part 4

3.1K 232 4
                                    

"Mikhail, kemari!"

"iya mave~" Maverick terlihat terdiam sebentar sebelum tersenyum samar dan menarik pergelangan tangan sang empu yang cukup kaget.

"kau terlambat, di hukum" Mikhail menghela nafas pasrah.

"hukumannya apa?" tanya nya memiringkan kepalanya bingung. dan itu terlihat err menggemaskan?

'apa apaan ini, sial?'

"kau harus menemaniku di ruangan OSIS" ujarnya tak terbantahkan lalu melangkah pergi yang di ikuti Mikhael yang hanya pasrah namun bingung juga.

'dulu gue juga telat, dihukum nya di jemur deh bukan begini'

sesampainya di ruanganan OSIS atau ruangan pribadi? Mikhael tidak memusingkan hal tersebut karena dirinya sibuk mengagumi ruangan yang begitu luas itu.

'ini mah rumah njir'

"duduk" Mikhael mengangguk dan duduk di sofa yang ada lalu terdiam celingak-celinguk mengabaikan atensi yang sedari tadi memandang nya dengan sebuah senyuman aneh..

"gue gak akan di marahin ibu Rara kan? Mave udah izinin Mikhail kan?" tanya nya, menanyakan apakah 'mikhail' sudah di izinkan bukan menyebut dirinya dengan nama.

terlihat pemuda itu menunduk dan mengangguk lalu mulai fokus dengan komputer dan segala dokumen sekolah yang begitu bertumpuk.

"hufh" akhirnya yang di lakukan Mikhael adalah rebahan menghela nafas dan menonton kartun. lalu tak lama mata yang sebelumnya berbinar-binar menatap kartun di hape nya itu mulai terpejam di susul sebuah dengkuran halus.

seonggok manusia yang sedari tadi fokus dengan komputer mulai beranjak dan menghampiri gumpalan daging yang tertidur dengan meringkuk dengan tangan mengepal yang berada di sisi kepalanya.

"fufu, how cute babe" mengecup pelan pipi yang agak berisi itu. mengambil sebuah selimut dalam laci dan menyelimuti pemuda itu lalu dia kembali ke kegiatan nya semula.

'akhirnya yang aku tunggu tunggu'

sementara itu di sisi lain...

seorang pria dewasa berbalut jas mewah yang terlihat menjepit seluruh tubuhnya hingga menampakkan otot-otot kekarnya.

jari tangan yang panjang dan berurat itu mengetuk ngetuk meja hingga menimbulkan bunyi di ruangan kantor yang sunyi itu.

tak lama pintu terbuka menampilkan tiga manusia. dengan penampilan yang sama menawan nya.

"kau tau apa yang terjadi padanya bukan?" ujar si pria yang baru saja duduk di sofa panjang pan mewah di ruangan tersebut.

pria yang berada di kursi kebanggaan nya itu bangkit dan ikut duduk di sofa bersama ketiga anaknya.

"tentu" jawab nya.

"aku penasaran, apakah 'dia' sama dengan yang sebelumnya?" ucap anak ketiga dari si pria yang sibuk mengisap nikotin yang tercapit di jari nya.

"aku merasakan aura yang berbeda, dan sedikit menarik?" ujar si sulung yang mulai memejamkan mata dengan senyuman, seringai yang terpatri di wajah yang begitu sempurna tersebut

"ya, haruskah kita mengetes nya?" usul si tengah yang mengundang kekehan menyeramkan dari mereka.

'kita lihat nanti seperti apa nasib mu, Mikhael keke'

***

"mik...."

"Mikh...."

"MIKHAEL!!"

"HAH APA APA?!"

Seseorang yang berada tepat di depan Mikhael itu menatap datar dirinya.

"hufh, sorry sorry. apa tadi?" ujarnya sambil memegang kepalanya yang agak berdenyut.

'perasaan gue gak enak njir'

"ah elu mah, gue nanya kok tumben Lo gak bahas keluarga ke cintaan Lo itu" tanya nya dengan sedikit mencibir.

"hah?" tanya nya tak konek maksudnya gimana ya kaxk? batinnya rungsing.

"cih pura pura lupa Lo, itu bapak Lo. orang yang Lo taksir itu hih" lagi seseorang itu menampilkan mimik merinding.

"apasi Jo?" Mikhael masih menyerukan ketidak mengerti an nya pada teman sebangku nya itu, Jonatan.

"hadeh kampret! Lo kan cinta Ama bapak Lo sendiri homooo!" gemas sekali Jonatan pada sosok di depannya hingga rasanya dirinya ingin menghancurkan wajah cengo yang sayangnya terlihat lebih menggemaskan.

'sialan, gue kenapa si?'

"APA? CINTA?"

pindah jiwa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang