XI

299 47 0
                                    

Perlu keberanian untuk mengungkapkan. Masalahnya gue nggak berani. Walau berani pun biasanya pas awalnya doang, ujung-ujungnya ditutupin lagi.

- Jeyka

× × ×

"Hah? Maksud lo?" wajah Lily tiba-tiba berubah dengan mimik yang tak pernah Jeyka lihat sebelumnya, membuat Jeyka heran dalam hatinya.

Jeyka akhirnya memilih menghela nafasnya, "Maksud gua, gua aja yang jadi sahabat elo. Kan udah cukup buat ngasih elo makan. Nggak perlu ngerepotin cowok lain. Porsi makan elo kan banyak. Kasian mereka," ujar Jeyka yang kemudian sedikit terkekeh setelah mengucapkannya.

"Anju!"

"Hahaha.. Kenapa juga muka lo jadi gitu. Nggak pernah-pernah deh. Coba sini gua liat." Jeyka langsung saja mendekatkan wajahnya ke wajah Lily, dan hanya menyisakan jarak lima senti kurang lebih.

Tentu saja Lily terkejut dan refleks memukul dahi Jeyka amat keras.

"ADUH!" Jeyka terpekik. Jeyka melupakan satu hal, pukulan Lily tak pernah main-main.

"APASIH LO! NGGAK JELAS!" maki Lily kemudian langsung berjalan meninggalkan Jeyka.

Setelah mengusap dahinya yang terasa nyeri, Jeyka langsung berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Lily dan menatap ke arahnya.

"Kok pipinya merah? Ciye malu ya?" goda Jeyka.

Lily tak menanggapi dan semakin mempercepat langkahnya.

"Jomblo kayak elo nggak pernah digituin ya? Kasian bang- ANJ*INK!!" Jeyka terpekik.

Lily menendang selangkangannya manteman.

"Sekali lagi lo ngomong. Bakal gua pecahin tuh telur dua!" marah Lily dan langsung menaiki bus yang berhenti di samping mereka.

Salahkah aku menyukai perempuan gorila ini, Ya Tuhan?

Dengan terpincang-pincang Jeyka menaiki bus, karena merasa sangat nyeri diselangkannya. Ketika masuk, matanya menangkap pemandangan yang tidak sangat sedap. Lily duduk di sebelah Zian. Padahal yang Jeyka tahu Zian membawa kendaraan motor sendiri ke sekolah.

Refleks, Jeyka langsung menegapkan badannya. Berusaha terlihat se-cool-kas mungkin.

"Jey, sini!" Zian melambaikan tangannya pada Jeyka. Entah kenapa tiba-tiba Jeyka refleks tersenyum miring ke arah Zian.

"Tumben lo naik bus?"

"Oh ini, semalem Lily cerita ke gua pas telponan kalo dia sering naik bus bareng elo ke sekolah. Jadi, yah gua coba-coba aja. Siapa tau ketemu Lily."

Jeyka hanya mengangguk tanpa ekspresi. Lily pun sedari tadi hanya diam saja semenjak kedatangan Jeyka. Padahal sebelumnya ia cekikikan dengan Zian.

"Zi, Lily makannya banyak. Jadi hati-hati kalo pacaran ama dia. Bisa-bisa dompet elo terkuras," dengan entengnya Jeyka berkata seperti itu dan berjalan melewati Lily, tapi sayangnya tertahan oleh cengkraman Lily.

Ckiitt... *anggep aja bunyi cubitan ala Lily

"Any-anying!!" Jeyka terpekik membuat seluruh isi bus menoleh kearahnya.

"Ly, apa-ap-"

Ucapan Jeyka terhenti tatkala melihat kilatan marah di mata Lily. Bisa bahaya. Jeyka mungkin akan mengalami cedera di beberapa bagian tubuh.

"Hehe.. Maap-maap. Becanda suer. Lepas ya," dengan hati-hati dan perasaan nyeri, Jeyka melepaskan cubitan pelintiran Lily di pinggangnya.

Lantas setelahnya langsung beralih duduk di kursi tepat belakang Lily. Zian yang melihat itu refleks tertawa terbahak-bahak.

× × ×

"ROSE!!!" pekik Lily ketika baru menginjakkan kaki di kelas, "Pacar elo si Jeyka ngeselin banget sumpah. Masak ngatain gua rakus di depan Zian!"

"Sejak kapan gue bilang elo rakus. Gua cuma bilang lo banyak mak-"

"DIEM LO!" bentak Lily.

Rose yang mendengar ucapan Lily yang masih mengira ia benar-benar pacaran dengan Jeyka hanya tersenyum kecut.

"Ros. Kok lo mau sih sama Jeyka?!"

"Udah. Mau beli pempek nggak lo?!" Jeyka menarik bahu Lily agar berhenti bergelayut pada Rose. "Ikut gua." Jeyka langsung menarik lengan Lily keluar.

"Eh Rose nggak ikut?"

"Nggak usah. Dia urusan gua nanti."

"Tapi kan-"

"Berapapun banyaknya yang elo mau. Tapi berhenti ngomong."

"Oke boss."

Hanya makanan yang bisa menjinakkan Lily.

"Tapi gua pengen makan di belakang kelas aja deh. Takut ada yang minta. Mwehehe," lanjut Lily.

"Terserah elo. Tapi ada satu syarat," tawar Jeyka.

"Kok syarat?"

Tiba-tiba langkah Jeyka terhenti, "Berhenti hubungin Zian. Dan mulai sekarang cukup gua cowok yang boleh deket sama elo," ucap Jeyka sambil menatap Lily.

× × ×

Kapan Punya Pacar? • Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang