarnya sembari menaikkan salah satu alisnya.

"L-lo b-bukannya—"

"Bukannya suka sama elo gitu? Nggaklah!" ujar Jeyka, "Rose, dengerin ya. Nggak ada yang namanya sahabatan antara cewek ato cowok tanpa ngelibatin perasaan."

Rose terdiam mendengar kalimat Jeyka.

"Oke nggak apa apa! Tapi gue pengen tahu satu hal."

"Apa?" tanya Jeyka sembari menaikkan satu alisnya.

"Kenapa selama ini lo nggak nembak Lily?"

"Nggak mau aja. Dengan Lily masih ada di samping gue dan dia nggak pacaran sama cowo lain juga udah cukup. Nggak perlu pacaran juga. Langsung nikah aja enak kali ya.."

Rose terdiam lagi, tapi kali ini hendak tertawa.

"Nggak apa apa deh lu mau ketawa. Oh iya. Sebenernya gua mau terima kasih ke elo. Karena berkat elo, semua cowok pada nggak jadi ngedeketin Lily. Jadi intinya gua nggak marah kok sama elo. Tinggal satu cowok aja yang mau gue beresin."

"Zian?"

Jeyka hanya tersenyum miring.

"Kok gua jadi rada ngeri gitu ndenger kalimat lo barusan. Kayak kelihatan pengen ngebunuh orang aja. Psikopat," ucap Rose yang berniat seperti bercanda, namun terdengar hambar.

"Hah, ya kagak lah. Gua cuma mau bilang sama Zian, 'Tembak lagi Rose aja, soalnya Rose udah nggak ada harapan lagi buat suka sama gua, karena gua suka Lily.' Udah itu aja."

"Kok lo bisa ngomong gitu!" Rose membentak kasar.

"Yah emang bener kan. Gua suka Lily. Lo suka gua. Jadi pasti lo nggak punya harapan lagi ke gua. Dan tolong banget ya, buat Zian nggak suka ke Lily. Soalnya, kayaknya Zian mulai suka sama Lily."

"Kok lo sekarang bikin gua kesal ya, Jek? Seenaknya nyuruh orang!" terdengar suara Rose teramat kesal menahan emosinya.

"Udahlah. Biasanya juga lo kayak gitu. Kalo ada cowok yang suka Lily, lo langsung nik–"

"Cukup kata-kata lo. Gue muak!" ujar Rose lalu melangkah masuk ke rumah Lily.

Jeyka hanya tersenyum miring.

× × ×

Lily itu spesial bagi gue.

Kenapa?

Karena dia apa adanya.

- Jeyka

Kapan Punya Pacar? • Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang