Four - Kehidupan yang Berbeda

61 7 0
                                    

"Gimana?" Jevian tersenyum lebar setelah memberikan dua foto pemeran utama yang akan bermain dalam filmnya kepada Marsya.

"Secepat ini nentuin cast-nya, mas?" tanya Marsya bingung. "Draft dua aja belum selesai," lanjutnya.

Jevian mengangguk, "Mereka belum ada yang casting, tapi gue yakin bakal cocok. Aktingnya bagus dan yang pasti followers mereka banyak, itu yang penting. Lo setuju nggak?"

"Gue nggak begitu paham, sih, aktor mana yang bagus jadi gue cuma bisa lihat dari segi fisik dan menurut gue cocok tapi emang harus yang followers-nya banyak, ya?"

"Of course. As a producer, followers itu penting walaupun sebagai sutradara gue menolak, sih, karena yang followersnya banyak belum tentu aktingnya bagus."

Marsya tersenyum lalu mengangguk, "Gue ngikut lo aja yang lebih tau."

"Oke, good. Gue jadwalin casting minggu depan. Lo ikut kalau bisa, ya," ujar Jevian. "Satria juga ikut kok," lanjutnya.

"Kenapa tiba-tiba Satria?"

Jevian terkekeh, "Dia naksir sama lo."

Marsya menatap bingung ke arah Jevian, "Kata siapa, mas?"

"Kelihatan, Sya. Tiga tahun gue kerja sama Satria nggak pernah dia senyum-senyum sendiri waktu meeting padahal dia selalu setres kalau mau meeting."

Marsya terkekeh, "Nggak mungkin, lah."

"Terserah, deh, nggak percaya juga nggak papa." Jevian berdiri dari duduknya, "Udah, ya, gue ke atas dulu mau ketemu anak artistik. Lo kalau mau balik duluan, balik aja. Udah jam tiga juga," lanjutnya.

Marsya mengangguk, "Oke, thanks, mas."

~~~

"Jadi, kenapa nggak ikut after party?" tanya Marsya ketika Harvi baru saja keluar dari kamar mandi.

Harvi terkekeh, "Kenapa penasaran banget, sih?" Ia naik ke atas ranjang dan duduk di samping istrinya.

"Aku takut kamu nggak ikut karena di-bully," ujar Marsya memelan di akhir kalimat.

"Aku? Di-bully?" Harvi terkekeh. "Nggak mungkin, lah," lanjutnya.

"Who know?"

"Nggak, sayang. Tenang aja, nggak ada nge-bully aku kok." 

"Terus, kenapa?" Marsya menyandarkan kepalanya di bahu Harvi.

"Beberapa pemain ada yang nge-drug dan mereka bakal nge-drug di after party."

Harvi bangun dari posisinya, "Nge-drug? Tau dari mana?"

"Mbak Tara," balas Harvi. "Dia kan udah lama jadi PA sebelum sama aku dan mereka emang udah nge-drug lama," lanjutnya.

"Kamu jangan sampai gitu, ya." Marsya memandang Harvi penuh harap.

Harvi mengangguk, "Aku bisa pastiin itu nggak akan terjadi."

Marsya menghela napas pelan, "Tau nggak? Hari ini Mas Jevian ngasih beberapa aktor yang bakal jadi cast di film."

"Secepat itu?"

"Iya, aku kaget, deh soalnya aku sendiri belum selesai nulis draft dua. Emang gitu, ya?"

"Mungkin iya, aku juga nggak begitu tau," balas Harvi. "Terus,kamu udah tau main aktornya siapa?" lanjutnya.

Marsya menggeleng, "Aku serahin semuanya ke Mas Jevian."

"Yakin, sih, pasti pilihan Mas Jevian nggak main-main. Dia kan terkenal sebagai sutradara yang selera aktornya tinggi."

Behind the ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang