BAB 1

5 1 0
                                    

"Mahh, Dara berangkat ya," ucap Dara sambil mencium tangan mamanya,
Renata.

"Iya sayang, hati hati ya," balas Renata sembari menepuk pipi Dara pelan.

Sandara Andriana Bagoes biasa dipanggil Dara, putri tunggal keluarga Bagoes. Dara tinggal bersama ibunya, ayahnya Raymond Bagoes sudah meninggal lima tahun yang lalu. Perusahan besar peninggalan ayahnya kini dijalankan oleh ibunya Renata. Dara sangat menarik, darah manado ibu dan darah sunda ayahnya menciptakan figur Dara yang cantik, berkulit putih bersih, bulu mata lentik dan alis tebal ditambah tubuh Dara yang proposional membuatnya selalu menarik perhatian orang lain.

Dara segera berangkat ke sekolahnya diantar supir pribadinya. Dara fokus
membaca buku fisika, misi Dara semeter ini adalah belajar mencintai fisika. Seringkali Dara mengerutkan keningnya menandakan kebingungannya dengan pelajaran yang dia baca. Tak berapa lama Dara tiba di sekolah.

"Makasih ya pakkk, hati hati pulangnya ya pak," ucap Dara.

"Aman non".

"Ni, gimana gue bisa cinta sama fisika, gini banyaknya materinya. Aihhh kok bisa sih Sesil bilang fisika seru," Dara menggerutu sambil membolak-balik halaman buku fisikanya.

"Kalau mau suka fisika itu, belajar materi mudahnya dulu," ucap seseorang dari belakang Dara.

"Lo kira fisika ada yang mudah?" ucap Dara terus melangkah tanpa
memperhatikan orang berbicara dengannya.

"Ada".

Dara berhenti, merasa familiar dengan suara yang baru dia dengar. Suara yang seingatnya tidak pernah berbicara dengannya. Dara pun membalikkan tubuhnya.

"Kak Raka?" ucap Dara pelan.

Dara menatap Raka, namun ada sedikit ketakutan dalam dirinya. Pria berwajah tampan dengan tinggi semampai ditambah mata tajamnya berhasil membuat Dara terintimidasi.

"Fisika itu butuh pemahaman dari dasar, jangan langsung berharap bisa ngerjain soal susah, konsep lebih penting dari rumus. Lo bisa dapat rumusnya dari nurunin konsep dasar," ucap Raka.

"Eee iya kak, makasih kak," jawab Dara sambil menunduk.

Lalu Raka berlalu, bersamaan dengan seorang gadis yang berjalan ke arah
Dara. Saat gadis itu berpapasan dengan Raka, hanya wajah dingin dan tatapan tidak peduli yang dia tunjukkan.

"Darr, Kak Raka ngomong apa sama lo?" tanya Cecylia.

"Sesill!! Kak Raka cuman bilang belajar fisika dari dasar dulu," ucap Dara tersenyum.

"Dia nggak minta apa apa sama lo kan?" ucap Cecylia.

"Nggak sill, nggak kok," ucap Dara meyakinkan Cecylia.

"Yaudah. Yuks kekelass," ucap Cecylia sambil tersenyum.

"Yuks".

"Daraaa!!"

Baru saja Sandara memasuki kelasnya, sudah ada suara cempreng yang menyambutnya.

"Ihhh jangan teriak teriak Vin," ucap Dara dengan nada mengancam.
Vina Mahestu, gadis cantik dengan senyum yang sangat elegan. Kulitnya yang putih, tubuh ramping dan agak pendek membuat aura elegan dan imut ada secara bersamaan. Vina sangat populer karena penampilannya yang cantik dan elegan namun gaul.

"Eh, halo Sesil," ucap Vina.

"Hai Vin," balas Cecylia singkat.

"Dar, lo tau nggak, gue baru papasan sama gengnya kak Raka, trus kak Galang bilang gue cantikk banget hari ini," ucap Vina sambil duduk di samping Dara.

BEAUTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang