X

297 53 4
                                    


Percuma dekat, tapi tak tahu hatinya untuk siapa.

× × ×

"JEKJEKJEK!!"

Dagudugdagdug ... Lily lagi nggedor pintu rumah.

Dengan tak sabar, Lily malah menggedor bukannya mengetok pintu rumah Jeyka jam enam pagi, membuat Mama Jeyka dengan tergopoh-gopoh membuka pintu.

"Punten, Ma," dengan tanpa bersalah Lily langsung berlari ke kamar sempit Jeyka di bagian belakang dekat dapur. Entahlah, mama apalagi Lily heran, kenapa Jeyka hendak berkamar di bagian belakang. Mungkin saja Jeyka memiliki cita-cita terpendam untuk menjadi pembantu yang baik.

Ceklek..

Lily langsung membuka pintu kamar Jeyka yang memang tak pernah dikunci, karena di rumahnya mengunci kamar adalah hal yang tak boleh dilakukan. Karena ditakutkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Apa hayoo?

Yah misalnya, Jeyka udah nggak bernapas lagi, kan susah tuh nyari tukang kunci buat buka pintu.

Dan terpampanglah Jeyka yang tertidur telentang, mangap, dan ada sedikit iler di mulutnya.

Cekrek..

"Sip!" ujar Lily langsung menyimpan handphone-nya lagi di saku baju sekolahnya yang kusutnya bukan main. Ya, Lily bahkan tak ingat untuk menyetrika baju sekolahnya karena saking semangatnya untuk menemui Jeyka.

"Jek, Jek ... Bangunn!!"

"Argghh.. Apasih, Ly. Gua ngantuk!" Jeyka mengibas-ngibaskan tangannya ke muka Lily, bermaksud untuk mengusirnya.

"Jek! Peje gua, Jek. Cepetan, nanti pempek Mang Rusdi abis!" Lily masih bersikukuh menggoyang-goyangkan tubuh Jeyka.

"Astaga!! Napa sih lo dah!" Jeyka menyentakkan duduknya. Memandang lurus dengan siratan kesal teramat sangat pada Lily yang mengganggu mimpi indah-nya.

"Bangun! Bangun! Bangun!" Lily yang ditatap seperti itu malah meneriaki Jeyka.

"Arrgghh iyaiya! Tunggu di luar!" Jeyka mendorong Lily keluar kamarnya dan menutup pintunya.

"Jangan lama-lama boss!"

"BACOT!" teriak Jeyka dari dalam membuat Lily terkikik.

× × ×

"Jek, cepet, Jek!" Lily kembali menggedor pintu kamar Jeyka. Padahal lima menit saja belum sejak dari Jeyka menutup pintu tadi.

Ceklek..

"Anjir cepet amat, Jek!"

Jeyka menghela nafasnya. Cowok serba salah mulu dah!

Akhirnya Jeyka hanya berjalan melewati Lily dengan masih menyisir rambutnya dengan sisir kecil.

"Ih jorok amat lu. Belum juga lima menit, Jek. Lu nggak mandi? Kasih tau—"

Hauupp..

Jeyka menyumpalkan nugget yang digoreng Mamanya untuk sarapan.

"Mantab djiwaa!!" ujar Lily, yang malah mengambil satu lagi nugget di meja makan, "Minta lima lagi ya, Ma, buat dikantongin," dengan tanpa dosa Lily mencomot lima nugget di meja makan.

Mama Jeyka hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat kelakuan anak tetangga baiknya itu.

"Kenapa pagi-pagi banget, Ly, ke sininya? Biasanya juga Jeyka yang nyamperin kamu. Kamunya masih tidur," tanya Mama Jeyka.

"Oh itu. Lily mau minta pajak jadian Jeyka sama Rose Ma. Mereka jadian kemarin. Pas Lily lagi sakit lagi. Sahabat yang tidak baik. Lily lagi sakit, dia malah asik pacaran coba, ma," cerocos Lily panjang lebar.

"Loh bukannya Jeyka sukanya sama—"

"Ma, kok sayurnya nggak enak?" potong Jeyka, "Udah deh, Jeyka pergi dulu. Ayo, Ly!"

"Si—"

Ting..

"Eh bentar," ucapan Lily terpotong karena ada pesan masuk di handphone-nya.

Zian:
Udah bangun, Ly?

Senyum Lily seketika mengembang. Dan langsung berniat hendak membalas pesan singkat dari Zian tersebut.

Lily:
Udah. Malah udah mau berangkat sam

"Nanti di sekolah bisa ketemu," Jeyka mengambil paksa handphone Lily dan memasukkannya ke saku celananya lantas mempercepat langkahnya keluar rumah.

"Eh hape gua!" teriak Lily mengejar Jeyka.

"SINI--"

"Bisa nggak sih lo tuh gausah deket sama cowok lain selain gua?"

"Hah?!"

× × ×

Kapan Punya Pacar? • Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang