part 2

3.9K 294 0
                                    

kelopak mata yang sebelumnya tertutup itu perlahan terbuka menampilkan irisnya yang berwarna coklat madu yang begitu cantik.

tangannya terangkat guna menghalau sinar matahari yang masuk melalui celah celah gorden dan mengenai tepat wajahnya hingga terlihat bersinar.

pemuda itu melenguh pelan sebelum mendudukan dirinya dan mengumpulkan nyawanya. lalu tak lama pemuda itu sudah sadar sepenuhnya.

"umm, hoamm!" menguap sekilas lalu pandangan nya menajam. lama lama dirinya pun langsung tersadar bahwa dirinya bukan berada di kamar nya.

"eh, tunggu tunggu ummm, AHH! gue kecelakaan kan? kok Sekarang disini? anjir mewah banget ruangannya, apakah gue kaya mendadak?"

Mikhael yang di kenal cuek dan jarang berbicara itu kini terlihat cerewet dengan mulut yang yang senantiasa mengeluarkan kata kata dengan mata berbinar-binar menatap interior beserta barang barang mewah di ruangan yang ia duga kamar tersebut.

"njir gue keliatan banget noraknya" Mikhael berdehem pelan, lalu dirinya bangkit dan beranjak dari ranjang yang besarnya tidak main main.

"jir sumpah sejauh mata memandang semuanya emas anjirr buset itu juga kaca pinggiran nya emas! eh tapi itu muka siapa anjeng?!!"

buru buru tungkai nya ia bawa ke arah cermin full body yang begitu nyentrik tampilannya dan dengan wajah cengo Mikhael menatap kagum pantulan cermin di depannya.

"i-ini siapa? cantik banget, tapi kok kayak kenal?" Mikhael memiringkan kepalanya berusaha mengingat ngingat namun nihil.

"gatau ah bodo, apa jangan jangan gue transmigrasi?" kepalanya mengangguk angguk mengerti namun aksi mengangumi nya harus terganggu akibat suara ketukan pintu.

tok! tok! tok!

"iya sebentar" sahutnya dan menghampiri pintu canggih tersebut yang tidak menggunakan gagang pintu hanya tinggal mengatakan open maka pintu tersebut akan terbuka.

"tuan, sudah saatnya sarapan"

glekk

'menyeramkan' adalah kata yang terbesit dalam otaknya begitu melihat sosok berperawakan tinggi tegap dan begitu kekar dengan di lapisi seragam khas bodyguard nya.

"i-iya sebentar"

'sial ngapain gue gagap begitu' batinnya menggerutu sebelum kemudian kembali masuk ke dalam kamar mengambil sebuah Hoodie yang entah sejak kapan tersampir di sofa kamarnya.

memang sebelumnya tubuh itu hanya menggunakan kaos tipis nan pendek di lengkapi celana yang juga pendeknya.

setelah mengunakan Hoodie yang menenggelamkan tubuh kecil itu Mikhael kembali keluar dan mengikuti si 'bodyguard' yang ternyata masih stand by di depan kamarnya.

"mari tuan" mengangguk itulah yang ia lakukan sangking takut nya. wajah yang penuh akan bekas luka itu tak berekspresi apapun senantiasa datar dan lempeng.

'serem banget cook!' untuk pertama kalinya Mikhael merasa takut pada seseorang.

setelah memasuki lift suasana masih tetap lah hening. dalam keheningan itu tiba tiba Mikhael merasa kepalanya sedikit pusing di susul ingatan ingatan asing.

'jadi dia Mikhail yang pesan makanan mbak sari? jadi gue transmigrasi ke dia gitu? kirain ke novel hufhh'

batinnya sedikit cemberut namun tak lama matanya membola.

'mikhail gak punya ibu, di ingatan nya juga gak ada hm aneh?. terus ada bapaknya abangnya ada Abang nya terus? kok cuma dikit?'

asik bergelut dengan pikirannya sendiri tak sadar bahwa pintu lift terbuka. lalu dirinya dikejutkan dengan bodyguard tadi.

"tuan kita sudah sampai" ujar bodyguard itu datar. Mikhael mengangguk kaku dan berjalan kedepan tepat dimana meja makan mewah yang begitu panjang dan besar beserta anggota keluarga Mikhail yang sudah lengkap dengan pakaian formal mereka masing masing.

"kau terlambat"

deg

mikhail merasa degup jantung nya begitu kencang kala suara berat dengan serak serak itu mengudara.

pindah jiwa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang